1 "Love in Summer"

52 6 1
                                    

"Oh terkutuklah kau Ra" gerutu Eveline merasa geram pada temannya yang tengah mencercokinya membuat waffle di dapur.

"Kau tahu Lyn? Kau hebat dalam hal ini, sebaiknya kau menjadi koki daripada harus loncat tak karuan diatas panggung," suara So Ra tak membuat Eveline goyah dalam menuangkan adonan ke dalam cetakan waffle. Eveline tetap sibuk meratakan adonan waffle dari tengah cetakan agar merata sampai pinggir kemudian menutupnya.

Kang So Ra, yang akrab dipanggil Ra adalah teman se-apartement Eveline. Perempuan itu bekerja di sebuah publisher besar di Seoul. Jadi jelas aaja pekerjaannya tak pernah jauh dari buku, entah buku sastra ataupun non-sastra.

Dua gadis itu bertemu pertama kali di perpustakaan umum Korea. Pertemuan itu menjadi pertemuan panjang dan tanpa sengaja pembicaraan mereka mengarah pada urusan rumah. Dan Eveline menawarkan So Ra untuk ikut saja tinggal bersamanya, karena biaya sewa ataupun harga bangunan di Korea lumayan mahal ketimbang di Indonesia.

"Kau tahu eonni? Aku tak pernah bercita-cita menjadi koki, dan keahlianku di dapur pantas diacungi jempol karena kelak itu adalah kewajibanku sebagai istri dan ibu."

"Yah, aku tahu kau akan seperti itu, dan selalu seperti itu." katanya berlalu meninggalkan Eveline ke dalam kamar untuk mengambil tas kemudian mengecup pipi Eveline sesaat sebelum akhirnya benar-benar pergi dari apartement itu.

"Hati hati, dear. Aku tak bisa mengantarmu," teriak Eveline dari dapur. Gadis itu masih punya waktu satu jam setengah sebelum pergi ke ruang latihan dan kembali pada rutinitasnya.

Ya, bisa kalian ketahui. Eveline Westie atau akrab dipanggil Lyn atau Alin itu berprofesi sebagai penyanyi solo di Korea. Eveline adalah blasteran Amerika-Korea-Indonesia, meskipun tidak ada nama yang menandakan dia berasal dari Indonesia, tapi bisa dilihat bahwa ia memiliki kebanyakan wajah perempuan Asia. Matanya yang berwarna hazelnat itu bisa memikat lelaki manapun, bahkan perempuan di sana iri karena kecantikan yang dimiliki Eveline.

Selesai membuat waffle, ia mengambil sugar syrup di dalam kulkas kemudian menuangnya keatas waffle. Menyantapnya sebelum ia bergegas mandi dan pergi dari apartement.

Siang nanti, Eveline ada jadwal menghadiri variety show komedi. Tentu ia tak sendiri, karena katanya ia akan diundang bersama lawan mainnya di sebuah drama yang akan segera ia bintangi. Anggap saja begitu, karena drama itu belum terkonfirmasi, tapi para kru dan staff sudah mengincar dua bintang itu untuk membintangi serial drama tersebut.
Dalam perjalanannya, Eveline merasa lapar dan sialnya meskipun sydah sarapan, hal itu tidak membuat perut Eveline kentang , ia lupa membawa bekal. Hanya terdapat lima biji churros dan coklat leleh, itupun sisanya kemarin yang lupa ia makan.

Sesampainya di tempat variety show, Eveline disambut antusias oleh staff dan pengisi di acara tersebut. Mereka seperti teman yang sudah lama tak berjumpa. Sesaat kemudian, akhirnya  Eveline dipersilahkan bergegas ke ruang make up karena sebentar lagi acara akan di mulai.

"Oh, Aline-ssi," sapa Momo, dia penata rias untuknya.  Eveline tersenyum ramah sebagai tanda bahwa ia membalas panggilan wanita tersebut. "Sudah lama aku menantikan kedatanganmu di sini, dan akhirnya, manager kami memilihmu pada episode ini," ucapnya semangat.

"Benarkah? Kalau begitu aku turut senang bisa datang ke sini sebagai bintang tamu," jawab Eveline dengan lembut dan tetap ceria.

Momo tertawa sebelum akhirnya merubah penampilan bintang panggung tersebut menjadi lebih luar biasa. "Kau pasti tahu dengan siapa kau dipasangkan bukan?" pertanyaan Momo mengalihkan pandangan Eveline kearah kaca.

"Belum. Sejujurnya belum, hanya saja aku diberitahu bahwa aku tidak sendiri," tukasnya dengan tetap menampilkan senyumannya.

"Jeongmal?" nada bicara Momo sedikit kaget memang, tapi tidak menghentikan aktifitasnya menata Eveline. "Namanya Danny Kim, rupanya tampan. Tampan sekali, oh, aku saja yang sudah berumur tidak bisa untuk tidak terpesona padanya." cercanya kemudian melanjutkan, "Dia juga tinggi, putih, matanya benar-benar memikat, sama sepertimu."

Eveline mengangkat alisnya, "Aku belum pernah melihatnya, tapi aku mendengarnya dari teman-temanku," ia meletakkan blush on yang sejak tadi ia pegang. "Katanya dia juga penyanyi sama sepertiku,"

Momo mengangguk setuju, "Benar, dia penyanyi sama sepertimu. Tapi dia belum pernah bermain drama ataupun film apapun, lain hal denganmu,"

Eveline mengangguk sesaat, sebelum ia bertatapan dengan mata seorang lelaki tepat di pantulan cermin. Seperti yang diceritakan Momo, Danny Kim tampan. Ia memiliki perawakan tinggi dan besar seperti umumnya lelaki Korea. Tapi ada suatu perasaan aneh yang mendadak membuat Eveline ragu.

"Danny Kim," panggil Momo tanpa menyadari ekspresi yang ditunjukkan Eveline. Lelaki itu mendekat hendak menyapa Momo.

"Noona, bagaimana kabarmu?" tanya lelaki itu sopan dengan senyuman di bibirnya. Sesaat kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Eveline yang masih terpaku dan memandang dirinya dari dalam cermin. Sadar hal itu, Eveline segera mengalihkan pandangannya pada perlatan make up di depannya.

"Tentu aku baik-baik saja, bisa kau lihat? Dan oh ya Danny," jeda Momo sebentar. "Ini dia lawan mainmu hari ini dan yang akan datang, kau kenal dia bukan?"

Danny menatap gadis yang duduk di depannya penuh arti. Kemudian membungkuk memperkenalkan diri.

"Danny Kim, namaku Danny Kim. Tentu aku kenal dengannya, dia Eveline sunbaenim. Dan aku salah satu penggemarnya," ujar lelaki itu sumringah.

Eveline tersenyum menghargai perkenalan tersebut. "Jangan pakai embel-embel sunbaenim, aku lebih suka jika kau hanya memanggil namaku tanpa embel-embel apalah," tukas Eveline seraya bergurau.

Ada satu hal yang Danny rasakan saat Eveline menjawab perkenalannya. Eveline adalah gadis yang sopan, sama seperti yang orang-orang katakan. Danny menyukainya, sebagai penggemar, dan ia beruntung bisa mengenal Eveline lebih lama lagi. Dari pada hari ini.

"Bolehkah begitu, Eveline?" lanjut Danny masih dengan senyumnya yang lebar.

"Tentu," dan baiklah. Suara Eveline menghipnotis hidup Danny.

"Lima menit lagi kita on air," seru seorang kru di ambang pintu.

"Oh, baiklah Noona, aku harus pergi dari sini. Lanjutkan pekerjaanmu, dan," perkataan Danny menggantung. "Mari berkenalan satu sama lain, Eveline," lanjutnya.

Ada nada yang sedikit sulit untuk diartikan, tapi Danny tak memikirkannya.

_______*_______*_______*________*_____

Kuharap aku bisa melanjutkannya sampai selesai cerita ini. Dan kuharap, tidak jauh meleset dari harapanku. Thanks 😘

Love In SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang