PART 1

610 23 2
                                    

Seperti biasa,setiap pagi aku berangkat sekolah bersama kakak tersayangku.Ya memang hanya kami berdua yang tinggal di rumah. Bang Yama semenjak menjadi pemain bola jarang pulang ke rumah karena harus membela timnas dan membela tim-nya juga di kota Surabaya. Bang Yama adalah tulang punggung keluarga, sekaligus seperti orang tua kami, karena Bang Yama adalah yang tertua di antara kami.
Orang tua?? Ibu sudah meninggal ketika melahirkan aku dan Brillian. Kata bibi, ibu kehabisan banyak darah sehingga tidak mampu bertahan dan meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Sementara itu, Ayah pergi entah kemana. Setiap aku dan Brillian menanyakan hal ini pada bi Irah, pasti bibi akan menjawab "Dulu bapak pergi bekerja di luar negeri, tetapi sampai sekarang belum ada kabar. Mungkin bapak sibuk di sana".Itulah jawaban yang kuterima setiap aku bertanya pada bibi, hingga akhirnya aku malas bertanya dan tidak pernah menanyakan hal itu lagi.

"Lia, cepetan dikit bisa gak? Udah mau telat nih"Teriak Brillian dari lantai bawah.

"Iya, sabar dikit napa bang,ini juga udah mau selesai kok."Jawabku sambil berjalan menuruni tangga.

"Ditunguin malah lama banget"Gerutu Brillian ketika aku sampai di dekatnya.

"Udah ah, yuk katanya suruh cepet"

"Iya, ayokk!"

Di depan rumah, Brillian langsung menghidupkan motornya seraya memberikan helm untukku.

"Ini helm-nya."Ucap Brillian sambil menyodorkan helm padaku.

"Iya." Jawabku singkat sembari mengambil helm dari tangan Brillian.

Aku dibonceng abang yang sudah aku anggap seperti temen sendiri. Aku juga jarang panggil dia dengan sebutan abang, aku lebih suka panggil dia Brillian, toh dia juga gak pernah protes akan hal itu. Justru dia sempet protes gara-gara aku panggil dia abang di depan teman-temannya. Dia bilang, dia gak mau dipanggil abang karena itu cuma buat dia jadi keliatan lebih tua dariku, padahal beda lima menit (kayak Upin Ipin ya😊).

Selama perjalanan, kami tak banyak bicara, kami terlarut dalam pikiran masing-masing.

"Woy, turun woy! Udah nyampe nih." Seru Brillian membuyarkan lamunanku.

"Eh.. iya iya. Udah nyampe ya? Kirain belum." Kataku gelagapan.

"Makannya jangan ngelamun terus, mikirin apa sih?"

" Kangen bang Yama tau"

"Yaelah baru aja seminggu bang Yama pergi, udah main kangen aja."

"Yeee..Emang gak boleh?" Kataku seraya meninju pundak Brillian.

" Bukannya gak boleh, tapi lebay aja. Baru seminggu udah kangen"

"Bilang aja lo sirik kan, gara-gara gak ada yang mau bilang kangen sama lo"

"Siapa bilang gak ada yang kangen sama gue. Asal lo tau aja ya, diluar sana tuh banyak fans-fans gue yang suka ngaku-ngaku jadi pacar gue"

"Halah..Fans dari hongkong" aku mencibir Brillian.

"Serah lo mau percaya apa gak! Intinya lo bakal kaget kalau liat fans-fans gue yang banyak banget nanti."

"Hmmm...iya iya. Percaya"

"Udah ah, gue males debat sama lo terus"

"Gue juga males, debatnya udah kaya debat capres cawapres aja"

"Kan lo yang mulai duluan"

"Enak aja, lo tuh yang suka mulai duluan" elakku.

"Bodoamat. Intinya gue mau ke kelas dulu."Ucap Brillian seraya berlari meningglkanku di parkiran.

Give Me Happiness With FootballTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang