Day 4 - Kehilangan

22 1 0
                                    

27 Juli 2018

Setelah 2 malam yang lalu kami membagi jadwal piket untuk berjaga di balai desa, setiap pagi kecuali hari Sabtu dan Minggu setiap empat orang dari kami bergantian untuk berjaga di balai desa. Khusus hari Jumat, hanya dua orang yang ditugaskan untuk berjaga karena balai desa hanya buka selama setengah hari. Mahasiswa yang ditugaskan untuk berjaga di hari ini, Jumat, adalah Kiki bersama satu temanku, Sita.

Jujur saja, aku menginginkan untuk berpartner bersama Kiki berjaga karena aku hanya mengenal dia saat ini. Tapi namaku saat pengundian tidak muncul bersama nama Kiki. It's Ok. Aku juga harus mengenal teman-temanku yang lain. Lagipula, partner jagaku kebanyakan dari teman satu kelompok.

Hari ini, aku tidak mempunyai banyak jadwal kegiatan. Aku hanya survey di sekolah tempatku bertugas tadi pagi. Kuputuskan untuk merapikan travel bagku yang belum sempat kubereskan dari hari pertama. Selebihnya, tidur siang.

Hingga sore hari hampir tiba, Kiki dan Sita belum juga pulang. Padahal seharusnya mereka hanya di balai desa selama setengah hari. Namun akhirnya Kiki dan Sita sudah pulang sekitar pukul empat sore. Aku pun segera mengetahui kalau mereka berjalan-jalan ke desa lain selepas berjaga. Kiki dan Sita terlihat lebih akrab dari saat berangkat tadi pagi. Terlihat jelas, mereka yang saat akan berangkat ke balai desa saling canggung, sekarang mereka terus tertawa dan mengobrol tanpa menghiraukan sekitar. Situasi macam apa ini?

Ah, benar. Aku pernah mengalaminya.

Malam pun tiba. Aku sudah mulai terbiasa dengan rutinitas malam kami. Setelah makan malam, kami berkumpul di teras sambil bermain kartu remi dengan berbagai model permainan. Jika sudah bosan bermain, hal yang paling ditunggu-tunggu dari perkumpulan di teras adalah spilling tea. Kiki adalah sosok yang paling ditunggu dalam sesi ini karena dia punya banyak tea buat dispill. Mulai dari human sampai makhluk astral. Kiki dikenal di kalangan kami dengan kemampuannya dapat melihat apa yang tidak bisa mata telanjang lihat.

Tapi, malam ini berbeda. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Mungkin karena besok program pertama mulai berjalan, mereka yang mendapat tugas sedang mempersiapkannya. Sementara pengangguranku masih berlanjut hingga malam hari. Namun aku tidak menganggur sendiri. Aku dan beberapa teman pengangguranku membunuh waktu dengan mengobrol di teras. 

Di mana Kiki? Setahuku dia tidak punya jadwal minggu ini. Aku ingat betul karena saat merancang program individu, Kiki memintaku untuk menyamakan jadwal dan lokasi sekolah karena program kami sama-sama mengajar di sekolah. Namun pada akhirnya Kiki pindah lokasi karena programnya tidak sesuai dengan sekolah yang direncanakan.

Terlihat di tengah kegelapan. Kiki dan Sita duduk di bangku halaman rumah. Mereka terlihat mengobrol dengan serius. Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. Sejak pulang dari berjaga, ada yang aneh dari mereka berdua. Bahkan malam ini atmosfer terasa mencekam diantara para peserta KKN. Semuanya terlihat tak biasa. Kiki pun tidak berbincang padaku sedikitpun hari ini. Riri, sahabatku, merasakan hal yang sama. Bahkan dia menangis karena bermasalah dengan teman sekelompoknya.

Masih terngiang jelas tawa Kiki yang sedang mengejekku malam sebelumnya. Aku tidak mendengarnya hari ini. Padahal aku menunggunya. Apa yang sebenarnya terjadi hari ini? Apa yang aku lewatkan?

Sesuatu telah menghilang malam ini. 

For 21 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang