~¤3¤~ Tertekan

4 1 0
                                    

Berfikir lebih keras, berjalan tak kenal batas, melewati begitu banyak rintangan yang membuatku hampir terkelupas. Tapi kou selalu meminta lebih, lebih, dan lebih, hingga tak sadar hal itu telah membuatku lelah.

.

"Cino lo gak papa?" Ucap Dee dan Lida tersengal sengal menghampiri Cino. Seperti habis ikut lomba lari maraton, atau memang sebentar lagi mereka akan menjadi Atlet?. Tuh kan Otak Cino mikirnya kejauhan, mana mungkin mereka jadi Atlet, tidak ada bakat sama sekali.

"Enggak papa kok, santai, Cino tuh kuat kayak masterlimbat," Ucapnya beralibi, padahalmah sebaliknya menangis. Huft.. cengeng.

"Lo ngfans sama master limbat?" Tanya Lida. Baru saja Cino akan membuka mulutnya untuk menjawab, sudah di serempet lagi.
"buat apa?, orang serem kayak gitu."

"Iya iya terserah lo deh." Cino pasrah saja, dari pada kena kata kata Lida yang pedesnya minta diulek.

"eh perasaan ada yang kurang deh? si umi mana?". Mata Cino mengedar, mencoba mencari Nana yang entah kemana tak terlihat oleh matanya, padahal matanya tida katarak. Kan biasanya Nana tidak pernah berpisah dari kedua temannya ini.

"Entahlah katanya dia lagi gak mood" ucap Lida santai.

"Kenapa bisa gak mood?"

Lida mengangkat bahunya acuh."Gue liat dia buka ponsel, eh mukanya langsung berubah masem, gak tahu kenapa."

"Terus sekarang dia dimana?"

"Nana di Roftoop, tapi yang pasti dia anak teladan,  jadi gak mungkin bolos. Apalagi sekarang pelajaran Matematika kesukaannya, yang pasti bikin gue pusing tujuh turunan, mana Nana jarang ngasih jawaban lagi kalau ulangan, kan gue kelabakan sendiri, " jawab  Lida kesal.

"Curhat Neng?" ucap mereka berdua kompak, hingga menimbulkan didihan darah di otak Lida. Lida menatap Mereka tajam, mungkin lida mengasah matanya Dulu dirumah, hingga sorot matanya menjadi setajam pisau baru yang belum berkarat.

"DASAR KALIAN BERDUAAA!!!" Teriaknya, hingga menimbulkan banyak pasang mata yang melirik mereka.

"KABUR..."

Mereka senang menjaili Lida, karna biasanya Lida yang akan menjaili mereka, ini salah satu hal yang patut di banggakan, menjahili manusia yang omongannya sepedas Cabe rawit.

~¤¤~

"Asalamualaikum Mama!!." Dee memasuki rumah yang selama ini menghangatkannya. Terlihat Mamanya sesang duduk dan melihat telvisi.

"Eh Dee." Dee mencium punggung tangan Mamanya lalu duduk di dekat Mamanya, sambil membuka ponselnya.

"Mau apa?" Suara serak basah laki laki itu terlontar. Tapi Dee tidak mau ambil pusing, dia jawab saja dengan jujur.

"Main game," jawab Dee, tanpa melihat sang penanya. Saat sedang asyk asyik nya, tiba tiba ponselnya di rebut paksa hingga terlepas dari genggaman Dee. Dee hanya membuang nafas pasrah. Ia sudah tau siapa yang melakukan ini. Manik matanya mengarah pada laki laki itu, laki laki dengan mata tajam yang sama sekali tidak menakutkan.

"Ini ngeganggu sekolah kamu, Ayah hapus."

seketika Dee melotot, apa maksud Ayahnya?
"Ayah jangan!!!"

SerangkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang