H-1

55 3 1
                                    

"Untuk pura-pura peduli sepertinya aku masih noob"

_

  "Oke untuk rapat kali ini saya tutup sampai sini. Mari bekerja sama dengan baik, kita harus optimis bisa menyelesaikan acara besok dengan wah dan maksimal. Tidak ada panitia yang tidak bekerja. Untuk penyebaran undangan setelah ini mulai bisa menyebarkan undangan. Untuk penayangan CAS boleh diambil alih oleh 2 orang panitia dokumentasi, Rega dan Aari, yang lain silahkan bekerja dengan baik dan benar. Sekian yang dapat saya sampaikan, terimakasih".

Shaid meninggalkan ruangan OSIS dengan laptop ditangannya, berjalan ke luar dengan aura khas ketua OSIS. Sebelum itu, Syahra sudah sangat sangat mengantuk mendengar suara Shaid yang bagaikan syair merdu ditengah siang bolong. Syahra tidak sepenuhnya mendengar wejangan dari ketos itu, yang Ia ingat hanya kata-kata penutup dari Shaid.

Syahra mencoba mencari peruntungan dengan membawa salah satu temannya untuk kembali ke kelas dan melanjutkan tidurnya. "Kelas yuk Aari?"

"Enggak deh, gue masih harus ngedit CAS"

"Rega?".

"Gue nolongin Aari Syah, duluan aja lo ya"

"Oke"

Dua-duanya menolak. Oke.
Syahra berjalan sempoyongan menuju kelas, sampai di kelas Ia melihat jajaran kursi yang disatukan itu seperti melihat springbed yang nyaman dan empuk. Surga bagi para murid sejenis Syahra. Sesaat menidurkan diri di jajaran kursi itu Syahra sudah terlelap.

"Malik mana?"

"Eh Malik mana sih?

"Gue gak liat Malik seharian, dia gak sekolah?"

"Hah? Dia ngejar cowok?"

"Siapa?"

Samar-samar Syahra mendengar suara yang familiar di dekatnya menyebut-nyebut nama Malik. Tapi Ia acuh tak acuh dan kembali melanjutkan tidurnya. Tak berapa lama, badannya diguncang seseorang.

"Syah. Syahra!!"

"Syahra!! Bangun, kebo banget sih"

"Aduhhh apaan sih, gue cuman pengen tidur tenang, diganggu mulu"

"Bangun dulu makanya, penting ini penting!!" Fara gemas sendiri melihat Syahra yang tidak ingin bangun dari springbed ala-alanya ini. Fara mendekatkan wajahnya ke telinga Syahra dan membisikkan sesuatu "Malik hilang".

1

2

3

"Biarin"

Respon Syahra yang seperti ini memang membuat Fara seharusnya menendang cewek ini saja.

"Ini beneran Syah, Malik ngilang dari sekolah, ditelfon juga gak ngangkat, di tanyain ke orang rumahnya dia juga gak ada, terus-"

"Sejak kapan lo peduli Malik?"

Kata-kata Syahra barusan sepertinya cukup berefek membuat Fara bungkam. "Bukan gitu Syah gue cum-"

"Lo suka?" Syahra kembali memotong kata-kata yang ingin diucapkan Fara.

"Hah?? Suka ap-"

"Suka mie ayam? Temenin gue ngantin, gue traktir". Buru-buru Syahra menarik tangan Fara yang masih sedikit terlena dengan ucapannya yang sedikit ambigu barusan. Bukan tanpa maksud, Syahra hanya ingin bercanda saja dengan ucapannya barusan, tapi melihat respon Fara yang agak aneh jadi ya Ia sudahi saja lah.

Mereka berjalan beriringan menuju area kantin sambil membahas mengapa bisa "Malik hilang?". Sungguh aneh bukan? Cowok aneh dan belagu macam Malik bisa hilang, yang benar saja. Siapa juga yang ingin menculik orang gila macam cowok itu.

"Duduk di dekat TV aja Syah". Dua cewek itu duduk di tengah-tengah kantin yang menghadap langsung ke tempat dipasangnya sebuah TV.

Selama menunggu makanan mereka diantar, Fara mengutak atik remot TV untuk memindah ke channel yang mereka inginkan. Dan dapatlah sebuah channel yang menayangkan sebuah program TV tentang demo yang sedang marak diperbincangkan. Namun, seperti ada yang janggal dari sebuah tayangan berita itu. Fara yakin Ia tidak salah lihat.

"Syah coba lo liat deh itu yang naik-naik pager bawa spanduk pake baju SMA". Ucap Fara menunjuk seorang cowok yang naik pagar beserta rekan-rekannya disana.

Syahra ikut penasaran, Ia memajukan badannya ikut memperhatikan cowok yang ditunjuk Fara. Untuk porsi tubuh sepertinya Ia pernah melihatnya. Untuk potongan rambut sepertinya Ia familiar dengan cowok itu. Lama mereka memperhatikan, cowok yang ada di layar TV itu pun berbalik berseru menghadap layar. Syahra dan Fara ternganga tidak percaya, orang yang mereka kira hilang, diculik, ternyata ikut aksi demo.

"Bener-bener dah tu anak, kelakuannya emang bikin gue istigfar mulu". Fara geleng-geleng kepala melihat orang yang disangkanya hilang ternyata ada di salah satu dari ribuan orang yang ikut aksi demo.

Syahra yang salah menduga bahwa Malik memang hilang, tertawa puas melihat sahabatnya ini yang merasa dikelabui.

"Itu ternyata yang hilang? Hahahahaha, aduh aduh sakit perut gue, hahahaha"

"Yee gue mana tau ternyata dia ada disana". Fara sedikit cemberut melihat Syahra menertawakan dirinya yang telah salah besar menilai bahwa orang itu memang benar-benar hilang.

"Telfon gih Malik, siapa tau di angkat. Hahahaha"

"Ishhh Syah, udah dong. Jangan bilang-bilang sama Malik ya nanti. Awas aja lo, malu guee".

"Salah sendiri, bikin kesimpulan kayak gitu".
Syahra masih menahan untuk tidak tertawa melihat reaksi Fara yang begitu. "Udah ah bahas orang gila kayak dia gak akan ada habisnya, mending makan, udah gue bayarin lagi lo, jangan mubazirin duit gue".

"Iya iyaaaa". Fara mengikuti Syahra makan mie ayam yang sudah disajikan di atas meja.

Dilain tempat, seorang cowok yang berdiri ditengah-tengah kerumunan orang berteriak dan menaik-naik pagar membuatnya panas. Cowok itu menjauh ke pinggir kerumunan, namun dari tadi Ia merasakan hidung gatal yang tidak bisa Ia tahan, hampir 4 kali Ia bersin dan menggosok-gosokkan hidungnya yang gatal. "Aduhh ini siapa yang lagi ngegibah gue sih!!".

Dear NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang