I just like it with you
I'm stupid, I'm helpless—What can i do, day6.
👩👦
Serius, saya tidak suka kurikulum baru —terutama guru saya yang memanfaatkan kurikulum baru untuk mendapatkan gaji buta, hanya berleha-leha dikelas memerintah para murid tanpa menjelaskan barang sedikitpun pelajaran. Oke, saya tau karikulum baru ini bertujuan mengajarkan siswa agar mandiri, berpikir kritis dan kreatif. Tapi, apa yang bisa kami lakukan jika tidak mengerti sama sekali?
Terutama saya, saya bahkan tidak tahu apa yang harus saya pahami. Saya bukan robot teknologi terbaru yang hanya dengan memindai buku pelajaran maka segala informasi yang ada dibuku tersebut langsung tersalin ke dalam otak saya. Saya juga bukan robot super pintar yang, wah! Diberikan tugas mengerjakan 50 soal fisika dalam satu malam! Belum lagi tugas-tugas lain yang meskipun saya kerjakan tetap akan menumpuk seperti dosa-dosa saya. ehm.
Tapi, kekesalan saya belum sampai pada 50 soal fisika itu saja. Hari ini adalah hari dimana bimbingan Karya Ilmiah, pelajaran bahasa Indonesia yang biasanya terdengar mudah dan acap kali diremehkan siswa, kini menjadi momok menakutkan bagi saya. Bagaimana tidak, karya ilmiah yang membuat saya tidak tenang selama dua minggu dan tidak tidur selama tiga hari belakangan, harus berakhir dicoret-coret dan parahnya digagalkan. Saya diharuskan mencari judul karya ilmiah baru dan memulai semuanya dari awal padahal sewaktu pengajuan judul, judul saya menjadi judul terbaik dikelas.
"Udah, gak usah manyun gitu. Kamu belum tau aja rasanya bikin skripsi. Sepuluh kali lipat susahnya daripada karya ilmiah."
PERSETAN.
Saya menutup mata lalu menghela napas, mengontrol emosi saya. Kemudian dengan perasaan dongkol yang masih enggan angkat kaki, perlahan saya membuka laptop, membuka microsoft word dan....
tidak melakukan apa-apa.
Tepatnya saya tidak tahu harus melakukan apa.
"AISHHH!!!" gerutu saya sambil menutup laptop, segera beranjak pergi dari ruang tamu namun dicegat kakak saya yang sejak tadi asyik menonton televisi.
"heh, Mau kemana?"
"Keluar."
"Ngapain?"
Saya mengerling kesal, "Cari pacar! Udah sih ah gue mau pergi. Jaga rumah."
👩👦
Saya berjalan pelan menelusuri trotoar, berharap mendapat inspirasi judul karya ilmiah saya yang besok harus ditunjukkan kepada guru sampai bab 3. Tenang, saya tidak akan mengumpat lagi, Saya terlalu lelah untuk menggerutu.
Mungkin kalian akan punya tempat untuk menenangkan diri, seperti kafe mungkin? Tapi saya tidak. Tempat yang menenangkan saya adalah tempat dimana ada Enam Hari. Tapi hari ini Enam Hari tidak manggung dimana-mana. Jadilah saya hanya berjalan ditrotoar pertokoan, berharap menemukan sebuah cafe yang cocok untuk saya. Tapi sayangnya sudah 30 menit saya berjalan belum juga menemukan kafe yang pas. Semuanya penuh dan ramai akan anak-anak hits yang datang hanya untuk berfoto-foto, jauh dari kata tenang.
Ketika saya mulai lelah dan matahari juga semakin turun, telinga saya secara tidak sengaja mendengar intro Shoot Me dan setelah saya telusuri berasal dari sebuah kafe. Saya refleks tersenyum, akhirnya.
Saya mendekat dan melirik, tidak banyak orang dan kelihatan tenang. Saya mengambil langkah mendekat, menyentuh gagang pintu kaca bersiap mendorongnya, namun tidak jadi karena tangan saya tiba-tiba ditimpa oleh tangan seseorang.
Saya menoleh ke belakang dan ternyata ada dia,
Anan.
Saya refleks menarik tangan saya lalu mengambil langkah mundur dengan canggung.
Astaga, asal kalian tau, jarak antara wajah saya dan wajah dia tidak jauh. Dan sialnya dia tidak terkejut dan sialnya malah tersenyum, berbanding terbalik dengan saya yang sudah memasang wajah kaget-sekaget-kagetnya dengan mata membulat dan ah, abstrak.
"Kaget banget mbaknya." ucapnya sambil menahan senyum.
COBA ENTE PIKIR SIAPA YANG GAK KAGET COBA KALO ADA DIPOSISI GUEEE????!!!!!!
Saya berdeham lalu menampilkan senyum terpaksa saya. "Iseng banget."
Dia hanya menaikkan alis dan bahunya sambil mengulum senyum. Kalau saja tidak ganteng, pasti sudah saya lempar batu saat itu juga. Semenyebalkan itu mukanya.
"Ayo masuk. Ngapain diem disini." ajaknya lalu masuk terlebih dahulu. Dengan perasaan yang masih berantakan, saya mengikuti di belakang. Maklum, saat itu saya tidak biasa sedekat itu dengan laki-laki jadi gampang sekali tersipu.
Setelah memesan dan mendapatkan meja, kami berdua pun duduk. Namun tidak ada yang bersuara, saya sibuk dengan laptop saya dan dia sibuk dengan buku-bukunya. Sepertinya dia kesini juga ingin mengerjakan tugas.
Tapi kenapa di kafe ini ya?
Ini kafe langganannya kali ya?
Apa dia mengikuti saya?
Apa jangan-jangan, dia naksir saya?
Tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara ketukan gelas diatas meja. Saya terkesiap saat menyadari kalau Anan sedang menatap saya.
"Bengong aja. Tuh minumannya udah dateng." kata Anan sambil menunjuk minuman pesanan saya dengan matanya.
Saya mengangguk pelan kemudian meminum minuman saya hingga tinggal setengah. Haus. Melihat wajah Anan membuat suhu udara disekitar saya mendadak naik. Kenapa ya?
"Kamu lagi buat apa?"
"Karya ilmiah."
"loh, buat sendiri? Bukannya tugas kelompok?"
Emosi saya mendadak naik. Kan, benar-benar guru saya itu. "kamu berkelompok?"
Anan mengangguk. "Pelajaran bulan lalu. Aku ngambil di internet doang, terus ditambah nama temen-temen sekelompok. Udah deh"
Saya langsung mengucap astagfirullah didalam hati sebanyak mungkin. Punya saya bahkan sudah dicoret-coret puluhan kali dan berakhir digagalkan.
Mungkin karena melihat air muka saya yang sudah berubah, Anan berdeham lalu merapat ke depan, ke arah saya. "Mau aku bantu?"
Dengan cepat saya mengangguk. "Cariin judul aja. Selebihnya bisa dirumah. Begadang malam ini."
Anan tampak berpikir, "Temanya apa?"
"Jajanan di kantin. Penelitian makanan gitu."
Sepersekian detik Anan diam namun kemudian tiba-tiba ia bersuara, "Menjadikan Energen sebagai menu sarapan. Ntar kamu teliti deh bisa gak energen tuh jadi menu sarapan."
Saya mencerna sesaat. Karena sepertinya tidak susah, saya mengangguk antusias. "Makasih ya!"
Dia tersenyum lebar sambil mengangguk.
Hari itu, Anan memberikan judul karya ilmiah yang disukai guru saya dan karena didukung oleh keahlian saya dalam mengetik dan menyusun karya ilmiah, saya berhasil mendapat nilai A+. Hehe, saya hebat sekali.
Hari itu juga, saya jadi mulai kepikiran.
Anan ini, siapa sih sebenarnya?
👩👦
A/n :
jadi menurut kalian, kenapa nih Anan bisa datang ke kafe itu juga?