Sekembalinya Mina dan Altan ke dalam kelas, mereka duduk berhadap-hadapan. Altan sengaja mengambil kursi dari meja lain supaya jaraknya bisa dekat dengan Mina.
"Oh ya, Tan. Gue bawa cemilan loh, lo mau?" tanya nya pada Altan yang hanya direspon dengan deheman karena Altan sibuk dengan ponselnya.
"Nih, gue bawa Gerry malkist sama yogurth," ujarnya seraya menyodorkan sebotol yogurth pada Altan.
"Kok tumben lo bawa susu segala?" jawabnya membukakan botol yogurth yang disodorkan kembali untuk Mina.
"Loh, kok kasih ke gue?"
"Itu susah bukanya, lo mana kuat, orang kaum lemah lo," ejeknya dengan tertawa pelan. Sedangkan Mina memutar bola mata jengah namun tetap meminum yogurth yang diberikan Altan.
"By the way, Na," suara Altan menghentikan kegiatan Mina untuk minum.
"Kenapa?"
"Hari sabtu jalan yuk? Ke bioskop atau ke mall gitu," ajaknya seraya memainkan tutup botol.
Mina yang heran dengan ajakan Altan sedikit curiga. Tak biasanya sahabatnya satu ini mengajak pergi jalan, apalagi ini jalan ke Mall.Paling poll si Altan ngajak jalan juga cuma ke Warteg. Itu mah sering. Atau paling nggak ke mini market membeli keju, roti ataupun ice cream.
"Kok tumben lo? Biasanya juga ke warteg," jawabnya seperti menyindir. Altan hanya mendengus pelan. Menarik diri ke badan kursi.
Susah ya mau ajak jalan cewek.
"Ya gue bosen sih, pengen juga ngajak lo jalan ke hight level. Dikit."
Mina hanya tertawa. Berusaha membuka bungkus Gerry salut lalu mengambilnya untuk di makan. Namun belum sempat makanan itu masuk ke dalam mulutnya, tangan Altan dengan cepat mengambilnya dan menjejalkannya dalam mulut.
"Gimana, mau enggak, entar gue bayarin deh," ujarnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Mina tersenyum, menepuk-nepukkan tangan untuk membersihkannya dari malkist tadi sebelum berujar.
"Iya deh, gue mau, lagian si Risky mana peduli gue pergi," ada nada kecewa dalam suara Mina. Altan sadar hal itu, tapi tak apa. Sebentar lagi ia bisa mengembalikan mood Mina.
"Gitu dong, sabtu ya, gue jemput jam 9 pagi. Soalnya habis nonton gue mau ngajak lo jalan-jalan lagi," jujurnya.
"Kemana? Jangan jauh-jauh. Lo tau sendiri gue itu orang lemah," tukasnya dengan cengiran kas Mina.
Masyaallah. Nyengir aja cantik, apalagi senyum.
"Gak. Gak bakal jauh, gue jamin lo seneng,"
Selanjutnya mereka membahas hal lain. Mulai dari pelajaran yang membosankan hingga kejadian lucu saat sekolah di SD.
Di sana mereka bernostalgia, mengingat siapa saja dan bagaimana kelakuan teman-temannya. Ada satu sosok yang lekat di ingatan Mina. Sosok itu dulunya amat menyebalkan. Tapi karena sekarang mereka jarang bertemu, akhirnya rasa itu lenyap dan menjadi biasa saja.
***
Sabtu pagi jam 9 tepat seperti ucapan Altan. Mina sudah siap dan Altan datang tepat waktu. Jadi baik Mina ataupun Altan tidak menunggu terlalu lama. Itu kesamaan mereka. Selalu tepat waktu.
"Gimana, siap?" tanya Altan menyodorkan helm warna hitam mengkilat ke Mina.
"Udah, berangkat yuk," ajaknya. Namun Altan enggan merespon dan malah memasangkan tali helm.
"Lo itu kebiasaan gasih, kalau jatuh kasian helm nya, lecet, kepental," ujarnya membuat bibir Mina cemberut.
"Udah yuk, naik,"
Altan melajukan motornya perlahan menuju Mall di daerah Malang. Diatas motor, mereka membicarakan apa saja yang akan ia lakukan nanti.
Mulai dari memesan popcorn, memilih judul film apa yang akan ditonton.Disana mereka sedikit berselisih paham. Mina ingin nonton film romance, sedangkan Altan ingin menonton film thriller.Namun karena kelapangan Altan, ia akhirnya mengalah dan menerima pilihan Mina.
Sesampainya di Mall, Mina langsung menuntun Altan untuk membeli tiket dan popcorn. Sesuai perkataan Altan, ia yang membayar semuanya.
Demi elo,Min, gue rela rogoh kantong dalam-dalam.
"Gimana, masih ikhlas kan Tan?" tanya Mina seperti mengetahui isi pikiran Altan.
Altan hanya terkekeh dan mengelus rambut Mina dengan tulus. "Masih, tenang deh, Min. Gue gak pernah pelit buat lo,"
Kemudian mereka masuk dalam bioskop dan memilih tempat duduk yang nyaman untuk dibuat nonton.
Kata Mina nih, kalau nonton jangan di pojok tapi jangan juga di tengah. Cari tempat yang sedikit menyerong dari layar, di situ lo bisa nikmatin film yang bagus. Katanya."Lo sini, Tan. Jangan jauh-jauh," pintar Mina yang duduk duluan. Altan mengikuti instruksi Mina tanpa merespon apaapa dan meletakkan jaketnya di pangkuan Mina.
"Kenapa?" tanya Mina bingung.
"Nanti lo butuh, biar situ aja,"
Mina hanya mengangguk pelan. Tak lama setelahnya, iklan di layar usai dan tergantikan dengan film utama. Altan masih sibuk dengan ponselnya. Jarinya mengetik dengan cepat membalas pesan-pesan yang masuk.
"Siapa? Gebetan lo?" tanya Mina membuat Altan menoleh kearahnya.
"Bukan, tapi fans," dengan bangga Altan mengucapkannya. Sedangkan Mina hanya mencibir tanpa sepengetahuan Altan.
Pemutaran film sukses membuat Mina baper gak ketulungan. Contoh nya saja barusan Ia mengeluh, meremas dan mencubit tangan Altan sebagai pelampiasan. Mina begitu geli saking romantis nya tokoh dalam film.
Altan hanya bisa merintis dengan sesekali meneriakkan kata 'aww', namun setelah itu Mina juga tampak biasa kembali.
Hampir setengah film diputar, Mina merintis kedinginan dan menggosok-gosokkan telapak tangannya. Mencari kehangatan di tangannya yang kemudian ia tempelkan pada pipinya.
Altan yang sempat melihat perilaku Mina akhirnya mengambil jaket yang sejak tadi dipangkuan Mina. Menyampirkannya dan memasang kan penutup kepalanya hingga mata Mina tenggelam disana.
"Gue lupa ada jaket, makasih Altan," ujar Mina membenahi jaket yang tadi dipasangkan Altan.
"Kan gue udah bilang, lo nanti butuh,"
Mina hanya menyengir sebagai jawabannya dan melanjutkan sesi menonton nya.
Sepertinya elo seneng.
***
Acara menonton itu sukses. Altan berhasil membuat mood Mina kembali. Selepasnya dari bioskop, Mina mengajak Altan untuk menghampiri berbagai stand makanan yang disediakan.
Disana, mereka boleh mencicipi makanan yang disediakan sebagai testi untuk pembeli. Hampir semua enak, itu yang dirasakan Mina. Namun ia menjatuhkan pilihannya tak jauh dari sesuatu yang manis.
Ketika selesai membeli sekotak cemilan berlapis coklat, Mina dan Altan menjauh dari stand. Berniat mencari tempat duduk yang nyaman sekaligus beristirahat sebelum lanjut ke tempat lain.
Alih-alih berjalan, Mina malah mengajak Altan berlari. Dan buruknya, belum sampai tiga meter Mina berlari, ia justru menabrak sosok lelaki berbadan tegap gagah besar di depannya.
Benar saja, cemilan yang tadi ia pegang sekarang tumpah dan sialnya lagi, cokelat cair itu menoda di hem biru muda lelaki itu.
Alamak, mati gue.
🐷
20 Vote yaah !!! 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Summer
Short StoryAwalnya aku takut. Ketika menatapnya, ketika berhadapan dengannya, ketika berbicara dengannya, bahkan ketika hanya mendengar namanya disebut. Takut ku pun tentu beralasan, dan dari itu, aku akan berusaha menghindar jika ada kesempatan. Dan aku akan...