Extra Part

10.7K 877 40
                                        

Author POV

Tiga tahun kemudian...

"Pake sepatunya dulu, sayang"

"Jangan lari-lari nanti jatuh"

"Sisir dulu rambutnya"

"Bunda nggak suka yang kayak gitu ya, ayo sini pa-- nah kan jatuh!"

Prilly nampak frustasi mengejar langkah putra kecilnya yang berlari keluar rumah. Padahal ia belum memakaikan sepatu dan menyisir rambutnya yang masih setengah basas. Namun, suara deru mobil diluar rumah membuat putra kecilnya itu berontak dari atas kasur bahkan tak mengizinkan dirinya menyisir lebih dahulu rambut hitamnya.

Zafraggi Putra Farez. Putra kecil dari Ali dan Prilly yang hampir genap berusia tiga tahun.

Prilly hampir bisa menangkap Aggi saat putranya itu terjatuh di ruang tamu, namun Prilly harus kembali mendengus saat Aggi bangkit berdiri dan kembali berlari keluar.

"Yayaaaaaaaahhhhh..." panggilnya saat melihat sosok Ali memasuki rumah. Ali tersenyum kemudian menjatuhkan kedua lututnya ke lantai seraya merentangkan kedua tangannya siap menyambut tubuh mungil putranya.

"Jagoan Ayah, kenapa lari-lari hmm?" Tanya Ali sambil menciumi pipi gembul Aggi yang sudah berada dalam gendongannya.

"Yuuukk Yayahhh," jawab Aggi dengan suara cadelnya, mata hitam dengan bulu mata lentiknya menatap Ali lucu. Ali mengernyit. Ia kadang tak mengerti apa yang dikatakan Aggi.

"Peluk Ayah," koreksi Prilly yang baru saja datang menghampiri Ali dan Aggi diambang pintu utama.

Aggi nampak mengangguk cepat, "Yuuukkk Yayahhh." Ulangnya lagi, tangan mungilnya mengalung dileher Ali yang membuat si empunya menahan gemas.

"Oh peluk Ayah ya? Kangen sama Ayah?" Aggi mengangguk cepat.

Prilly mendekat hendak menyisir rambut Aggi. Selagi anteng ya kan. Dengan telaten Prilly menyisir rambut lebat putranya. Hal itu tak lepas dari pandangan Ali. Melihat istri cantik dan putranya membuat lelahnya sirna seketika.

Cup!

Satu kecupan lembut mendarat di pipi kiri Prilly. Pelakunya sudah pasti Ali.

"Kamu nih, Aggi liat kan jadinya," protes Prilly. Walaupun tak bisa dipungkiri, ia pun blushing dengan perlakuan Ali.

"Baru juga pipi, yang, belum yang lain."

Prilly mencubit pinggang Ali gemas, "Apasih kamu. Udah deh jangan mesum." Ali terkekeh dibuatnya.

"Yayahhh Gi tuyuuuun." Aggi tiba-tiba berontak dari gendongannya meminta turun.

"Mau kemana sih katanya kangen Ayah?" Ali tak menuruti, ia semakin mendekap putranya.

"Ga auuuu. Gi au ain!" Aggi menunjuk mainannya yang tergeletak banyak di karpet berbulu ruang santai. Ali menurunkan Aggi, membiarkan putranya bermain.

"Kamu sakit hm?" Tanya Ali, seraya mengusap dahi Prilly lembut dengan ibu jarinya.

"Enggak, cuma pusing aja dikit. Aggi aktif banget hari ini. Lari-lari mulu dia."

"Jangan terlalu capek, sayang, aku gak mau kamu sakit," ujar Ali seraya membawa istrinya kedalam pelukannya. Ia merasakan Prilly mengangguk dalam pelukannya. Sesekali ia membenamkan bibirnya mencium berkali-kali puncak kepala Prilly, menciptakan kehangatan tersendiri bagi si empunya.

Tiga tahun hidup bersama Prilly membuat hidup Ali kian berwarna. Setiap hari selalu ada senyum yang menyambutnya sepulang bekerja. Wanita sempurna ini adalah miliknya. Utuh miliknya tiga tahun lalu. Kini, kebahagiaannya makin lengkap dengan hadirnya malaikat kecil yang pintar dan menggemaskan.

"Sayang," panggil Ali tanpa melepaskan pelukannya.

"Apa?"

"Makasih ya?"

"Makasih buat apa?"

"Makasih udah jadi bagian indah di hidup aku." Prilly tersenyum, seraya memejamkan matanya, makin mengeratkan kaitan lengannya dipinggang Ali seakan mengucapkan 'sama-sama'.

"Kangen," rengek Prilly kemudian yang membuat Ali terkekeh.

"Aku sekarang merasa tersaingi sama Aggi," ujar Prilly yang membuat Ali mengernyit bingung.

"Kenapa? Aggi nakal ya?" Tanya Ali.

"Gi ga nyakal yayaaah," sahut Aggi karena merasa namanya disebut. Ali terkekeh geli. Putranya itu merengut kecil lantas menatap Prilly lucu.

"Apa liat-liat bunda? Tadi aja lari-lari gak mau Bunda pakein sepatu," ledek Prilly.

"Undaaa Gi ga nyakal." Sepertinya Aggi butuh pembelaan darinya setelah sang Ayah mengatakan dirinya nakal. Padahalkan Ali hanya bertanya.

"Iya, Aggi gak nakal. Ayah cuma bercanda, pacar kecil," ujar Prilly gemas.

"Jadi?" Tanya Ali kemudian.

"Yaa aku kesal aja, anak kamu tuh selalu nyuri start aku. Kamu harus liat gimana antusiasnya dia waktu denger suara mobil kamu. Langsung lari dia, mana cepat banget lagi. Tadi juga sempat jatuh, aku kira bakal nangis, eh gak tau nya dia berdiri lanjutin larinya." Cerita Prilly yang membuat Ali terkekeh.

"Jadi cemburu sama anak sendiri?"  Goda Ali menahan senyumnya.

"Yaa engga--"

"Mau aku cium juga?"

"Yaa,--"

Cup!

Cup!

Cup!

"AAAAAAAA kamu maaaah!" Pekik Prilly malu saat Ali mencium kening, hidung dan bibirnya berurutan. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Untung Aggi sudah kembali pada mainannya.

Ali tertawa kecil, ia melepas telapak tangan Prilly yang masih setia menutupi wajah cantiknya.

"Hei, i love you," bisik Ali didepan bibir Prilly.

Prilly membalas tatapan Ali, tersenyum kecil. "I love you too."

Ali tersenyum lembut, mendorong tubuh Prilly hingga terpojok disudut ruangan. Hingga mereka hanyut dalam ciuman cinta untuk beberapa saat kedepan.

Jika cinta membawamu,
Ikutlah bersamanya

-Alians Farez & Prillyanda Mahera-




Haiii balik lagi niii. Baik kan aku bawa extra part. Iyalah, padahal tadinya udah up sampe epilog aja. Ck ck ck kalian tuu yaa astaga😂udah nii extra part nya. Awas lo jangan minta extra part 2 atau new version apalagi protes kenapa dikit banget. Ketahuilah kalian itu gaada puas-puasnya disuguhi 10k word juga hemmm. Bacok niii nanti sama aku😋 sudah aku bilang aku ini nggak berpengalaman. Ini aja dipaksain nii demi kalian

Oh iya udah baca new story belum?
Powerpoint in Love
Baca yaa baca yaaaa...

Oke jangan lupa vote and comment yaaaa

Dadaaaah

Salam AP
Salam Author

Pengendap Sekolah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang