Prologue

63 12 15
                                    

Enjoy!

Disaat semua orang berfikir bahwa hari ini adalah hari yang mendebarkan, bagiku tidak. Malah sangat membosankan.

Di sini. Di ruangan ini. Ruangan sunyi yang tidak aku sukai. Hanya terdengar suara jam berdetak, suara alat tulis diletakkan atau diambil, suara kertas dibalik, dan suara meja berdecit.

Ah, juga ada beberapa orang 'batuk'. Saling membatukkan diri agar mendapat 'perhatian' dari orang yang dituju.

Kulihat lembaran kertas yang ada di atas meja. Lalu, kupegang kepalaku supaya tidak pecah. Arrghh, bisa stress jika begini terus. Agar terlihat sedang berfikir seperti yang lain, aku memikirkan deretan kata-kata puitis untuk kujadikan jawaban. Entahlah. Kukarang kata-kata itu, lalu kutulis di sebuah kertas putih. Mungkin dengan kata-kata puitis yang kubuat, hati guru akan luluh, lalu memberikan nilai terbaiknya. Mungkin. Entahlah.

Sesekali aku memandangi ruangan ini. Yang terdapat selembar kertas HVS bertuliskan identitas siswa di pintunya.

Kuamati beberapa orang rajin disekitarku, yang beberapa kali membolak-balikkan kertas, lalu menulis. Sedangkan aku? Memandangi mereka seperti orang bodoh.

Oke, oke. Kuakui aku memang sedikit pintar. Bahkan suatu kertas bernamakan lembar jawab sudah hampir kuisi semua. Entahlah.

Aku meletakkan tangan kiriku di atas meja. Sebagai tumpuan untuk kepalaku. Karna sekarang, aku sangat ingin tidur.

Sembari tiduran, kupandangi wajah lelaki disampingku. Aku tidak tau siapa namanya. Sepertinya, ia selalu menjadi korban kejahilanku. Pria malang? Entahlah.

Dilihat dari raut wajahnya yang serius. Sepertinya, ia bukan anak yang bodoh. Kulitnya yang putih bersih menarik perhatianku. Dengan hidung mancung andalannya, ia sedikit tamp-  eh, tidak! Oke, hanya sedikit mungkin tidak apa-apa.

"Waktu kalian 45 menit lagi. Pastikan tidak ada yang terlewat." Aku terkejut dengan suara berat yang muncul dari arah depan. Ah, ternyata suara si pengawas botak.

Hm, mungkin tidak ada salahnya mengecek jawabanku kembali. Kubuka lembaran kertas putihku. Eh, aku lupa belum memberi nama! Langsung kuambil pensil lalu kutorehkan nama cantikku di kertas.

Amanda Deliana R.
Tidak buruk. Dan aku menyukainya.

Kurasa, tidak ada lagi yang harus kulakukan sekarang. Tentang jawaban, bisa kupikirkan lagi nanti. Aku kembali pada posisi semula. Yaitu saat tangan kiriku dijadikan tumpu kepalaku. Aku menguap, lalu kupejamkan mata dan mengkosongkan pikiranku. Sejenak, aku merasa kedamaian menyertaiku.

Tak lama kemudian, suara hiruk-pikuk terdengar di seluruh penjuru kelas. Apakah ujian ini telah selesai? Entahlah.

Segera kubuka mataku, namun rupanya, hanya ada para siswa sedang menulis seperti semula. Tidak ada sumber kebisingan disini. Jangan-jangan, ada makhluk tak kasat mata yang menggangguku. Mengingat aku yang lalai dalam beribadah beberapa hari belakangan ini, dugaanku semakin kuat. Ah, tidak mungkin!

Kembali kulihat orang 'malang' di sampingku. Sepertinya, ia sedang melamun. Kulihat wajah putihnya. Menawan, memang. Hehe.

"Jangan liatin, ntar mimisan." Aku terkejut karena pria di sampingku mengatakan hal itu. Tiba-tiba.

Aku berpaling darinya sambil menggerutu di dalam hati, "ih apaan, sih?"

Namun, aku tak bisa menahan hasratku untuk memandanginya kembali. Ia sedang sibuk membaca soal. Rahangnya terlihat mengeras dengan matanya yang tajam. Anak yang rajin, pikirku. Kupejamkan mata kembali seolah menikmati keindahan ciptaan Tuhan.

Tiba-tiba, ia mendobrak mejanya sembari berdiri kasar. Aku tersentak kaget. Kepalanya menoleh ke arahku dengan ganas.

Badanku gemeteran, tanganku digunakan sebagai tumpuan agar tubuhku tak jatuh. Tak kusadari, ia berjalan mendekat dan memandangku tajam.

Aku menutup mataku, tak kuasa melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Jantungku berdegup kencang. Kurasakan kedua tangannya menyentuh pundakku. Udara di sekitar berubah menjadi sesak tiba-tiba. Dengan perasaan tidak enak, aku berteriak secara refleks.

"Aaaaah, lepaskan, lepaskan!"

Aku juga mendengar lelaki itu ikut menjerit kaget. Aneh sekali.

Karena penasaran, kubuka mataku. Aku mendapati diriku sedang berada pada posisi tangan kiriku digunakan tumpuan kepalaku. Dan parahnya, orang-orang di sekitarku memandangku aneh. Lelaki di sampingku bernapas terengah-engah. Ada apa ini?

Loh, kok kayaknya...
Ah, Sh*t, semua tadi hanya mimpi!
Dan, mimpiku serupa dengan mimpi lelaki disampingku!
Ada apa ini??

Tbc

✎━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━✐
Thx for reading:))
Vote n comment please:')
✎━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━✐

Regret || OshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang