Bersumber langsung dari Agus Wig Patidusa, Semarang, 11 Desember 2016
Materi disampaikan kembali dalam Kelas Menulis Cerdas oleh Fiane N. Setiady
•> Pengertian
Puisi Patidusa merupakan salah satu puisi modern kontemporer yang formatnya berbasis kosakata.
Puisi ini diciptakan oleh Agung Wig tanggal 9 Agustus 2015, melalui facebook, dan diproklamirkan tanggal 27 Agustus 2015. Diberikan nama PATIDUSA oleh Agus Supriyadi.
Cepatnya perkembangan, kemajuan dan ide terobosan dalam dunia kepenulisan sastra yang diawali dari sastra kuno, lama dan baru, hingga sastra kontemporer bercorak variatif.
Puisi berpola sebenarnya sudah ada sejak lama, seperti Haiku, Senryu juga Gurindam, Pantun serta lainnya yang menggunakan kosakata tertata. Sampailah pada puisi bebas yang banyak ditulis para sastrawan dan penulis.
•>Latar belakang
Latar belakang terciptanya puisi Patidusa (4321) itu sendiri muncul dari kegelisahan penciptanya akan cara penulisan para sastrawan mapan maupun pemula yang masih saja keluar konteks tata bahasa terutama bahasa Indonesia dan bahasa Melayu serumpun.
Penggunaan bahasa kurang benar memunculkan makna arti yang berbeda pula. Dilihat dari kata yang membentuk kalimat saat ditulis lalu dibaca. Meskipun begitu, ada hal yang selalu dijadikan bahan pembelaan yaitu Litentia Poetica.
Itulah sebabnya, Agung Wig, membuat visi dan misi PATIDUSA adalah untuk mengajak kembali para penulis karya supaya belajar bahasa yang baik terutama Bahasa Indonesia dan Melayu serumpun termasuk di dalamnya kosakata dan gaya bahasa.
Dengan Patidusa, kita akan diarahkan untuk mengenal kata demi kata dalam membentuk kalimat sesuai format. Meskipun begitu, pola patidusa masih menghormati hukum litentia poetica pada kata pengulangan sempurna. Bisa dibaca dalam pedoman patidusa di bawah ini.
•>PEDOMAN PATIDUSA
Format patidusa memiliki keindahan bentuk yang terdiri dari sayap dan kerucut. Kekhasan puisi ini bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas pada baitnya tanpa mengubah makna.•> Bentuk standar patidusa;
A A A A
B B B
C C
DE
F F
G G G
H H H HPuisi Patidusa terdiri minimal 2 bait. Ketika seorang penulis merasa kurang cocok pada penggunaan salah satu format, maka bisa mengubah karyanya ke bentuk formasi lain sampai menemukan kecocokan dengan cara membalik formasi baris pada baitnya. Berdasar ketentuan estetika RASA RIMA RUNUT dan IMAJI sebuah puisi.
•> Ketentuan Format Patidusa;
1. Puisi Patidusa bukanlah puisi pemenggalan kalimat. Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan atau dijelaskan oleh baris sesudah atau sebelumnya.
2. Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris karena akan menimbulkan konotasi pemenggalan yang menggantung makna.
•Contoh salah;
Aku
Renta yang
Hina dina antara
Sepanjang jalan lintas berlikuKalimat puisi di atas adalah seolah dipaksakan untuk berformat patidusa dan bila dipanjangkan menjadi "Aku renta yang hina dina antara sepanjang jalan lintas berliku".
3. Patidusa tidak menggunakan tanda elipsis pada puisinya dan digantikan dengan tanda koma ( , ). Alasan tidak digunakannya karena akan disalahartikan dalam bentuk sebuah puisi yang kurang memiliki keindahan pada kalimat puisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KuMat (Kumpulan Materi)
No FicciónBerisi kumpulan materi seputar kepenulisan dari berbagai sumber. Dikumpulkan di sini agar tidak tercecer dan mungkin bisa memberikan manfaat untuk yang juga ingin belajar menulis.