"Kak Raisa, Rudi jangan ditinggalin, Mas Rino , sama Rio juga iih! Rudi kan nggak bisa lihat jalan." Ujar Rudi yang kesal.
"Iya Rudi, Mas nggak mungkin ninggalin Rudi." Ujar Rino yang berbalik arah. Lalu menggandeng tangan Rudi, senyum terpancar jelas dari wajahnya.
"Cacingnya dapet?" Tanya Rio.
"Belum banyak sih, cuman tiga doang, padahal kita butuhnya banyak. Ya kan?" Jawab Raisa dengan logat Jakartanya.
"Rudi, mau bantuin cari cacing enggak?" Tanya Rio. Rudi langsung mengangguk, dan meraba-raba arah depan. "Sini Rud.., sini.." Lanjut Rio sambil menuntuk Rudi ke arah dimana Raisa mencari cacing.
"Nah, sekarang Rudi boleh duduk, hati-hati ya." Rino berdiri dibelakang Rudi, berjaga-jaga jika adiknya jatuh.
"Aaww! Ini apa? Geliii.., tangan Rudi geli.., cacingnya besar sekali yaa ini?" Tiba-tiba Rudi berteriak sambil tertawa.
"Wah! Rudi, iya, cacingnya gemuk iih.., aku ambil ya, taruh stoples." Raisa mengambil cacing yang berada ditangan Rudi.
"Kak Raisa kok berani nangkep cacing?" Tanya Rino heran.
"Berani lah, memangnya ada masalah?" Balas Raisa, sambil menghentikan aktifitasnya.
"Biasanya, orang kota yang aku lihat di TV nya Mbah Rini atau Pak RT itu, nggak mau kaya gini, jijik gitu." Ujar Rino sembari memasukkan tangannya ke lumpur disawah itu.
"Aah, itu kan acara TV aja. Lagian nggak semuanya begitu kan? Ini aku buktinya berani-berani aja kok, malah seneng, jarang-jarang main ke sini. Apalagi kalau nangkap cacing, terus buat mancing terus juga dibakar bareng2 wuuiihh.., senengnya nggak ketulungn Rino." Jawab Raisa mengebu-ngebu , matanya berbinar senang.
"Kalau gitu, kita salah paham Rud!" Ujar Rino pelan, tapi Raisa masih bisa mendengar.
"Yeeee apanya? Rudi kan nggak ikut-ikut Mas! Rudi nggak pernah liat TV." Ujar Rudi tertawa kecil.
"Ya nanti Rudi pasti bisa lihat TV kok, Rudi kan sering diceritain sama Mas kan?" Balas Rino gemas.
"Lupa mas, hehehehe..." Rudi nyengir kuda, wajahnya lucu,melihat itu, Raisa mengolesi pipi Rudi dengan tanah lempung disawah.
"Kak Raisaaaaa...!!" Ujar Rudi geli. Raisa yang diteriaki malah kabur, dan bertabrakan dengan Rio, alhasil mereka berdua tercebur di sawah. Rino yang melihat tertawa-tawa.
"Ada apa mas?" Tanya Rudi membersihkan pipinya.
"Mereka berdua nyemplung ke sawah." Jawab Rino terbahak-bahak.
"Ya Alloh Mas Rino.., tologin dong! Malah diketawain, berdosa mas." Ujar Rudi polos, raut wajahnya memancarkan rasa simpati, membuat leleh hati Rino. "Mas, kalau Rudi bisa ngelihat Rudi bantuin mereka Mas." Lanjutnya.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Rino berlari dan membantu mereka satu-satu, sedangkan Rudi menatap langit sambil tersenyum.
"Rud, sudah nih. Sudah mas bantu." Ucap Rino sambil menggandeng tangan Rio.
"Yaudah pulang dulu lah Mas, biar Kak Raisa sama Rio bisa mandi." Ujar Rudi, sambil berusaha berdiri.
"Nggak usah mandi deh Rud, nggak seru, jarang banget kita beginiaaannn.., ya kan Rio?" Tanya Raisa senang.
"Kalian aneh ya, kotor dan bau gini masih ketawa-tawa. Gimana sih?" Rino terheran-heran dengan Raisa yang malah mengolesi wajahnya dengan tanah lempung dan Rio yang sibuk dengan cacing tangkapannya.
"Yasudah, mancing aja yuk! Kotor begini nggak papa kan?" Rio tertawa senang.
"Eh Rio, tapi kok kaku-kaku gini ya kaki sama tangan kakak lama-lama." Ujar Raisa risih.
"Iya kak, pipi aku nggak enak banget rasanya." Tambah Rio.
"Yeee ini kan tanah sawah, lama-lama jadi kaku kalau kena kulit, alias mengering, jadi mau mandi dulu nggak?" Tanya Rudi.
"Mau deh mau., yuk pulang. Cacingnya banyak banget nih." Ujar Rio bangga dengan cacing tangkapannya yang diletakkan di plastik kecil.
***
Mereka pergi ke kota untuk memancing dengan menaiki angkutan umum yang lewat diujung desa bersama Mbah Rini.Saat malam tiba, Rudi dan Rino mengajak Ibunya pergi ke rumah Mbah Rini untuk membakar ikan hasil tangkapan mereka.
"Rud, jangan dekat-dekat api." Ujar Ibunya, "Sini sama Ibu, duduk sini Nak!"
"Iya Bu." Ujar Rudi , ia menuruti kata-kata Ibunya dan berbalik badan sambil meraba-raba jalan.
"Nih sudah selesai , sudah matang nih, Seperangkat Ikan Bakar ala-ala Raisa,Rino,Rio dan Rudiiii." Ujar Raisa bangga sambil berjalan ke arah Mbah Rini dan Ibu Rudi yang mempersiapkan nasi.
"Ala-ala RaRiRiRu , yeeeeeaaaayy!" Rio melompat-lompat senang.
"RaRaRiRiRu? Apa itu?" Tanya Rino heran, ejaannya pun salah.
"RaRiRiRu yang bener, singkatan dari Raisa,Rino,Rio, dan Rudi." Jawab Rio senang.
"Jelek banget sih, empatR aja gimana?" Usul Raisa.
"Jelek hueekk heek hekk." Balas Rio kesal.
"Apa dong terusaan namanya?" Tanya Rudi sambil berfikir.
"Aha! Aku ada ide lagi gimana kalau nama club mini kita FiveMinOne_R ?" Raisa kembali memberi usul, kali ini semoga diterima.
"Arti dan maksudnya?" Tanya Rino penasaran, begitu juga dengan Rio dan Rudi.
"Five berarti Lima , Min berarti kurang, dan One berarti satu, lalu R adalah Inisial nama kita, jadi lim dikurangi satu kan empat jadinya empat R tapi jadi FiveMinOne_R singkatnya FiMOR aja gimana? Bagus gak?"
"Enggak!" Spontan Rio menjawab cuek.
"Bagus kak." Ujar Rudi dan Rino barengan.
"Sepakat yaaaa FiMOR ?" Tanya Raisa. Rudi dan Rino mengangguk.
"Ya deh.., sepakat." Ujar Rio pada akhirnya.
"Yaudah makan dulu yuk, anggap aja ini syukuran nama club mini kita." Ujar Raisa.
Dan malam itu, mereka semua berkumpul dan bersenang-senang bersama.
Nah, teman-teman, kita wajib mensyukuri nikmat yang diberikan tuhan YME kepada kita, kalau Rudi saja bisa, apalagi kalian?
-------------
Makasi sudah baca, maap nunggu lama . Semangat K13 nyaaaaaa.., yeaay :3 :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Rudi
AdventureWalaupun Rudi tidak bisa melihat indahnya dunia ini, dia tetap bersyukur bisa hidup bersama keluarganya yang sangat menyayanginya, yang mengajarinya membaca huruf Braille. Rudi kecil, pernah beranggapan untuk menjadi penulis hebat yang tulisannya di...