Chapter 4
Jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi dikota Seoul, Korea Selatan. Namun suasana di Rumah Sakit Jiwa ini sudah cukup ricuh dengan segala polah tingkah pasien yang ada disana.
Seperti Yunho yang kini tengah memainkan boneka barbie pemberian Yixing, Kang Daniel yang kini sedang membaca buku sambil memakan sarapannya dengan tenang, dan penghuni rumah sakit lainnya yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing.
"Baekhyun eonnie, Baekhyun eonnie. Temani eunha main yuk. Eunha mau mendandani plinces belbi. Plinces mau datang ke pesta nanti. Dia mau menemui pangelan tampan."
Ya, Yunho menganggap dirinya adalah Eunha. Eunha adalah nama anaknya yang meninggal karena kecelakaan saat berpergian dengannya tiga tahun yang lalu. Ia menganggap bahwa kejadian yang menimpa anaknya adalah kesalahannya, hingga akhirnya ia mulai depresi dan istrinya pun pergi meninggalkannya.
Baekhyun hanya tersenyum sambil mengelus kepala Yunho sayang. Pria mungil itu mulai mengambil secarik kertas dan menggambarkan sebuah gaun cantik disana.
"Eoh, itu untuk plinces belbi?"
Baekhyun mengangguk, lalu ia mulai berjalan dan menghampiri suster Jung yang kini tengah berjaga disana. Tak berapa lama kemudian, ia kembali menghampiri Yunho dengan sekotak pensil warna ditangannya. Baekhyun menyerahkan pensil warna itu pada Yunho agar pria kekar itu bisa mewarnai dengan tenang.
"Eoh, eunha bingung eonnie. Walna apa yang cocok untuk plinces?" dan Baekhyun menyerahkan pensil warna biru langit kepada Yunho sebagai jawabannya.
Akhirnya, Yunho bisa tenang dan mulai mengarahkan pensil warna itu pada gambar buatan Baekhyun.
Sementara Baekhyun asyik menemani Yunho bermain, disudut sana ada sesosok pria jangkung yang mengamati mereka. Ya, Chanyeol dan Daniel kini sedang berada dimeja makan dan menikmati sarapan mereka dengan lambat. Yah, jika Daniel terlambat karena membaca buku, maka berbeda alasan untuk Chanyeol. Si jangkung itu makan dengan sangat lama karena ia menikmati makanannya sambil memandangi si mungil Baekhyun yang nampak telaten mengasuh Yunho disebuah bangku yang ada didepan pintu ruang makan.
"Daniel ah, apa yang kau ketahui tentang Byun Baekhyun?"
"Wae?"
"Ani, hanya saja dia tidak pernah berbicara pada yang lainnya. Aku pikir mungkin dia tunawicara, tapi dia bisa mengerti jika aku mengajaknya bicara. Lalu dia juga sangat takut pada hujan. Saat aku menemukannya kemarin, dia bahkan menangis karena hujan lebat."
Daniel memicingkan matanya tajam.
"Kau menyukainya?"
"Mwo? Y, yak! Itu tidak mungkin! Aku hanya... hanya..."
"Yang aku tahu, dia itu keturunan keluarga Byun. Kalau yang lainnya, aku tidak tahu."
Keluarga Byun? Chanyeol seperti tidak asing dengan nama itu.
Saat Chanyeol tengah disibukkan dengan pemikirannya atas keluarga Byun, suara Yixing tiba-tiba saja membuyarkan konsentrasinya.
"Chanyeol ssi. Jongdae datang untuk mengunjungimu."- Ucap Yixing sambil menepuk pundak Jongdae yang ada disebelahnya.
"Annyeong..." Sapa Jongdae sambil tersenyum ramah yang justru membuat Chanyeol geli sendiri.
"Kalian bicaralah, aku harus pergi dan memeriksa pasien yang lainnya sekarang. Bye."
"Terimakasih, hyung. Kau sudah bekerja keras." Yixing hanya tersenyum menanggapi perkataan Jongdae. Dan perlahan, dokter ini pun mulai menghilang dari pandangan ketiga pria yang ada dimeja makan itu.
Jongdae menatap Kang Daniel dengan raut wajah yang penuh tanda tanya.
"Ah, kenalkan. Ini Kang Daniel, teman sekamarku."
"Annyeong, Jongdae imnida. Bangapseumnida."
"Ne. Kang Daniel imnida."- ucap Daniel sambil membungkukkan badannya.
"Chanyeol ssi. Ayo kita pergi ke taman."
"Eum. Baiklah. Daniel, aku pergi dulu." dan Daniel hanya mengagguk paham sebagai jawaban.
.
"Hyung! Kenapa baru datang sekarang, eoh?"
"Hmm, ini baru empat hari dan kau sudah merengek? Wae? Kau merindukanku?"
"Haish, aku bosan berada ditengah-tengah orang yang sama sekali tak bisa ku ajak bicara."
"Eh? Tapi Daniel tadi?"
"Ya, dia satu-satunya yang sedikit normal disini. Daniel itu sangat cerdas, IQ nya mungkin diatas rata-rata. Entah kenapa dia bisa masuk kesini."
"Itu bagus, tapi aku kesini bukan untuk menanyakan kabarmu."
"???"
"Ini, aku bawakan baju ganti dan alat mandi untuk persediaan." Chanyeol menerima bungkusan yang disodorkan Jongdae dan menatap manik mata pria itu. Menunggu Jongdae memberikan berita penting padanya.
"Chanyeol ah, mereka akan beraksi lagi."-ucap Jongdae lirih.
"Siapa lagi kali ini?"- Ucap Chanyeol dengan pertanyaan yang tak akan mudah dimengerti orang awam, namun Jongdae paham betul bahwa pria jangkung itu menanyakan korban yang akan menjadi sasaran rekannya.
"Go Minki. Pemilik perusahaan elektronik terbesar dikorea. Menjadi keturunan konglomerat generasi ketiga. Kyungsoo merencanakan ini karena pria itu memberikan uang pelicin pada presiden yang kau bunuh. Tujuannya tidak lain untuk menyembunyikan bisnis gelapnya agar tetap lancar dan aman."
"Tidak boleh! Apapun alasannya tetap tidak boleh! Masyarakat masih belum bisa melupakan kasusku. Dan beruntung aku berhasil lolos karena otak cerdasmu. Jika mereka melakukannya, maka perhatian publik akan mengarah ke mereka, dan jika mereka tertangkap, maka kita semua akan habis."
"Kau tidak perlu cemas, Siwon hyung ikut bergabung untuk misi kali ini. Dan mereka melakukannya untuk mengumpulkan barang bukti agar kita bisa segera mengeluarkanmu dari sini. Chanyeol ah, kurasa kali ini aku setuju dengan mereka. Ini memang terlalu beresiko, tapi kita juga tidak bisa terus berdiam diri. Perlahan, kita harus membongkar sisi gelap presiden itu satu per satu. Dan ini adalah saat yang tepat sebelum Go Minki pergi keluar negri untuk melarikan diri. Karena dari apa yang kudengar, bisnis gelapnya mulai tercium oleh calon presiden yang baru dan salah satu diantara mereka menjanjikan akan menutup semua bisnis ilegal di Korea. Posisinya kini terancam, dan dia mulai memikirkan cara untuk melarikan diri."
"Kim Jumyeon."
"Huh?"
"Aku tidak punya alasan untuk mencegahnya. Lagipula Siwon hyung sudah kembali, aku sedikit lebih tenang karenanya. Tapi orang bernama Kim Jumyeon ini cukup berbahaya. Dia komandan pasukan kepresidenan. Dan dia cukup teliti dan rapi dalam mengenali musuhnya. Jadi, kusarankan untuk mengawasinya dan pastikan dia dalam kendali kita sebelum beraksi. Jangan sampai dia menangkap Kyungsoo dan yang lainnya seperti dia menangkapku."
"Arrasseo. Akan kusampaikan pada mereka. Pokoknya, kau tidak perlu khawatir. Hanya diam saja disini seolah kau tak tahu apa-apa. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, aku akan berusaha untuk mengeluarkanmu secepatnya."
"Oke."
"Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik yoda jelek."
"Ck, kau selalu seperti itu hyung!"- ucap Chanyeol malas yang dibalas tawa renyah dari sang lawan bicara.
Tanpa mereka sadari, ada seorang pria mungil yang memperhatikan mereka sedari tadi.
Ya, Baekhyun mendengar semuanya.
.
"Hyung, kau sudah memastikan semuanya aman?"-Kyungsoo.
"Belum. Tunggu aba-aba dariku. Si Jumyeon itu, aku belum berhasil menyentuhnya. Dia benar-benar pandai bersembunyi. Aku bahkan tak bisa menemukan identitas atas nama Kim Jumyeon didalam pasukan pengawal kepresidenan."
"Mungkin dia menggunakan nama samaran?"
"Tidak, jika Chanyeol berkata seperti itu berarti dia melihat dengan jelas name tag milik Jumyeon saat dia ditangkap. Dan untuk mendaftar menjadi pasukan kepresidenan, dia harus menggunakan nama asli. Hanya ada satu kemungkinan yang bisa aku simpulkan. Kim Jumyeon, menghapus daftar namanya dari pasukan kepresidenan, dan sekarang dia sedang bersembunyi entah dimana."
"Aku akan membantumu mencari siapa sebenarnya Kim Jumyeon itu. Kita hanya punya waktu kurang dari lima hari untuk menjalankan misi ini sebelum jadwal keberangkatan Go Minki. Biarkan Luhan menjadi penyusup dan menemui si sialan Jumyeon itu."
"Apa rencanamu?"
"Bukankah Jumyeon komandan pasukan? Dan aku rasa jika dia memiliki akses untuk menghapus namanya dari sana, maka dia masih memiliki kekuasaan itu. Jadi, biarkan Luhan menyamar sebagai calon pasukan yang baru. Dengan begitu, dia akan bisa menemui Jumyeon sialan ini."
"Baiklah. Tapi hati-hati. Jika Chanyeol sudah memperingatkan kita, maka kurasa dia cukup berbahaya."
"Arrasseo."
.
"Baekhyun ah!"
Baekhyun menoleh dan menemukan bahwa orang yang memanggilnya barusan adalah Chanyeol. Baekhyun memandangi Chanyeol dengan wajah penuh tanda tanya, dan tak berapa lama kemudian, pria mungil itupun berlari menjauh dari hadapan Chanyeol.
"Eoh, ada apa dengan anak itu? Kenapa akhir-akhir ini dia seperti menghindariku?"
"Yak, Byun Baekhyun!"
Pada dasarnya Chanyeol ini memang pantang menyerah dan tidak mau kalah. Jadi dia memutuskan untuk mengejar Baekhyun dan saat posisinya sudah dekat dengan si mungil itu, ia pun segera meraih tangannya dan membelenggu si mungil untuk ia ajak bicara.
"Kau kenapa? Terakhir kali kita bicara, aku bahkan menolongmu. Dan sekarang kau menghindariku?"
Baekhyun hanya menggeleng dan mencoba meraih buku disakunya. Chanyeol yang melihat aksi Baekhyun pun akhirnya melepaskan pergelangan tangan si mungil.
'Terimakasih atas bantuanmu sebelumnya. Tapi siapa kau sebenarnya?"
Chanyeol mengernyit bingung, sedangkan Baekhyun justru menatapnya tajam, seolah ingin mengintimidasi sang lawan bicara.
"Apa maksudmu? Aku Chanyeol, Park Chanyeol."
Baekhyun kembali menorehkan kalimat pada buku yang masih ada digenggamannya.
'Aku sudah tahu semuanya. Aku mendengar pembicaraanmu dengan Jongdae. Jadi, siapa kau sebenarnya?'
Chanyeol sontak membelalakkan matanya lebar.
'Ah, Sial!' begitu batinnya, dan ia menyesali bagaimana ia bisa begitu ceroboh membicarakan hal sensitif seperti itu disembarang tempat bersama Jongdae.
.Akankah Chanyeol membuka identitas aslinya pada si mungil itu? Lalu apa yang akan dilakukan Baekhyun setelah ia mengetahui identitas Chanyeol yang sebenarnya? Dan apakah identitas Jumyeon akan terkuak? Siapa Jumyeon yang sesungguhnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLET OF LOVE
FanfictionPengenalan tokoh : Chanyeol : Ketua mafia. Nama alias : yoda Kyungsoo : Tangan kanan Chanyeol dalam strategi perang. Nama alias : D.O Luhan : Ahli senjata dan peralatan perang. Nama alias : Deer/Lulu Kai dan Sehun : Fighter. Nama alias : Kamjong, Al...