"Assalamu'alaikum.., Mbah.., Mbah Rinnii, ini Rino." Rino mengetuk pintu rumah mbak Rini, kemudian keluarlah sosok wanita tua yang memakai tongkat untuk alat bantu jalannya.
"Eh, kebetulan sekali ada Rudi dan Roni, masuk dulu yuk!" Ajak Mbah Rini mempersilahkan Duo R masuk.
"Matur suwun Mbah." Jawab mereka serempak.
"Kalian kebetulan sekali kesini, Cucu Mbah baru saja datang dari Jakarta." Ujar Mbah Rini, "bentar ya, Mbah panggilkan." Lanjutnya, kemudian Mbah Rini keluar dengan diikuti dua orang bocah, yang sepertinya usianya sama dengan usia Rudi.
"Nah, Rudi, Rino, ini yang laki-laki namanya Kevrio Frutelio Bliss, yang ini kakaknya Rio usianya lebih tua dua tahun dari Rino, ini Asmaraisa Delisa Bliss, panggilannya Raisa, nah kalian berdua-- Rio dan Raisa, ini Rudi yang itu Rino." Jelas Mbah Rini, kemudian Rio dan Raisa menjabat tangan keduanya.
"Wah, aku kira yang kesini cuma Rio saja, ya kan Rud?" Ucap Rino sambil menyenggol pundak adiknya, sedangkan Rudi mengangguk dan merangkul pundak Mas nya.
"Nah, kalian ngobrol-ngobrol dulu disini, Mbah kedepan dulu, pak supir kalian sudah mau pulang tuh." Mbah Rini kemudian melangkah keluar rumah.
"Hai , kalian berdua." Ujar Raisa ramah, kemudian ia duduk disebelah Rio. "Aku Raisa, ini Rio. Heheh."
"Kalian kelas berapa?" Tanya Rio penasaran.
"Hm.., aku baru kelas 6 SD sih, kalau Rudi belum sekolah." Jawab Rino.
"Hah? Padahal Rudi udah gede kayak aku, ya kan Kak ?" Tanya Rio kepada kak Raisa yang langsung melotot kearahnya.
"Ya, maklum, orang tua kami nggak punya cukup biaya buat sekolah Rudi, apalagi dia harus bersekolah di sekolah khusus karena kekurangannya." Rino menerangkan.
"Mas, jangan gitu!" Rudi menyenggol perut Rino dengan sikunya.
"Oh, gitu. Tapi Rudi bisa baca?" Tanya Raisa dengan senyum mautnya.
"Bisa kok, dia bahkan sudah bisa bercerita." Sahut Rino sambil menepuk punggung adiknya dengan bangga.
"Bagus dong." Rio mengacungkan jempolnya kepada Rudi.
"Ngomong-ngomong Kak Raisa kelas berapa?" Tanya Rino.
"Aku kelas 9 SMP, tingkatan sekolah sesudah SD, tapi berhubung sekarang lagi libur semester aku kesini deh." Raisa menjawab dengan masih tersenyum. Dia benar-benar baik.
"Mas, ajak mereka main dong." Rudi berbisik kepada Rino, namun terlalu keras jadi Raisa dan Rio dapat mendengarnya.
"Main kemana Dek Rud?" Tanya Raisa penasaran sekaligus antusias.
"Kalau Kak Raisa sama Rio mau besok kami ajak ke saung di sawah disebelah sana." Rudi menerangkan.
"Ke sawah?" Raisa terlihat senang, seperti baru saja mendapat hadiah 1 milyar rupiah.
"Iya kesawah, kalian mau?" Tanya Rino dengan senyum mengembang.
"Mau bangettt." Jawab Rio senang, "Disana pasti banyak cacing, gimana nanti kalau kita cari cacing buat mancing di kota?" Lanjutnya.
Wajah Rino dan Rudi berubah menjadi murung.
"Lho, kalian kenapa?" Tanya Raisa heran.
"Sebenernya kita senang kok, mau ke kota. Karena kita juga belum pernah ke kota, tapi kita kan nggak punya pancing, kalau misalnya besok sebelum kesaung kita cari bambu buat mancing kalian nggak keberatan? Terus juga, kita harus jualan pisang goreng dulu dipasar." Rino menjelaskan sekaligus bertanya.
"Hahahha kalian berdua nggak usah repot-repot, dikota, disediakan alat pancing, jadi kita tinggal cari upannya, aku yakin cacing disawah desa ini gemuk-gemuk dan lezat. Dan masalah jual pisang goreng, kalian bisa kan jual ditempat pemancingan? Pasti disana banyak yang beli." Ujar Rio bangga.
"Nanti kalau kita dapat banyak, besok malam, kita bakar ikan disini, jadi kita makan ikan bakar." Raisa menambahkan, membuat senyum di wajah Rino dan Rudi mengembang.
Mereka mengobrol hingga fajar mulai terbenam, kemudian Rino dan Rudi berpamitan pulang.
****
Sesampainya dirumah Rino dan Rudi menceritakan tentang kejadian hari ini.
"Mereka ngajak kita mancing di kota Bu, nanti kita bisa jualan juga disana, jual pisang goreng." Rudi berkata dengan lantang.
"Kalian besok ibu kasih hadiah deh."
"Hadiah apa Bu?" Tanya Rino penasaran.
"Hadiah nggak usah jualan pisang goreng, kalian bersenang-senang saja besok. Mau kan?"
"Yeeeaaah! Pasti mau Bu!" Sahut Rudi sambil melompat-lompat.
========
Haduh.., dikit banget ini. Maaf ya! Tapi pasti sering banget kok dilanjutnya kalau ada waktu hehehe.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Rudi
PertualanganWalaupun Rudi tidak bisa melihat indahnya dunia ini, dia tetap bersyukur bisa hidup bersama keluarganya yang sangat menyayanginya, yang mengajarinya membaca huruf Braille. Rudi kecil, pernah beranggapan untuk menjadi penulis hebat yang tulisannya di...