Epilog

9.9K 887 100
                                        

Author POV

"Yah, Bu, Ali mau nikahin Prilly."

"APAAAA?!"

Ali meringis ngilu mendengar pekikan kaget dari Ayah dan Ibu nya. Kenapa respon mereka sekaget ini? Apa ada yang salah? Oke, ia akui mungkin ini terlalu tiba-tiba. Tapi apakah harus sekaget ini? Come on, Ali tidak mengatakan kalau ia ingin diambilkan bulan.

"Kamu bercanda, Li?" Tanya Ibu nya kemudian terkekeh.

"Hah? Ibu Ali serius," desah Ali kesal. Apakah wajahnya terlihat sedang bercanda?

"Iya, Li, kamu bercanda kan?" Kini Ayahnya yang bertanya.

"Ayaaaaah." Kali ini Ali merengek. Terserah ia akan dibilang anak kecil sekalipun.

"Ali serius. Ali mau nikahin Prilly!" Ucap Ali menegaskan. Mendadak suasana mendadak senyap, senyum geli dan kekehan kecil mendadak pudar dari Hamda dan Ratna.

Hamda mulai berdeham pelan, lantas menatap serius putranya yang duduk bersebrangan dengannya.

"Kamu nggak lupa kan siapa perempuan yang ingin kamu nikahi?" Tanya Hamda. Kini Ali mengerti mengapa respon Ayah dan Ibu nya seperti itu.

"Ayah, semuanya udah baik-baik aja. Om Vano sama Tante Dena bahkan udah ngerestui kita berdua," ujar Ali.

"Ayah nggak setuju. Kamu bisa cari perempuan lain asalkan bukan Prilly." Setelahnya Hamda bangkit dari duduknya dan keluar begitu saja.

"Mas!" Sela Ratna cepat, ia menatap putranya sendu kemudian segera mengejar suaminya keluar.

Ali menatap kosong kursi yang tadi di tempati Ayahnya. Penolakan Ayahnya terngiang-ngiang ditelinganya.

"Ayah nggak setuju"

"Ayah nggak setuju"

"Ayah nggak setuju"

Ali menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, mengacak rambutnya frustasi. Semua yang ia anggap membaik, ternyata tidak. Satu masalah lagi datang. Jika dulu Papa Prilly yang menentang hubungan  mereka, kini Ayahnya. Dan semua tak jauh dari masa lalu kedua pria paruh baya itu. Bukankah semuanya sudah selesai? Kenapa... arghhh!

Ali berjalan gontai ke kamarnya. Mendadak ia malas melakukan apapun. Apa ia dan Prilly memang tak ditakdirkan bersama? Entahlah, kepala Ali serasa ingin pecah sekarang. Tiba dikamarnya, Ali menutup pintu setengah membantingnya, dan dalam sekali pendaratan ia berhasil menelentangkan tubuhnya pada kasurnya.

Berkali-kali ia menghela nafas. Menggulingkan abstrak posisi tubuhnya hingga seprai dan selimutnya berantakan. Tak lama pintu terbuka, entah siapa yang datang. Selimut putih yang membelit tubuhnya membuatnya tak bisa melihat siapa yang masuk kedalam kamarnya. Ah, mungkin saja Ibunya.

"Hei, kamu kenapa?" Suara Prilly.

Ali yang tadi merencanakan akan diam didalam selimut, seketika berontak dengan hebohnya. Ia bahkan berguling kesana kemari karena selimutnya tak kunjung mau terlepas dari tubuhnya.

Merasa Ali butuh bantuan, Prilly akhirnya meraih kaki Ali memintanya diam.

"Kamu ini kenapa sih? Guling-gulingan kayak anak kecil," tanya Prilly heran. Tadi sebelum masuk, ia bertemu dengan Ayah dan Ibunya Ali. Mereka mempersilahkan masuk dan menyuruhnya langsung menemui Ali dikamarnya.

Setelah wajah Ali terlihat sempurna, Prilly mengernyit bingung saat Ali justru menatapnya. Tatapannya dalam penuh cinta. Eh tapi kenapa ada unsur luka dimatanya?

"Hei, i love you." Ali berujar pelan.

"I love you too."

"Kamu kenapa?" Tanya Prilly kemudian.

Pengendap Sekolah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang