Part 1

256 8 1
                                    

"Rudi, jangan lari-lari dong! Nanti kamu jatuh gimana dong?" Rino terlihat kesal melihat adiknya yang berlari-lari di pasar, "Ini tempat umum Rudi!" Lanjutnya, namun Rudi tak menghiraukan, ia tetap berlari-lari dengan gembira.

"Ruudiiiii!! Nanti Mas yang dimarahin Ibu, kamu yang ngerti dong, Mas capek nih!" Rino mulai terlihat jengkel, sementara Rudi tertawa sambil terus meraba-raba sekitarnya.

"Rudi, Kamu jangan bergitu dong! Kamu kan tidak bisa melihat, kalau kamu kenapa-kenapa gimana?" ujar  Rino menyerah, tepat saat itu, Rudi langsung diam, tak bergerak, dan Rino menghampirinya. "Kenapa Rud?"

"Mas bilang, Rudi nggak bisa liat kan? Mas, Rudi tau, Rudi nggak bisa lihat, Rudi nggak sempurna kayak Mas, tapi Mas nggak boleh bilang gitu sama Rudi. seharusnya." Ujar Rudi, matanya terlihat sedih, namun tak mengeluarkan air mata.

"Rudi, maksud Mas bukan begitu. Ini dagangan Mas kan belum habis sepenuhnya, jadi Rudi jangan menambah beban ya? Rudi ngerti kan?" ujar Rino sabar.

"Maksud Mas Rino, Rudi selama ini merepotkan?" sangkal Rudi. Dari nadanya bisa dipastikan ia kecewa.

"Rudi.., Mas nggak pernah bilang kamu merepotkan, kamu anak yang baik. Cuma, kamu harus bersikap yang baik juga, kamu kan bisa bantu Mas jualan pisang goreng ini, setelah itu kita bisa main di saung. " jawab Rino sambil menatap Rudi.

"Main di saung?" tanya Rudi, ia terlihat senang. Rino mengangguk antusias.

"Mas? Main di saung kan?" ulang Rudi, Rino lupa adiknya tidak bisa melihat.

"Iya Rudi, nanti kita main di saung, sambil belajar membaca buku cerita yang dibelikan Ibu ya?" Ujar Rino, "Tapi Rudi yang baca, nanti Mas yang mendengarkan." lanjutnya. Beberapa bulan terakhir ini, Rudi sudah lancar membaca huruf braille.

"Janji Mas?" tanya Rudi senang.

"SIAP BOS RUDI!" jawab Rino sambil memberi hormat kepada Rudi, walaupun tau Rudi tak akan melihat, setidaknya Rino sudah memberi penghormatan pada adiknya itu.

****

"Pisang goreng enaaakk..! buatan ibu Rudi! Beli dua bayar dua." Ujar Rudi senang, ia berteriak ditengah keramaian pasar.

"Rudi kamu promosinya lucu deh." ujar Rino terkikik.

"Dek beli pisang gorengnya 12 buah." Ujar seorang ibu yang membawa keranjang belanjaan kuno berisi sayuran.

"Ini Bu, enam ribu." ujar Rino sambil menyerahkan pisang goreng yang dibungkus plastik dan diletakkan di tas plastik.

"Ini dek." ujar Ibu itu sambil menyerahkan 3 lembar uang dua ribu-an. "Makasih ya." Lanjutnya.

"Sama-sama Bu." jawab Rudi bangga.

"Maaf, adek bicara sama siapa toh?" tanya ibu itu kepada Rudi.

"Sama ibu lah, kan ibu barusan bilang terimakasih?" jawab Rudi heran.

"Kok Adek melihatnya bukan ke arah saya, saya pikir adek berbicara dengan orang lain." ujar Ibu itu sama herannya, kelihatannya orang ini pendatang baru dipasar, karena membeli pisang goreng yang cukup banyak dan belum tahu tentang Rudi.

"Maaf Bu, adik saya ini tidak bisa melihat." sahut Rino.

"Oh, Maaf dek, saya tidak tahu, maaf sekali lagi saya minta maaf." ujar ibu itu merasa sangat bersalah.

"Tidak apa-apa Bu." jawab Rino, mengelus punggung Rudi yang wajahnya murung.

"Mas, bisa melihat itu enak nggak sih?" tanya Rudi pelan sehingga Rino tidak mendengar, dan menganggapnya sedang bergumam kecil.

Diary RudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang