~¤1¤~ Bertemu lagi

9 5 2
                                    

Bertemu dan bertegur sapa, saling mengenang dan saling mengingatkan tentang masa masa indah kita

.

Wanita itu menatap dirinya di cermin, bibir yang tebal, hidung yang pesek, dan mata bulatnya membuat dia terlihat sangat aneh. Tidak ada sifat menonjol darinya, hingga ia berfikir mungkin dia manusia paling terakhir diciptakan hingga kehabisan bahan. tapi kemudian ia tersenyum. Tidak, kehidupannya tidak seburuk itu, dia harus kembali dan mencari kebenaran yang pernah hilang.

Biarkan saja jadi bulanan bulanan orang, yang penting tidak merasa kan?, terlalu payah jika kalah hanya karna olokan, bagaimanapun ini hidupnya, dia yang menjalankan.

"Gue harus bisa," ia tersenyum manis, tapi belum bebetapa detik senyumnya sudah berubah jadi senyum hambar. Huft... ia membuang nafas lelah, lalu memutuskan untuk melangkah keluar kamar.

~¤¤~


"Gimana?, cantik kan gue?," ucap Dee. Wanita itu berputar putar layaknya Cinderella yang berubah wujud, senyum cerah tampak menghiasi wajahnya. Wanita yang berperawakan mungil dan pipi cubby itu tampak puas dengan hasil riasannya kali ini.

"Lebay," ucap Lida, sambil memutar bola matanya malas. Wanita bongsor itu hanya melihat jengah kelakuan satu temannya.

"Kakak jahat," ucap Dee sambil memanyunkan bibirnya.

"Iya maaf, adek cantik...." Ucap Lida memanjangkan huruf-K paling akhir. Tak lupa, senyum jahil yang menghiasi wajahnya.

"Makas__"

"TAPI CANTIKNYA GAK BERLAKU BUAT LO.. BERLAKUNYA BUAT GUE HAHAHA..." Potong Lida sambil berteriak dekat telinga Dee, dan hal itu sukses membuat Dee terlonjak kaget, lalu memegang telinganya yang terasa nyeri. Lida berlari menghindari amukan Dee.

"DASAR LO KAKAK LAKNAT. GUE PECAT LO JADI KAKAK GUE," teriak Dee, sambil mengejar Lida yang tengah berlari.

"Sayangnya gue gak minta jadi kakak lo." Lida menjulurkan lidahnya, hingga membuat Dee jengah sekaligus jengkel.

Cklek

Pintu terbuka, menampakan wanita bertubuh sedang dengan mata yang menajam melihat kelakuan teman temannya. Rasanya kekesalannya sudah muncak ke ubun ubun, kenpa nasibnya malang sekali harus berteman dengan sejoli gila macam mereka.

"Kalian masih mau tarung?, gue tinggalin," ucap Nana lalu melangkah keluar, meninggalkan Lida dan Dee yang masih menjadi Tom and Jarry entah kapan mereka normal lagi.

Sesaat mereka tersadar "Eeeeh UMI TUNGGGUUUUU...." mereka berlari keluar mengejar Nana yang sudah memasuki mobil.

Nana duduk di bekang bersama Lida  dan Dee di depan, takutnya jika Lida di belakang bersama Dee, maka akan terjadi pertempuran lagi. Jika Lida duduk bersama Nana, dijamin tidak akan ada perang ketiga antara para sahabat ini.

"Eh eh... liat deh di grup, ada yang ngabarin kalau bakalan ada murid baru di sekolah kita!" ucap Lida pada teman temannya. Anak matanya masih fokus melihat ponsel yang di penuhi berita seputar sekolahnya itu.

"Siapa?," Tanya Nana, dengan muka yang tampak tidak begitu perduli.

"Entahlah."

SerangkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang