Bagian2 : Pangeran Sekolah

21 2 0
                                    

Gadis ini menghembuskan nafas gusar membaca tulisan diatas pintu kelas itu. 'XII MIPA 1'

"Aish ada apa sih narik-narik?!"

"Ssttttt...

"Ya ampun jangan buat penasaran deh"

"Wialah malah dipedotin, lah aku kudu piye??" Dengan medok jawanya Aish, orang yang menarik Syakilla tadi meringis. Padahal baru saja dirinya mau memberitahu kepada temannya itu, tapi malah ucapannya diputus.

"Langsung ke inti aja!" Antara penasaran dan takut karena mereka berdua berada pada kawasan yang tidak strategis, apalagi setelah Aish membuka suara mereka jadi pusat perhatian setiap kakak kelas yang mau masuk kedalam ruangan. Bisa dibilang karena suara Aish diatas rata-rata atau lebih tepatnya keras jadi mengundang simpati dari banyak orang.

"Yo wes meneng, sek aku rangkai kata dulu"

"Aish!" Desak Syakilla yang matanya sudah menajam.

"Sabar mbak sabar... iki susah tenan ngomonginnya. Jadi gini loh mbak Ayu, tadi itu pak Sento... kenal kan?"

Syakilla hanya mengangguk. Lagian siapa yang tidak kenal dengan guru yang terkenal killer seanterio sekolah itu?

"Jadi tu gini... pak Sento itu...

"Iya"

"Pak Sento...

"Apa?"

"Pak Sento it-

Kringggg kringgg kringg

Dari pada mati memaki lebih baik pergi meski tak mengetahui. Setelah rasa penasarannya hilang, digantikan dengan perasaan yang teramat jengkel. Bertepatan juga dengan bel masuk yang sudah berbunyi membuat Syakilla langsung berlari pergi meninggalkan Aish yang masih meneriaki namanya.

"Yuu!! Duhh gusti, itu pesannya belum sampai. Ayyuuuu!!"

"Basi lo Is!!" Jawab Syakilla berteriak juga, namun tak membuat ia menghentikan langkahnya.

Dia dan Aish memang tidak satu kelas, tidak satu lorong dan tidak pula satu gedung. Karena Aish yang mengambil jurusan berbeda dengan Syakilla, dia mengambil jurusan IIS atau IPS. Tanpa memperdulikan bagaimana Aish bisa masuk ke kelasnya tanpa terlambat, Syakilla sudah duduk rapi menunggu guru mata pelajaran pertama datang.

Rasa kesalnya sudah membutakan semua rasa yang ada dihatinya untuk Aish tapi cukup untuk saat ini. Karena bagaimana pun Aish adalah teman satu-satunya yang betah berteman dengan dirinya yang terlalu cuek soal pertemanan. Juga satu-satunya orang yang memanggil dia dengan nama tengahnya, 'Ayu'. Kata Aish sendiri Syakilla itu lebih cocok dipanggil Ayu, karena mukanya enak dipandang, baik dan kalem. Tapi kadang-kasang KAyak LEMbu. Untung saja sampai saat ini Syakilla belum tau apa itu artinya Lembu, jadi dia hanya mengangguk-anggukan kepala saja jika Aish berkata seperti itu.

Jam pertama dihabiskan untuk membahas rumus giometri. Syakilla yang memang terlalu malas jika mengenai SIN dan COS memilih untuk untuk mencoret-coret hal lain pada buku catatannya.

SIN kenapa kamu manja sekali? Ayolah bersama sekawanmu COS, COT, TAN, CTG atau apalah itu, cobalah belajar untuk dewasa. Agar kami tidak lagi bersusah payah mengurusmu dengan memasukkan rumus. Berlajarlah mandiri, aku mohon.🙏

Setelah menuliskan itu, Syakilla berdiri lalu meminta izin pada bu Naila, selaku guru Matematika Peminatan untuk pergi ke toilet. Sebenarnya bukan karena ia ingin ke toilet, tapi lebih tepatnya tidak mau mendengarkan penjelasan yang sangat tidak dia mengerti. Membuang waktu saja, fikirnya.

Langkah kakinya tidak membawa ia ke toilet melainkan perpustakaan. Setelah menyerahkan kartu pengenal kepada penjaga perpustakaan, Syakilla langsung mengambil asal buku lalu duduk disalah satu kursi yang tidak berpenghuni. Memang perpustakaan sekarang tidak terlalu ramai, karena masih jam masuk. Namun bagi kelas yang tidak ada guru mata pelajarannya dianjurkan untuk keperpustakaan mencari sendiri referensi belajar. Tapi ada juga yang seperti Syakilla, diam-diam meninggalkan pelajaran dan sampai ke perpustakaan memposisikan buku didepannya tegak sedangkan dia sendiri memilih untuk tidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang