2

171 2 0
                                    

+++

"Hai" Sapa cowok tinggi berkulit sawo matang.

"Hai juga" Jawab Laras singkat dan kembali fokus pada buku biologi yang ia baca.

"Kok kamu sendirian di perpustakaan?"

"Emang harus gitu, bawa rombongan buat ke perpus?" Jawa Laras ketus.

"Iyakan, biasanya kamu sama Arsya sama Nina"

"Lo tuh yaa, di Jakarta udah berapa tahun sii? Pakenya aku-kamu mulu. Terlalu formal tau gak, pake lo-gue kan bisa. Dan yaa kalo orang gatau ngiranya lo sama gue itu ada hubungan deket, padahal mah kagak"

"Emm maaf, aku... Eh maksutnya gue masih belum mahir bahasa gaul di Jakarta"

"Kalo lo disini cuma mau ganggu keseriusan gue, mendingan lo pergi deh" Usir Laras.

"Tapi gue gue rela pindah dari sekolah cuma demi lo ras" Ucap Fino.

"Eh inget yaa! Lo pindah ke Jakarta juga atas keinginan lo sendiri Fin. Gue gak maksa, tapi maaf perasaan gue yang dulu udah gak sama dengan yang sekarang." Ucap Laras yang mulai geram lalu meninggalkan Fino.

"Maaf..."

+++

Laras berjalan menyusuri koridor dengan perasaan yang campur aduk, antara kecewa, marah, dan menyesal.
Dia tidak tahu harus bagaimana, baginya cinta hanya perasaan semata yang cuma dikatakan bukan dilaksanakan. Dia sudah terlalu banyak tersakiti karena cinta, dan dia tidak tau harus percaya lagi dengan cinta atau tidak.

"Laras, ras, Laras lo kenapa?" Tanya Salwa ketika bersimpangan di koridor dia panik saat tau Laras menitikkan air matanya.

"Gue gakpapa, cuma agak baper sama cerita novel tadi yang gue baca" Ucap Laras berbohong dan mengusap air matanya.

"Gue tau lo bohong ras, sekarang Arsya sama Nina kemana?" Tanya Salwa.

"Mereka ada rapat seni musik buat acara minggu depan"

"Lo mau ke kelas ras?" Tanya Salwa.

"Iya"

"Yaudah tapi lo kesana sendirian gapapa kan? Gue ada perlu tadi dipanggil Pak Tony keruang guru soalnya. Apa lo ikut gue aja ayok"

"Gausah Sal, gue balik ke kelas aja, lagipun ini juga kan mau bel"

"Owh yaudah, hati-hati yaa, jangan ngalamun, cuma cerita nonfiksi, gak kenyataan gausah baper, gue duluan dadahh" Pamit Salwa pada Laras.

"Tapi nyatanya cerita masa lalu kelam gue benar adanya sal" Ucap Laras dalam hati.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, Laras tetap menunduk dengan memeluk buku biologi nya.

Bruk, bahu Laras tidak sengaja bersenggolan dengan cowok yang berjalan berlawanan arah dengannya, membuat bukunya terjatuh.

"Eh sorry, gue ga sengaja sumpah" Ucap cowok itu, dan membantu Laras mengambil bukunya.
"Sorry..." Ucapnya lagi.

Laras menatap cowok dihadapannya, iya menatapnya sangat lama, lebih dari 5 detik. Ntah apa yang dipikirkan Laras, wajahnya datar tanpa ekspresi.

Cinta Diantara Rumus MatematikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang