PERMINTAAN

9.6K 424 8
                                    

DAMMA POV :

Gue menyusuri lorong sebuah rumah sakit tempat Ayara dirawat, dengan langkah bimbang. Rasa takut akan kehilangan Ayara, benar-benar membuat nafas gue terasa sesak. Disamping gue Azura tiada henti menangisi kondisi Ayara. Kami berdua merasakan hal yang sama, PENYESALAN !

  Gue melihat mamah dan papah Ayara tengah berdiri diambang sebuah pintu dengan wajah penuh kesedihan. Hati gue berdebar, gue takut !

    "Halo tan, om."sapa gue dengan suara bergetar, mamah dan papah Ayara menoleh dan tersenyum tipis ke arah gue.

  "Kamu sudah datang, kebetulan kalau begitu."suara papah Ayara terdengar lirih dan tanpa semangat.

   "Ayara_"

   "Dia belum siuman, dia masih koma. Harapannya benar-benar tipis untuk bertahan."jelas mamah Ayara memotong ucapan gue. Dan mendengar itu, separuh kesadaran gue terasa menghilang. Kaki gue lemas, benar-benar lemas sampai rasanya nggak sanggup lagi berdiri. Gue mengintip ke dalam ruang ICU, terlihat jelas didalam sana, sosok Ayara yang terbaring lemah tak berdaya dengan berbagai alat medis terpasang ditubuh rapuhnya. Gue mengigit bibir gue keras-keras, berusaha menahan tangis gue.

   "Boleh aku ketemu dia tante? Aku pingin liat dia lebih dekat."pinta gue, mamah dan papah Ayara mengganguk.

    "Ganti pakaianmu dulu,"mamah Ayara memperingatkan, gue mengganguk.

  Setelah berganti baju dengan pakaian serba hijau dari rumah sakit, gue berjalan memasuki ruangan ICU tempat Ayara kini tengah berbaring tak sadarkan diri. Bau obat-obatan dan suara alat pemantau detak jantung benar-benar membuat gue gemetaran.

  Gue berdiri disamping Ayara, memandang wajah gadis itu lekat. Wajahnya benar-benar berbeda dari apa yang sering gue lihat. Tak ada senyuman, dan tanpa ekspresi. Benar-benar mengerikan. Gue meraih tangan Ayara dan menggengamnya, terasa dingin dan ini buat gue gak bisa lagi menahan air mata yang sejak tadi berusaha gue bendung. Gue terisak, gue benci Ayara yang seperti ini.

   "Ra?"panggil gue lirih. Dan Ayara tetap diam, suara cerianya tak terdengar sama sekali, membuat hati gue terasa ngilu. "Gue mohon bangun... Gue dateng, Ra. Buat jengukin elo dan bilang gue sayang elo. Gue mohon bangun Ra. Apa si yang buat elo nggak mau bangun dan betah tidur kaya gini?! Ayara yang gue kenal itu bukan cewe kebo yang sukanya tidur."isak gue. "Elo emang nggak kangen gue? Empat hari kita nggak ketemu, dan kenapa saat kita ketemu harus dalam kondisi yang seperti ini si? Jangan buat gue ketakutan Ra, pliss bangun... Gue kangen dipeluk dan dicium sama elo. Kangen dimanjain sama elo. Kangen diperhatiin sama elo lagi. Gue mohon bangun... Gue kangen banget sama elo."gue terus menangis, ini adalah kali pertama gue menangisi untuk seseorang. Melihat Ayara yang seperti ini, dan teringat mimpi gue yang mengerikan itu, membuat gue merasakan hal buruk akan terjadi. Gue nggak bisa bayangin, semisalnya Ayara benar-benar pergi ninggalin gue untuk selamanya, apa gue mampu njalanin hidup gue dengan baik. Jawabannya jelas TIDAK !

Gue memejamkan mata gue, hati gue terasa perih, kenyataan ini benar-benar buat gue nggak berdaya. Dan satu permintaan gue adalah...

Diberi kesempatan untuk kembali bersama Ayara walaupun itu hanya sebentar !

                _oOo_

Gue terduduk dibangku tunggu depan ruang ICU, setelah menjenguk Ayara tadi, gue merasa lemas, karena nyatanya Ayara sama sekali nggak merespon apapun yang gue udah ucapkan. Seorang menepuk pundak gue dan menyadarkan gue dari lamunan gue tentang kondisi Ayara. Dia adalah mamah Ayara.

    "Ini... Ini surat yang ditulis Ayara sebelum dia koma. Buat kamu..."mamah Ayara mengansurkan secarik kertas kearah gue dan gue menerimannya dengan perasaan penasaran dan deg-degan yang bersatu dalam hati gue. Gue membuka lipatan kertas itu perlahan dan mulai membaca tulisan Ayara yang terlihat begitu berantakan.

AFTER (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang