6. Titik Pertemuan Takdir

338 39 1
                                    

Jika kamu dan aku tidak pernah di takdirkan bersama, lantas kepada siapa hati ini harus menjatuhkan rasa pada pelabuhan cinta sejatinya?

Al-Rasya Sidqi Firmansyah

**

Pria yang sedang fokus pada laptop di genggamannya tampak tersenyum sendiri memandangi benda persegi berwarna putih tersebut, sampai diapun tidak menyadari pintu kamarnya di ketuk dan di buka oleh seorang perempuan berumur tujuh belas tahun yang sedang menghampirinya dengan kesal seraya menggelengkan kepalanya.

" Abang! Bagus yah dari tadi aku panggilin bukannya di jawab malah melamun sambil senyum-senyum lihatin laptop!." Ujar seorang anak remaja tersebut seraya memelintir telinga sang abang karena kesal, membuat pria itupun merintih kesakitan memegangi telinganya.

" Aduh, aduh , apaan sih dek sakit ih, lepasin telinga abang. Sakit tahu." Ucap pria tersebut seraya mengelus telinga nya sehabis di jewer oleh sang adik.

" Lagian abang di panggilin bukannya jawab kek! Ini malah lihatin laptop. Lagian aneh, ngelihatin laptop sambil senyum-senyum gak jelas. padahal itu laptop isinya pelajaran fisika semua, hitung-hitungan! Abang masih waras kan?" Ucap sang adik seraya menaruh telapak tangannya dikening sang kakak.

" Apaansih dek, ya abang masih waraslah. Abang tuh senyum-senyum karena.. ehm karena..." ucap pria tersebut kebingungan ,memutar bola matanya seraya berfikir alasan apa yang tepat untuk mengelabuhi sang adik.

" Karena apa hah?" Tanya gadis tersebut penasaran.

" Karena....." belum sempat pria itu menjawab, terdengar suara teriakan wanita paruh baya dari lantai bawah.

" Ehh umi udah manggil, ayo kita buruan ke bawah. Abang sudah laper." Dalihnya pada sang adik agar tidak banyak bertanya lagi.

" Ish dasar alasan mulu!" Gerutu sang adik yang masih dapat di dengar saat dia keluar dari kamar menuju arah tangga, membuat rasya terkekeh pelan, lalu diapun menuruni anak tangga disusul pula oleh adiknya tersebut.

" Kenapa sih abang, adek. Kalian tuh gak bisa yah sehari saja tidak ribut mulu. Pusing mamah dengerin nya tahu." Ucap sang mamah sembari menaruh sepiring nasinya kepada sang suami.

" Si abang tuh mah, aneh! Masa aku ke kamarnya dia lagi senyum-senyum lihatin laptop, pas aku lihat laptopnya isinya pelajaran semua mah! Angka semua. Apa coba yang bikin dia senyum-senyum lihatin angka?"  Ucapan gadis remaja itu sontak membuat kedua orang tuanya tertawa. " Kok mamah sama papah ketawa sih, memangnya ada yang lucu ya mah, pah?" Lanjut gadis tersebut bertanya dengan wajah polosnya.

" Abang kamu itu lagi kasmaran dek. Jadi yah begitulah, hatinya lagi di penuhi bunga-bunga indah haha." Ledek sang ayah.

" Abang punya pacar? Kok gak dikenalin sama aku sih bang? Cantik gak cewenya?" Tanya sang adik membuat rasya memutar bola matanya.

" Apasih kamu dek pacar-pacar! Kamu masih anak kecil mana tahu soal orang dewasa. Lagipula abang gak pacaran kok." Ucap rasya lalu melahap roti berlapis selai cokelat tersebut.

" Mungkin enggak sekarang, tapi nanti yah bang? Kapan-kapan kenalin lah aku sama calon kakak ipar haha."

" Ngaco!" Kesal rasya pada sang adik.

" Sudah-sudah tidak baik ribut di meja makan, sebaiknya kalian makan nanti telat lagi. Kamu juga bang katanya ada jadwal kuliah pagi nanti telat lagi." Ucapan sang bunda membuat rasya membulatkan bola matanya.

" Sekarang jam berapa umi? Haduh aku ada janji sama guru pagi ini." Ucap rasya seraya melirik jam tangan yang terletak di pergelangan tangannya.

" Jam enam lewat lima belas menit bang." Jawab sang adik.

" Hah? Iya bener, Ahh aku telat, aku pergi dulu, mi." Ucap rasya seraya menengok ke arah belakang tepatnya ke jam di dinding, kemudian dengan terburu-buru diapun mengambil lagi selembar roti yang sudah terlapisi selai tersebut, lalu meraih jaket army dan juga kunci motornya, lalu mensalami dan mencium tangan kedua orang tuanya tersebut.

" Dek kamu naik taksi saja atau sama abi ya? Abang buru-buru banget ini di tungguin guru."

"Oke bang." Ucap gadis tersebut seraya menunjukan tanda oke pada sang abang.

" Abang pergi dulu semua, assalamualaikum." Pamitnya, lalu dia keluar dan menaiki motor ninja kesayangannya tersebut.

" Wa'alaikumussalam."

Di tengah perjalanannya pria tersebut nampak gusar seraya melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, sontak dia tidak sengaja menserempet motor matic berwarna biru muda yang di kendarai oleh seorang wanita berhijab putih tersebut.

Brakk...

Suara decitan itupun terdengar, terlihat seorang gadis terjatuh dari sepeda motornya.

" Aduh Ma..maaf mba saya tidak sengaja. Sedang buru-buru soalnya, mba ada yang luka tidak, Kita kerumah sakit saja gimana?" Tawar pria berjaket army tersebut pada gadis berjilbab putih di hadapannya tersebut.

" Tidak perlu mas, saya tidak apa-apa kok, hanya sedikit luka lecet saja, nanti akan saya obati di klinik terdekat." Jawab gadis tersebut dengan lembut.

" Ini saya ganti jika ada kerusakan nya yah. Maaf sekali mba saya lagi buru-buru, karena jadwal kuliah saya akan segera di mulai. Mbaknya tidak apa-apa saya tinggal sendiri?"

" Iya mas tidak apa-apa mas pergi saja, nanti saya akan ke klinik dekat sini, dan soal kerusakan mas gak perlu ganti gapapa, namanya juga musibah. Mas nya pergi saja saya tidak apa-apa kok." Ucap gadis tersebut tersenyum.

" Mbak yakin?" Tanya rasya memastikan, membuat gadis tersebut mengangguk seraya menunjukkan senyumannya. " Yasudah kalau begitu, ehm ini saya kasih nomor saya. Kalau ada apa-apa mba bisa menghubungi saya yah." Ucapnya seraya mengeluarkan buku tulis dan merobek selembar kertas yang sudah tertulis nomor ponselnya tersebut.

" Baik mas, terimakasih."

" Kalau begitu saya permisi dulu mbak, mbaknya hati-hati yah. Assalamualaikum."

" Wa'alaikumussalam." Ucap gadis tersebut seraya menatap sekilas wajah pria berjaket army tersebut dengan sedikit kekaguman.

Dia pria yang baik.

" Ish apaansih kamu nau! Gak jelas." Gerutu gadis tersebut pada dirinya sendiri.

" Gerutu gadis tersebut pada dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menunggu Takdir Yang Sempurna [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang