Part 6

9.9K 2K 723
                                    

SUDAH lima belas menit berlalu tapi ambulans yang di hubungi oleh Doyoung tidak kunjung datang! Wajah Haechan sudah pucat; bibirnya bergetar dan sedaritadi ia hanya bisa menangis. Kakinya sakit bukan main, belum lagi punggungnya juga membentur tangga, rasanya Haechan tidak kuat menahan rasa sakit ini.

Semua member berkumpul di ruang tengah; mereka shock melihat keadaan Haechan yang tiba-tiba seperti itu. Terjatuh dari tangga dan yang lebih parah kakinya menyangkut pada lubang yang terletak di sisi tangga hingga patah.

"Hari sudah mulai malam! Dimana ambulans nya?!" bentak Mark tak sabaran. Meskipun selama ini ia terlihat tidak menyukai Haechan, namun sungguh, lelaki berkulit tan itu sudah ia anggap sebagai adik sendiri.

Kedua bola mata Taeyong berkaca-kaca, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tidak ada kendaraan di villa dan jarak dari villa ke rumah warga setempat itu lumayan jauh. Tidak mungkin mereka semua berjalan malam-malam seperti sekarang.

"Bisa kau hubungi manager lagi Hyung?" tanya Jaehyun pada Johnny dan Yuta.

Keduanya menggeleng. Tidak ada yang bisa di hubungi; sinyal di ponsel mereka mendadak hilang. Sungguh keadaan yang sangat buruk sekali. Jika seperti ini terus menerus, maka kaki Haechan akan mengalami infeksi dan membusuk.

"Begini saja," Johnny berdehem, menatap semua anggota grup satu persatu. "Aku akan membawa Haechan berjalan ke rumah warga setempat. Tapi aku membutuhkan orang lain. Yuta dan Mark, kalian bisa membantuku kan?"

Ide yang di keluarkan Johnny tidak buruk. Mereka berempat bisa menggendong Haechan secara bergantian hingga sampai di rumah warga setempat. Lalu Johnny akan meminjam motor dan membawa Haechan ke rumah sakit.

Taeil yang sedang sakit mengangguk, wajahnya masih terlihat pucat. "Ide bagus, kami akan berada disini sampai bisa menghubungi manager dan yang lain. Setelah itu kita pulang bersama."

Sungguh, seharusnya mereka tidak liburan di tempat terpencil! Kini semuanya terasa sangat sulit. Jauh dari pemukiman dan juga tidak ada kendaraan.

Wajah Jungwoo terlihat berantakan. Ia terus menangis, Jungwoo tidak bisa melihat temannya terluka. Sungguh, rasanya sangat menyakitkan. Apalagi kaki Haechan yang bengkok itu terlihat begitu mengerikan.

"Tolong siapkan peralatan yang akan kami perlukan.." Johnny memberi perintah pada Winwin, yah siapa tahu mereka membutuhkan sesuatu di jalan nanti kan, "dan sweater. Akan terasa dingin di jalan."

Tanpa menunggu lama Winwin segera beranjak dari sana dan mengikuti kata-kata Johnny. Sama seperti yang lain, ia juga merasa shock. Baru kali ini Winwin melihat kecelakaan seperti itu.

"H-hyung.." bisik Haechan lirih, rasa sakit dan ngilu semakin menjadi setiap detiknya.

"Ada apa sayang?" tanya Taeyong lembut, ia mengusap pipi serta rambut Haechan. Tidak tega melihat lelaki yang sering di juluki fullsun itu terlihat menyedihkan seperti sekarang.

"T-tadi.. Sebelum aku jatuh.. Ada yang mendorongku.."

Keadaan menjadi hening. Tidak ada satupun yang berbicara, bahkan Jungwoo saja enggan untuk bernafas. Keterangan Haechan membuat mereka semua bingung.

"Mendorongmu? Siapa?" celetuk Jaehyun penasaran. Tidak mungkin ada anggota member yang akan melakukan hal keji seperti itu kan? Jika bercanda pun, hal ini sudah sangat keterlaluan.

Haechan menggeleng. "A-aku tidak tahu.. Seseorang mendorongku.. Hiks.. Aku mendengar dia mengatakan 'simon says' tapi suaranya terdengar tidak jelas.." suara Haechan tersendat.

Itu memang sungguh terjadi! Namun anehnya Haechan tidak bisa menebak suara siapa itu, padahal ia hapal semua suara hyungnya.

"Ini Hyung.." Winwin datang, membawa sebuah tas dan juga empat potong jaket tebal.

Simon Says •NCT 127• ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang