The Love Series (1) - 3. This Girl Again
Adele - Water Under The Bridge
••🌹••
Kamu mungkin bisa membeli jam; tapi tidak dengan waktu. Dan kamu juga mungkin bisa membeli darah; tapi tidak kehidupan.
ATLANA
••🌹••
Suara alarm berbunyi konstan berhasil membuat Ayana menggelung tidak nyaman dari kasurnya. Tangan kirinya mencoba menggapai-gapai jam beker yang sibuk berbunyi; namun bukannya berhasil menghentikan suara alarm-nya, jam itu malah lebih dahulu jatuh ke lantai dan tetap berbunyi nyaring.
Ayana mengumpat pelan. Menyibak selimut tipis yang melindungi tubuhnya dan duduk di tepi ranjang. Tubuhnya sedikit membungkuk guna meraih jam beker yang terjatuh tadi.
Kelopak mata Ayana yang masih setengah tertutup perlahan dapat nelihat jam yang tertera di sana. Ayana spontan melompat dari ranjang. Meraih handuk yang tersampir di belakang pintu dan bergegas berlari menuju kamar mandi.
Setengah jam kemudian Ayana turun dari kamarnya lengkap dengan seragam sekolah dan juga rambutnya yang telah di kuncir rapi.
Ayana berjalan menuju dapur, berniat membuat mie instan sebelum menyadari kalau mie terakhir telah dia habiskan kemarin malam.
Bibir Ayana mendesah pelan. Ah, seandainya ibunya ada di sini tentu dia tidak akan membiarkan putri cantiknya memakan makanan instan.
Ayana melirik jam dinding di tengah ruang tamu. Pukul dua pagi tadi, Ayana baru pulang dan baru dapat tidur setelah lewat dari jam empat pagi. Beruntung ibunya berhasil di operasi dan dalam kondisi stabil walaupun masih terbaring koma.
Seulas senyum getir terlukis di wajah Ayana saat matanya tidak sengaja menatap pigura berukuran sedang yang berada di atas meja kayu di ruang tamu. Foto itu di ambil tepat saat dirinya berusia sepuluh tahun. Ketika mereka sekeluarga berlibur ke rumah Tante Regina, adik ayahnya. Ibunya terlihat cantik dengan topi pantai dan dress terusan bermotif bunga Daisy. Sementara ayahnya terlihat bahagia dengan ikan hasil tangkapannya.
Ayana mengusap cepat air mata yang muncul di ujung matanya.
"Ma, bertahan ya. Jangan menyerah. Ayana selalu sayang Mama." bisik Ayana pelan sebelum melangkah keluar rumah.
••🌹••
"Lah kan lo ketua kelasnya, ngapain nyuruh gue yang dateng rapat?" tolak Restu cepat. Bahkan sebelum Farel berhasil menyelesaikan kalimatnya.
"Bukan gue gak mau, Res. Kata Bu Eka setiap kelas harus ngirim perwakilan minimal satu orang," jelas Farel sabar.
"Di sini tuh ada 36 orang, Rel. Ngapain sih lo nyuruh-nyuruh gue mulu? Naksir ya?" Restu menunjuk Bobby yang duduk tepat di depannya. "Nih, si Bobby aja yang lo paksa, biar kerjanya nggak cuma main Sudoku doang."
"Paan sih, anje?" ucap Bobby sinis. "Jangan bawa-bawa nama gue ya dalam masalah bahtera rumah tangga lo berdua."
"BAHTERA RUMAH TANGGA PALA LO PITAK."
"Berisik." suara tajam dan datar Atlanta berhasil membungkam mulut Restu dan menghentikan mulut Bobby yang hendak kembali melayangkan balasan.
Farel menoleh secepat kilat. Seulas senyum lebar tercetak di wajahnya. Tubuh jangkung Farel bergerak melipir merapat ke sisi meja Atlanta. "Ta, lo aja ya yang pergi rapat."
KAMU SEDANG MEMBACA
TLS (1) - ATLANA [#Wattys2019]
Roman pour AdolescentsThe Love Series (1) - Atlanta Reandra Keano Bagi Ayana, Atlanta adalah obat tidurnya. Bagi Atlanta, Ayana adalah penganggu ketenangan hidupnya. Atlanta Reandra Keano, cowok ganteng yang selalu berhasil membuat hati kaum hawa luluh karena segala peso...