Milikku

52 3 0
                                    

Jika belum punya, sebaiknya tahan dulu niat untuk memiliki-nya seutuhnya. Atau kau akan terluka dengan sejadi-jadinya.

_


  Malik kembali kekelasnya dengan pikiran kacau, Dimas, Gana dan Didi yang awalnya masih bercandaan langsung tercengang melihat kondisi Malik yang kacau balau. Malik duduk dikursi kedua paling belakang yang menghadapkan antara Ia dan ketiga temannya. Dimas mendekat dan mulai mengintrogasi Malik, begitu juga dengan Gana dan Didi yang sudah terlihat penasaran.

"Elo kenapa?". Ucap Dimas memulai percakapan.

Yang ditanya menatap intens kedua mata Dimas, mengisyaratkan agar jangan bertanya sekarang. Untung saja Dimas mengerti akan hal itu, sebab Dimas sudah mengerti sifat Malik seperti apa, secara mereka adalah teman sejak kecil.

"Woii jangan kayak gitu anjir, ngeri gue liatnya. Kek homo aja lo berdua tatap-tatapan gitu". Ucapan Didi mendapat pelototan dari keduanya. Sedangkan Gana cekikikan disamping Didi, hingga menampilkan kedua lesung pipinya yang dalam.

"Paling gara-gara Syahra pingsan. Ya kan?"
Gana menyenggol bahu Malik yang sudah terlihat agak tenang sekarang. Kabar bahwa Syahra pingsan sudah tersebar sampai kekelasnya. Jadi tidak heran mereka saja sudah sampai tahu.

"Hari ini kerumah gue jam kaya biasa". Ucap Malik kepada ketiga teman-temannya. Setelah itu Ia kembali melangkah keluar ruangan.

"Kemana?" Ucap Dimas.

"UKS". Hanya satu kata itu ketiga temannya sudah mengerti apa tujuannya ke UKS. Apalagi jika bukan bertemu Syahra.

_

Tok tok tok. Ketukan pelan dari pintu membuyarkan lamunan Syahra sebelumnya. Orang itu masuk dan memandang lama Syahra yang masih terlihat pucat di ranjang UKS.

"Hai? Lo udah gak papa?". Malik mendekat ke arah Syahra yang masih juga menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sejenak mata mereka bertemu, Malik melihat ada percikan air mata yang membekas diantara dua mata cewek itu. Lama mereka berpandangan. Ternyata air mata cewek itu turun lagi dan kali ini lebih deras, Syahra menangis dihadapannya.

"M-malll g-gue t-takutt". Ucapan Syahra tergagap akibat tangisannya. Cewek itu menunduk dan menutup mukanya dengan telapak tangan. Malik tergerak untuk memeluk cewek dihadapannya ini namun Ia urungkan. Ia tidak bisa melihat Syahra menangis dihadapannya dengan kondisi seperti ini.
Syahra melanjutkan ucapannya. "G-gue gak tau a-apa ada yang s-sirik sama g-gue?". Malik terenyuh mendengar ucapan Syahra.

"Gak ada yang sirik sama lo. Gue ada disini. Gue bakal jagain lo, dan gue gak bakalan biarin kejadian kayak gini keulang lagi sama lo. Percaya sama gue." Bukannya tenang, tangisan Syahra malah makin menjadi-jadi. Dan sekarang Malik semakin ingin memeluk cewek itu, memasukkannya dalam rengkuhan tubuhnya agar tidak ada lagi yang bisa mengganggu bahkan mencelakakannya. Dia ingin melindungi apapun yang terjadi.

5 menit Malik membiarkan Syahra menghabiskan air matanya. Dia biarkan cewek itu meluapkan kekesalannya. "Lo gak ada yang sakit kan? Nanti tante bisa marah sama gue kalo tau anaknya kenapa-kenapa". Malik mencoba membuka suara lagi agar dapat mengorek informasi tentang siapa yang mencelakakan Syahra.

Syahra menggelengkan kepala tanda Ia tidak kenapa-napa. "Terus lo tau siapa yang udah dorong lo tadi?. Syahra mencoba mengingat sesuatu dan berucap meski suaranya masih agak serak.

"Gue tadi jalan habis dari aula ketemu lo, gak taunya ada yang dorong gue sampai gue jatoh, sekilas sebelum gue benar-benar pingsan gue liat dia cowok makai celana hitam dan sepatu Converse warna hitam putih yang jalan didepan gue. Gue gak sempat liat mukanya karna udah keburu gak sadar. Dan perkiraan gue sih cowok itu yang udah dorong gue". Ucap Syahra panjang lebar.

Malik mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Syahra. Cowok memakai celana hitam? Bukannya hari ini siswa memakai celana abu-abu? Lalu sepatu Converse? Disekolah ini ada larangan memakai sepatu yang tidak sesuai aturan. Lalu siapa orang itu? Apa cowok itu juga yang sudah memberikan pesan misterius kepadanya semalam? Apa Ia bersekolah diaini? Banyak sekali pertanyaan di otak Malik yang belum terpecahkan. Dan Ia tidak bisa menemukan jawabannya..

Sepulang sekolah Malik mengantarkan Syahra pulang kerumahnya. Karna rumah mereka berdua bersebrangan jadi Ia memutuskan untuk mengantarkan cewek itu. Dijalan Syahra terlihat berbeda dari biasanya. Ia lebih banyak diam dan melamun. Malik mengubah kaca spionnya menghadap wajah Syahra. Disana Ia bisa melihat wajah Syahra sesukanya. "Tumben bisa diam? Biasanya lo kan gaduh banget dimotor gue?". Celetukan Malik Mambuyarkan lamunan Syahra.

"Gue kepikiran yang tadi"

"Gak usah dipikirin, nanti jadi beban buat lo"

"Tapi gue masih takut"

"Masih ada gue!"

Syahra terdiam mendengar ucapan terakhir Malik. Ia memalingkan wajahnya ke arah jalanan didalam kompleks perumahan mereka yang ditumbuhi pohon-pohon. Sebentar lagi mereka akan sampai.

"Gue yang akan jagain lo" Ucap Malik lagi.

"Hmm" Syahra hanya bergumam kecil.
"Tumben lo baik? Biasanya aja suka cari masalah sama gue"

"Ck, mulai deh tololnya"

"Apa lo bilang? Ulangin ulangin". Syahra memajukan tubuhnya ke arah Malik yang masih menyetir. Sontak saja motor yang dipakai mereka jadi sedikit hilang kendali.

"Woiii lo mau mati?? Bisa diem gak sih? Jatuh nanti!"

"Gue diam salah, gue kayak gini juga salah. Memang hidup gue selalu serba salah"

"Alay anjirr".

"Biarin!"

Setelah percekcokan kecil mereka tidak terasa mereka sudah sampai didepan rumah Syahra. Syahra melambaikan tangannya ke arah Malik. Dan Malik hanya tinggal menyebrang untuk sampai kerumahnya. Malik lega karna Syahra kembali menjadi Syahra yang Malik kenal. Yang selalu bisa membuatnya tertawa bila mengingatnya.

Malik melangkah masuk dan memasukan sepatunya kedalam rumah, kedatangannya disambut oleh Ibunya dan... Ada seseorang lagi dibelakangnya.

Mata Malik menatap tidak percaya dengan kedatangan cewek dibelakang Ibunya itu. Cewek yang sudah beberapa tahun ini tidak pernah Malik lihat batang hidungnya. Cewek itu tersenyum saat sadar Malik menatap dirinya. Buru-buru Malik melangkah masuk kedalam kamar, sebelum Ibunya berkata lain.

Tok tok tok. Bunyi suara pintu Malik terdengar, presepsinya hanya ada dua itu Ibunya atau cewek tadi. Lama Malik berdiri dihadapan pintu, Ia tiba-tiba ragu jika harus dihadapkan dengan cewek tadi. Malik pun memberanikan diri untuk membuka pintu. Dan... cewek itu tepat ada didepan Malik.

"Apa kabar Mal?". Sungguh kata pembuka yang Malik benci.

"What are you doing here?".

"Aku cuman mampir. Cause the day after tomorrow I have go back to LA"

"Lalu? Hubungannya kamu ada disini apa?". Malik sudah tidak sanggup dengan kecanggungan ini.

"I miss you. Dan cuman ini kesempatan aku buat ketemu kamu"

"Why?"

"Cause I want to get married Mal"

.
.
.
.






-Yeayy. Gimana bagian yang ini? Suka suka??✌

Dear NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang