5

19.2K 598 106
                                    

Sejak tadi malam Dara berusaha menghubungi Jordan.

Dara panik, orang tuanya di kampung mengira ia bekerja di sebuah perusahaan bonafide, dengan gaji tinggi, sehingga bisa menyewa apartemen mewah dan mengirimkan uang secara rutin untuk orang tua dan adik-adiknya.

Meski hidup pas pasan, orang tua dan keluarga besar Dara adalah orang yang cukup terpandang di Kampung mereka, sehingga hamil di luar nikah adalah aib tak terperi yang akan mencoreng wajah seluruh keluarga besarnya.

Sekarang, Jordan harus bertanggung jawab menutupi aib itu.

Itu hal yang tidak pernah diperhitungkan Jordan.

Bahwa Dara adalah seseorang yang berharga bagi keluarganya.

Selama ini nafsu telah menutup mata Jordan terhadap sisi manusiawi gadis itu sehingga secara perlahan-lahan, image tentang Dara yang terbentuk dalam pikirannya hanyalah gadis mungil berkulit mulus bagai pualam yang lahir untuk memuaskan nafsunya.

Entah mimpi apa aku semalamkenapa semua berantakan pagi ini?

“Jadi... ?” tanya Jordan kemudian, suaranya terjepit di kerongkongan.

“Aku takut, Mas.” Sekarang Dara benar-benar menangis.

Jordan menghela napas dalam-dalam, mengacak dan meremas rambutnya lalu menghembuskan nafas keras-keras. Ia ingat, Dara pernah memintanya untuk segera menikahinya,

“Sebelumnya, aku ini wanita baik-baik, Mas, walau kelakuanku sekarang bukan kelakuan orang baik-baik. Sudah cukup dosa perzinahan ini.” katanya memelas. Tapi Jordan hanya menjawab enteng,

“Gampang... sayang, gampang. Kita pasti akan segera menikah.”

Jordan membenturkan kepalanya ke meja berkali-kali. Beberapa lembar berkas yang ada di atas meja ditepiskannya dengan kasar hingga jatuh ke lantai, berhamburan bersama benda lainnya, termasuk telpon yang belum sempat dia tutup. Sayup-sayup didengarnya suara Dara memanggil namanya. 

Tenang, Jordan. Tenang. Kamu pasti bisa menyelesaikan masalah ini. Katanya pada diri sendiri. Tapi kali ini ia tidak yakin.

Bergegas ia menuju ke mobilnya yang terparkir di depan Lobby. Sopirnya tergopoh-gopoh mendekat dan bertanya Jordan mau diantar ke mana tapi tidak dijawabnya. Hanya tangannya yang terulur meminta kunci mobil. Biar aku pergi sendiri, katanya.

Sesaat kemudian, ia sudah berada di jalan raya menyelinap di antara kebisingan dan keramaian lalu lintas.

Masalah penggudangan yang luput dari pengawasannya, kehamilan Dara yang tidak terduga, inspeksi yang lalai dia lakukan, lenguhan Dara di bawah tubuhnya, manajer pergudangan yang tidak becus, pengaman dalam berhubungan sex, suap menyuap pejabat kementerian, kulit Dara yang mulus bagai pualam, nilai kontrak ratusan miliar yang terancam batal, kerling mata nakal Dara, barang yang tidak layak pakai, janji menikahi Dara, kerugian perusahaan hingga ratusan milyar, tubuh mungil Dara yang sintal, kebangkrutan perusahaan, merubung di atas kepala Jordan seperti lalat merubung bangkai.

Berdengung bersahut-sahutan memekakkan telingan.

Bayangan kehancuran masa depan karier dan keluarganya tiba-tiba membentuk gambar yang semakin lama semakin nyata.

Berkelebat di atas kepalanya bersama-sama dengan wajah Gunawan yang mengancam, wajah Dara yang menagis histeris, serta wajah lugu istrinya yang murka.

Dia berteriak sekeras-kerasnya.
Di luar kesadarannya, kaki kanannya menancap pada pedal gas membuat mobil meluncur oleng di jalanan yang sesak. Pandangan Jordan gelap, sehingga roda depan mobilnya menyenggol pembatas jalan.

Mobil itu terbang, dan hal terakhir yang diingat Jordan adalah kaca depan mobilnya menyerbu seperti air hujan ke tubuhnya.

*****

Bersambung

Makasih udah antusias ya besok kira-kira endingnya bakal gimana ya?
Tungguin ya
Wassalam :)




Bukan Suami SetiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang