25 Juli 2018
Satu malam telah terlewati. Semalam tidurku cukup nyenyak. Padahal biasanya aku susah tidur jika tidur di tempat baru.
Hari itu, drama dimulai dengan saling berebut kamar mandi dengan air di bak yang sangat minim. Kami harus segera bergegas karena akan ada upacara penyambutan di balai desa yang dimulai pada pukul 11 siang. Ya, memang masih banyak waktu. Mungkin karena semua karena antusiasme yang besar dari kami jadi semuanya terlihat terburu-buru
Aku melihatmu sudah terbangun. (FYI, kita harus melewati kamar anak cowok kalau mau ke kamar mandi.) Aku lihat sepertinya kamu sudah sehat. Kamu adalah anak cowok dengan bangun paling awal dibanding dengan teman cowok yang lain. Ini mungkin sudah kebiasaan dari rumah, pikirku.
Ingin sekali aku menanyakan padamu bagaimana kondisi kesehatanmu. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokanku hanya untuk sekedar bertanya 'kamu sudah baikan?'
Setelah semua sudah mandi dan sarapan, aku, kamu dan teman-teman berada di halaman rumah untuk menikmati pagi pertama di Desa Pagergunung. Semuanya masih terlihat canggung karena belum saling mengenal. Hanya aku, sahabatku, dan kamu yang terlihat berbincang dengan akrab.
Perhatianmu tertuju pada sandal Burung Walet berwarna hijau bertuliskan namaku dan nomor timku. Kemudian kamu tertawa. "Hahahahaha... duh alay banget sih kamu. Pake dikasih nama segala. Nggak bakal ketuker kali!"
Mukaku memerah menahan tawa dan malu. "Heh! Aku kan mengantisipasi kalau ketuker-tuker. Aku kira bakal banyak yang punya sendal kayak gini. Taunya kembarannya cuma sama kamu!"
Entah aku merasa udara di sekitarku menjadi gerah. Entah perasaan apa yang sedang kurasakan ketika tahu bahwa sandal kita kembar. Aku tidak malu sama sekali, justru aku malah... senang?
"Untung aja warnanya beda! Kamu sih suka ikut-ikut!" sergahnya.
"Aku kayak punya firasat pas mau beli sendal warna hijau apa biru. Aku hampir aja mau ambil yang biru, eh, tapi nggak jadi. Kalau hijau kan jadi sama kayak Sehun."
"Apa? Sehun Bihun?"
"Kikiiii!!!!"
Hm, sabar cin, kamu akan satu atap dengannya selama 21 hari. Kamu akan menghadapi ini setiap hari. Ngeributin hal nggak penting. Cocok dari mana Ya Tuhan. ☹
KAMU SEDANG MEMBACA
For 21 Days
Literatura FaktuTidak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Kamu boleh memusuhi orang semaumu. Namun, tidak ada yang tahu bahwa suatu hari dia yang kamu benci adalah orang yang paling kamu rindukan. Teruntuk kamu, aku, dan semua mahasiswa yang pernah menjal...