HARAPAN

9.6K 430 5
                                    

AYARA POV :

Gue membeku seketika denger suara Damma yang merintih seperti menahan sakit. Ternyata felling gue tepat, ada sesuatu terjadi sama Damma. Gue kelabakan. Dan dengan tangisan gue tanya dia ada dimana dan kenapa? Dia merintih terus, dan hanya menjawab dengan menyebutkan sederet lokasi yang tak jauh dari kompleks perumahan gue. Gue mematikan sambungan telpon, dan berlari kearah garasi untuk mengeluarkan mobil gue. Gue mau jemput Damma sekarang, dari suaranya dia sekarat sekarang. Mamah, papah, Azura dan beberapa pembantu gue keluar, menatap gue kaget, bahkan papah sampai berteriak ikut panik. Gue nggak meduliin meraka, karena sekarang gue kudu selametin Damma.

    Nggak butuh waktu lama untuk sampai kelokasi yang Damma sebutin tadi, jalanan ini sepi dan gelap gulita. Gue jadi meriding sendiri saat lewat tempat ini. Gue nyalain lampu sorot gue untuk membantu mencari keberadaan Damma. Gak ada mobil Damma disini.... Tapi ada Damma yang sedang terkapar diatas aspal dengan baju bersimbah darah. Gue segera mengerem mobil gue dan berlari turun. Gue rengkuh tubuh lemah Damma kedalam pelukan gue.

    "Dam, damma, elo kenapa?"gue mengoncang tubuh Damma keras, tangis gue pecah dan gue takut setengah mati liat kondisi dia sekarang.

    "Ra, sakit."rintih Damma lirih dan memeluk lengan gue erat. Gue panik, dan dengan cepat gue bawa dia masuk kedalam mobil, Damma harus segera dibawa kerumah sakit.

              _oOo_

"Untuk nona segera bawa saudara Damma kesini. Kalau telat sedikit saja mungkin nyawanya tidak tertolong. Sekarang kondisi Damma sudah mulai stabil. Dan sudah dipindah ke ruang rawat inap. Untungnya luka tusukan tidak terlalu dalam." jelas dokter Jeremy kearah gue, gue tersenyum penuh kelegaan dalam isak gue. Sejak menemukan Damma sampai kerumah sakit ini, gue nggak berenti nangis. Gue udah nggak peduli dengan kondisi gue yang penuh dengan darah Damma. Gue udah hubungin keluarga kita dan mereka akan segera sampai. Gue menyeka air mata gue dan dengan langkah lunglai berjalan mendekati kursi tunggu depan ruang rawat inap Damma. Rasa lelah mendera tubuh gue, dan membuat kondisi tubuh gue ini makin memburuk. Tapi gue nggak peduli, yang terpenting sekarang adalah Damma sudah selamat.

                _oOo_

DAMMA POV :

 

Gue perlahan membuka mata gue, dan melihat keadaan sekitar gue. Ruangan ini begitu asing dan bau obat-obat menusuk indera penciuman gue. Gue mencoba bangun, tapi sakit diperut dan bagian punggung gue, buat gue membatalkan niat awal gue. Gue kembali celingak-celinguk dan mendapati wajah lelah Ayara terbaring diatas tangan kiri gue. Gue terdiam, mengamati wajah Ayara yang tampak pucat dan lelah, matanya pun terlihat jendul khas orang yang habis nangis semalaman.

  Tanpa sadar gue tersenyum, dan menatap wajah cantik Ayara lekat, teringat kembali kejadian semalam, saat Ayara datang untuk menyelamatkan gue dengan wajah panik dan khawatir. Entah kenapa gue merasa happy saat tau dia khawatir sama gue. Bahkan Azurapun belum pernah sebegitu khawatirnya saat gue kenapa-kenapa. Tapi Ayara.... Dia selalu peduli sama gue, perhatian sama gue, dan nggak pernah marah dengan sikap gue yang kasar sama dia. Gue mengangkat tangan kanan gue yang diinfus, berniat mengelus rambut Ayara. Gue ngerasa kangen banget ngelus rambut dia kaya dulu sebelum kita musuhan. Gue kangen rambutnya yang halus dan wangi, gue kangen Ayara.

Pelan-pelan gue belai rambut panjang Ayara, ingin merasakan lagi membelai rambut sahabat gue ini. Tapi, ada yang aneh... Rambut Ayara terasa menipis, dan tak seindah dulu, kenapa sekarang keliatan begitu lepek dan tunggu dulu...

Gue memicingkan mata untuk melihat kepala Ayara secara seksama, kenapa kepala Ayara terlihat agak botak ya? Perasaan dulu nggak gini deh? Kok sekarang Ayara botak si?! Gue terpaku, menatap Ayara ganjil.

AFTER (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang