Too Innocent [Eunha - Jihoon]

800 54 0
                                    

Eunha begitu jengkel mempunyai adik yang selalu mengikuti nya kemana saja. Walaupun notabene nya seorang adik, tetap saja ia terkadang merasa sebal dengan tingkah konyol nya.

Jika mengingat umur adik nya, mungkin sudah tidak bisa dikatakan sebagai anak kacil lagi. Ia dengan Eunha hanya beda 2 tahun saja tapi mengapa sifat adiknya begitu kekanakan sekali.

Terdengar suara ketukan pintu, Eunha terbangun dari tidur nya dan menggeliat untuk meregangkan otot-otot nya yang kaku.

"Selamat pagi, noona." Jihoon tersenyum begitu manis setelah Eunha membukakan pintu. Sementara Eunha sendiri hanya berekspresi datar menanggapi Jihoon.

"Sudah ku bilang untuk tidak mengganggu tidurku, Jihoon-ssi!" Meskipun nada bicara Eunha sangat rendah, namun penekanan kata-kata nya begitu sangat jelas.

"Lihatlah, seperti biasa aku membawakanmu sarapan." Jihoon memperlihatkan nampan yang berisi beberapa makanan. Ia melakukan ini hanya di hari Eunha sedang libur bekerja saja.

Eunha memutar kedua bola mata malas nya. Haruskah ia memasang plakat untuk memperingatkan Jihoon agar tidak melakukan hal ini lagi. Dasar aneh memang.

Dengan malas, Eunha menerima pemberian Jihoon. Ia tahu jika Eunha menolak nya pasti Jihoon akan terus mengetuk pintu kamar nya sampai Eunha mau menerima pemberian nya.

"Sudahkan? Untuk apa kau masih berdiri di sini?" Jihoon sempat memainkan bola matanya, ia memikirkan apa yang harus ia lakukan lagi.

Tanpa aba-aba, Jihoon dengan lancang memasuki kamar Eunha. Eunha yang berada tepat di depan pintu ikut terdorong kecil akibat Jihoon.

Eunha mendengus sebal. Setelah nya, "Yak! Apa-apaan kau ini? Keluar dari kamarku!"

"Ani. Aku hanya ingin tetap di sini denganmu, noona." Jihoon berbicara dengan nada imut nya. Eunha ingin muntah mendengar Jihoon berbicara layak nya anak kecil.

"Tidak! Kau harus keluar dari kamarku. Siapa yang mengizinkanmu untuk tetap berada di sini, hah?" Wajah Eunha terlihat begitu galak. Namun Jihoon tetap pada pendirian nya yang masih ingin berada dikamar Eunha.

"Aku sendiri yang mengizinkan nya. Apa yang kau punya berarti milikku juga. Lagipula ini kan rumah eomma dan appa, mereka yang membeli nya dengan uang hasil kerja mereka." Ucap Jihoon dengan begitu polos nya.

Ini masih pagi dan terlalu awal untuk memulai perang dengan adik nya. Di lain sisi, ia juga kesal dengan tingkah adik nya yang begitu menjengkelkan.

Eunha menepuk jidat nya, ia hanya bisa pasrah saja. Terlalu sulit jika Jihoon sudah menginginkan sesuatu. Pasti ia akan memaksa meski sudah mendapat ocehan berkali-kali.

"Setidaknya, sarapan terlebih dahulu. Aku hanya ingin menemani noona agar ada yang memperhatikanmu apa kau sudah makan dengan benar atau tidak. Dan setelah nya aku berjanji untuk keluar dari kamar mu ." Jihoon menundukkan kepalanya, suara nya begitu kecil namun dapat di dengar oleh Eunha

Baru beberapa langkah, niat nya ke kamar mandi Eunha kurungkan. Ia terlalu luluh dengan ucapan adik nya. Apa Jihoon begitu menyayangi nya? Sungguh adik yang sangat sempurna.

"Baiklah, aku akan sarapan terlebih dahulu." Eunha tersenyum dengan amat manis. Sedangkam Jihoon begitu senang dikala Eunha mau menerima nya untuk menemani makan.

● ● ● ● ●

"Eomma, aku pergi dulu, yah." Eunha pamit pergi pada ibu nya. Ia sudah merencakan dari jauh hari dengan teman-teman nya jika hari libur minggu ini mereka akan pergi refreshing.

FF Eunha [Oneshoot, Drabble, Ficlet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang