"Eh ada abang, bang sherly pinjem motor ya?"
1
2
3Tidak ada jawaban darinya, aku mulai kesal karena dia masih saja sibuk dengan kunci inggris dan kain kucel yang penuh dengan oli di tangannya, ntah memang fokus atau pura-pura tidak dengar. Dia memang seperti itu, terlalu sayang pada motornya sampai tidak peduli terhadap sekelilingnya, termasuk aku yang barusan mencoba mengajaknya bicara.
"ABANG SHERLY PINJEM MOTORNYA YA.." tanpa menunggu lama, ku ambil kunci di atas meja dan membawa kabur motor kesayangannya yaitu si mordy.
"sher.. Eh woi maling.. Balik ga lo, Jangan pake mordy Sher." teriaknya kesal sambil melempar kain kotor yang dia pegang "Baru berapa jam dirumah, udah dibawa kabur aja motor gue"
Huftt.. Lega gak dikejar si bulldog. Tadi itu kakak ku yang paling galak dan bawel, namanya Haydan Pramadya. Dia itu manusia menyebalkan yang selalu kurindukan ketika sedang berjauhan. Kata mama sifatku itu nurun darinya, sama persis, terlebih aku dan dia sama-sama suka mengendarai motor atau apapun itu yang berhubungan dengan motor. Jadi gak heran kalau setiap hari suka bertengkar, karena aku yang usil dan dia yang terlalu sensitif. Dia itu sebenarnya penyayang, cuma karena karakternya yang kaku dan keras jadi terlihat menyebalkan.
Seneng deh rasanya bisa naik motor apalagi naik si mordy si kesayangan kakak ku, ya walaupun cuma muter-muter gak jelas kemana, ngabisin bensin aja. Saat itu jalanan sedang sepi, bahkan kendaraan pun hanya satu atau dua yang melintas. Aku memperlambat kecepatan motorku yang tadinya 60 km/jam menjadi 40 km/jam. Sejauh ini aman-aman saja, sampai di perempatan jalan ada sebuah Mobil yang berbelok tanpa menyalakan lampu sein dan melaju dengan lumayan kencang, aku terkejut dan mengerem paksa sehingga akhirnya jatuh terserempet. Untungnya aku memakai savety lengkap, jadi tidak ada luka serius.
Mobil itu berhenti dan aku langsung bangun menghampirinya. Belum sempat ku ketuk kaca mobil itu, Seorang laki-laki dengan tampang sok-sok'an dan menyebalkan pun keluar dan langsung marah-marah tidak jelas.
"Woi emak-emak bawa motor yang bener dong, gimana sih?" dan benar saja si orang gila ini sungguh tidak tau malu, salah tapi ngegas.
"yehh sakit mata lo ya? Belok tuh sein gak ngerti apa gimana? Belajar nyetir dimana sih? Udah salah ngegas dasar stress!" -balasku dengan penekanan dan nada tinggi diakhir kalimat.
"lo tuh yang gak becus bawa motor, mending lo naik angkot sana nyusain aja sih menuh-menuhin jalanan. tuh liat mobil gue lecet, ganti rugi!" cerocosnya dalam satu tarikan napas.
Menyebalkan sekali manusia ini, kalau begini caranya tidak akan selesai meladeni orang gila seperti dia. Yang bersalah dia masa harus aku yang ganti rugi, sudah lah daripada semakin panjang ceritanya lebih baik aku yang mengalah.
"Stress"
"Eh woy jangan kabur lo, ah sialan" itulah kata terakhir yang kudengar sebelum meninggalkan TKP.
Diperjalanan pulang aku hanya memikirkan bagaimana nasibku nanti ketika bang Haydan tau mordy lecet harus bilang apa aku. semua ini gara-gara orang gila tadi, bagaimana bisa dia mengendarai mobil dengan seperti itu, membahayakan orang lain saja. Mimpi apa aku bertemu manusia seperti tadi, yasudah lah pasrah saja, mungkin karena bang Haydan gak ikhlas motornya ku bawa jadi seperti ini deh.
"Yaampun Sherly, motor gue lo apain? Bener-bener dah ni anak, kesayangan gue lecet-lecet semua " ucapnya panik, langsung mengelus-elus motornya.
Sudah kuduga pasti sepanik itu dan kupastikan setelah ini dia berkata yang tidak-tidak sama mama, setelah itu waktu untuk keluar rumah dikurangi deh.
"Maafin Sherly bang, tadi itu jatoh" aku tak berani melihatnya, dia langsung menarikku masuk ke dalam rumah.
Habis-habisan aku diomelinya. Aku tau ini salahku, tapi tidak sepenuhnya. Tidak mungkin juga kalau aku ceritakan tentang orang gila tadi, pasti dia tidak akan percaya dan bilang kalau aku mengada-ngada, biarlah mengalah bukan berarti kalah.
"Iya Sherly salah, Sherly minta maaf ya bang."
"Abang tu khawatir sama kamu Sher, kalo tadi kamu kenapa-kenapa gimana hm? abang orang yang paling merasa bersalah karena gabisa jaga kamu."
"Iya maaf ya, Sherly janji deh gak gitu lagi"
"Tapi gue gabisa maafin masalah mordy""Tapi bang seb-"
"Masuk kamar!" nadanya mulai tinggi kembali."Haydan, kamu itu jangan terlalu kasar sama adek kamu" -sahut Mama.
"Maaf ma, Haydan emosi"
"Mama tau, tapi jangan tinggikan nada suara kamu"
"iya ma"Aku masuk ke kamar dengan perasaan campur aduk, rasanya ingin ku hancurkan semua yang ada dihadapanku. Kenapa hari ini sangat menyebalkan, kalau saja tadi aku tidak bertemu orang gila itu pasti tidak akan seperti ini.
"kuharap aku tidak bertemu manusia seperti itu lagi hmm.." kurebahkan tubuh ku, kupejamkan mata perlahan. Berharap bisa tidur, menenangkan diri.
Tiba-tiba."Sher.. Gue masuk ya?" suara itu muncul bersamaan pintu kamar terbuka. Dia adalah Eca sahabatku, sekaligus pengagum kakak ku.
"Hmm.."
"Eh Sher kok lo gabilang-bilang gue kalo bang ganteng lagi dirumah, trus lo tadi kemana? " ucap Eca yang ikut berbaring di tempat tidurku.
"Mabok apa sih lo ca, bisa suka sama si bulldog?"
"Sherly kan gue udah bilang kalo Bang Haydan itu ganteng banget, demi dah. Lo tuh beruntung ya jadi adeknya diperhatiin, dilindungin, harusnya lo bersyukur. sumpah ya dia itu perfect banget pokoknya, apalagi muka dia pas lagi serius gitu ah bikin meleleh seketika" dia mulai lagi.
"Ah udah-udah berisik banget. kalo lo kesini cuma mau bahas si bulldog, mending lo keluar deh gue mau tidur " kulempar bantal ke arahnya.
"Yehh lo gabisa banget liat orang seneng, kenapa sih Sher? Sensi amat, abis berantem lagi ya sama bang ganteng?" dia merubah posisinya menjadi duduk, menatapku menginterogasi.
"ya gitu deh" aku pun ikut merubah posisiku.
"Duh ribut mulu sih gak capek emang? By the way Cerita dong sama gue emang tadi lo kenapa?" ucapnya dengan cengar-cengir.
Aku pun menceritakan secara lengkap kejadian seperti apa yang ku alami tadi. Eca itu seperti baskom penampung, dia siap kapan pun mendengarkan ceritaku, ntah itu senang, sedih, memalukan, bahkan menyebalkan seperti yang barusan ku alami. Pokoknya dia itu ter-dabes lah.
"Hahaha.. Lucu lu Sher kayak sinetron" dia tertawa terbahak-bahak setelah mendengar ceritaku.
"Galucu kocak" -ucapku sambil menatapnya datar.
"Maaf-maaf kelepasan, Trus kenapa lo tadi gak ngomong yang sebenernya aja sama bang ganteng? "
"Percuma ca, gue lagi males ribut"
"Duh sabar ya sayangku, udah-udah pokoknya sekarang lo gak boleh kesel lagi oke"-ucapnya sambil memelukku.
"hmm.. Iya iya Ecai maricai kucay""BTW ganteng gak orangnya? "
"kok lo ngeselin sih ca!?" -ucapku menatapnya sinis, tetapi dia hanya membalasku dengan senyum pasta gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA
Teen FictionPada awalnya aku fikir kamu adalah masalah besar dalam hidupku, tetapi aku salah dan tuhan berkehendak lain. Kamu bilang "Sebuah rasa akan hadir seiring berjalannya waktu". Tetapi waktu terlambat memberi ruang untuk sebuah rasa. Jangan salahkan wa...