1 Agustus 2018.
Sejak aku menyadari perasaanku yang sebenarnya terhadap Kiki, hari-hari di Pagergunung jadi terasa semakin berat. Aku merasa serba salah berada di sekitar Kiki. Ya, aku memang senang kalau Kiki memperhatikanku karena hal kecil. Tapi perhatian Kiki terhadap Sita juga semakin besar.
Seperti pagi kemarin, saat aku dan Sita mengantre untuk mandi, tiba-tiba Kiki mendatangi kami dan duduk di antara aku dan Sita. Terlihat jelas pandangan mata mereka berdua adalah pandangan orang saling jatuh cinta. Hatiku semakin hancur ketika mereka mulai saling memanggil dengan panggilan khusus, Kiki memanggil Sita dengan sebutan "neng", Sita memanggil Kiki dengan sebutan "abang". Mungkin bagi yang lain ini sangat menggelikan. Tapi bagiku ini adalah akhir dari duniaku.
Selama KKN ini, aku mempunyai kebiasaan baru, yaitu menuliskan semuanya di memo ponsel. Karena aku nggak mau teman yang lain ngerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku sudah muak tak tahu harus bercerita pada siapa, akhirnya aku dan Riri saling bertukar memo ponsel untuk menceritakan apa yang kami alami. Seperti kejadian antre kamar mandi kemarin aku menceritakan semuanya di memo ponsel itu.
Hari ini, program individuku akhirnya akan berjalan. Aku teringat saat menyusun program ini. Aku dan Riri memutuskan untuk mengambil lokasi yang sama, mengajar di kelas yang sama, bahkan di tanggal yang sama. Aku akan mengajar Bahasa Inggris, sedangkan Riri akan mengajarkan menyanyi lagu anak-anak.
"Cin." Panggil Riri dengan suara... kodok?
"Ri, suaramu kenapa? Duh padahal hari ini kamu mau ngajar nyanyi kan?" tanyaku khawatir.
"Iya, justru itu. Aku mau minta tolong kamu buat nggantiin suara aku pas nyanyi. Mau kan? Yaudah kalo ga mau..."
Kebiasaan, deh, Riri nih. "Eh, mau dong! Yes! Asyik nyanyi hehe. Ayo, kita berangkat sekarang. Sudah ditunggu yang lain."
Kami pun bergegas berangkat ke sekolah tempat kami mengajar. Deg-degan sudah pasti. Aku sebenarnya nggak bakat ngajar klasikal. Tapi aku nggak ada pilihan lain karena setiap peserta KKN harus punya program individu dan hanya ini yang aku mungkin mampu melakukannya.
"Good morning everyone!"
Aku masuk ke kelas di sambut dengan wajah-wajah yang sudah tidak asing lagi. Bahkan beberapa dari mereka tahu namaku dan Riri. Suasana yang akrab ini menjadikan grogiku sedikit berkurang. Semuanya dengan antusias menirukan how to introduces self yang aku ajarkan. Aku jadi senang. Semuanya bersenang-senang. Bahkan, Riri juga ikut bernyanyi dengan semangatnya yang aku tahu, tak akan pernah padam.
❣❣❣
Mungkin part ini memang banyak ceritain tentang Riri. Ya, memang, part ini memang dedicates to Riri.
Selama KKN, aku bersyukur telah melewati ups and downs bersama Riri. Dia yang mampu memahami keresahanku ketika aku menghadapi Kiki dan segala perintilannya. Mungkin dia tidak hanya menjadi vitaminku, tapi semua peserta KKN Desa Pagergunung di periode itu.
Aku tahu, selama KKN kamu menyimpan banyak tangis dan sedih. Tapi yang pasti, aku tahu semangatmu tak akan pernah padam. Kesedihanmu tak akan menjadi penghalangmu untuk selalu menjadi vitamin.
Aku yakin saat ini pun kamu masih punya semangat yang seperti biasa. Jangan pernah berhenti berjuang, ya, Ri. Aku akan selalu ada di sisimu. Jangan pernah merasa sendiri, karena kita selalu bersama.
Get well really soon, Riri.

KAMU SEDANG MEMBACA
For 21 Days
SachbücherTidak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Kamu boleh memusuhi orang semaumu. Namun, tidak ada yang tahu bahwa suatu hari dia yang kamu benci adalah orang yang paling kamu rindukan. Teruntuk kamu, aku, dan semua mahasiswa yang pernah menjal...