"Hehh Denta nihh gue mau balikin sapu tangan lo kemaren" Panggil Laras dari ujung koridor kelas 11.
"Sapu tangan? Kemaren? Orang kemaren aja gue ga masuk sekolah kok"
"Lahh, boong! Jelas jelas kemaren lo seharian nemenin gue terus lo kasih pinjem sapu tangan lo ke gue, thanks yaa buat kemaren dan buat sapu tangannya juga" Ucap Laras dan tersenyum.
"Gue serius ras, gue kemaren lomba tingkat kota. Gak percaya? Tanya Bu Rosmah sana deh"
"Lha terus yang kemaren nemenin gue siapa?"
"Danta mungkin, siniin sapu tangan gue, ni pasti si upil kuda yang ngambil dari lemari gue" Oceh Denta.
"Danta? Upil kuda? Ini apaan sii maksudnya?"
"Iyaa si Danta yaa upil kuda itu"
"Keterlaluan lo, sodara sendiri juga"
"Dah biasa" Ucap Denta dan melenggang pergi begitu saja.
"Danta? Omaygad!!! Aargghh kesel gue dah jadinya" Laras tak mau pikir panjang dan langsung kembali ke kelasnya.
+++
"Napa ras?" Tanya Nina yang masih tetap fokus memainkan handphonenya.
"Kesel gue ahh"
"Iyaa kenapa?"
"Nin harusnya gue seneng apa kesel yaa?"
"Kenapa?" Tanya Nina mulai melepas headset dan meletakkan handphonenya.
"Jadi yang kemaren lo liat gue sama cowok di gramed itu ga Denta! "
"Nahh terus siapa?"
"Dia Danta, sodara kembar Denta"
"Koo dia mesra gitu sii ama lo? Nihh pasti ada yang ga beres nih"
"Maksud lo?"
"Mungkin dia suka ama lo ras"
"Ahhh gak! Ga mungkin! Gue kan sukanya sama Denta bukan Danta"
"Ini tuhh udah jelas banget ras, udah ahh lo percaya ama gue"
"Gue ga mau, sampek ini terjadi"
"Kenapa?"
"Gue udah terlanjur suka sama Denta"
"Baru suka kan? Belum cinta? Gapapa dong kalo berubah pikiran. Nihh yaa kalo diliat-liat Danta beneran suka sama lo"
Brakk!!!
Nina dan Laras sontak menoleh ke arah pintu kelas.
"Denta apa Danta nihh.. "
"Lo samperin gih!"
"Siapa lo?"
"Yaa masa lo lupa, gue yang kemaren nemenin lo"
"Denta or Danta?"
"Danta, ohh pasti lo ngiranya gue Denta yahh? Emang ga liat bedanya gue ama tembok?"
"Tembok mana yang lo omongin?"
"Busett MasyaAllah, sodara gue yang ganteng imut unyuk tinggi imut nak basket nak olimp. Etdahh! "
"Koo bisa dipanggil tembok?" Tanya Laras bingung.
"Yaa karena dia itu mau digimanain ekspresi nya sama! "
"Emang tembok kalo digituin gitu?"
"Tau dahh ahh, kakel satu ini bikin kesell ajaa dahh"
"Yaudah yaudah, mau lo apa kesini? Ganggu jam istirahat gue banget sii"
"Gue nyariin lo dari mulai kantin, perpus, UKS, ruang musik, ruang jahit, gudang, rooftop--"
"Ngapain? Siapa yang nyuruh? Kan akunya dari tadi disini, di kelas"
"Lhaa iyaa ya gusti si eneng, abang teh kagak tau atuh"
"To the point! "
"Pulang sekolah tunggu gue di kedai depan parkiran"
"Ngapain? Ogahh ahh gue, mau pulang"
"Nii orang diajakin nolak mulu dah, oh iya lo belum ngomong makasih sama gue buat kemaren, dasar lo"
"Ogahh! Makasihnya udah gue kasihin buat Denta" Ucap Laras masa bodo dan kembali masuk ke kelas.
+++
"Ini si Danta kemana aja sii? Tadi pagi bolos, ini istirahat kagak ada lagi" Gumam Rey.
"Den! Lo jadi abang kalo ditanyain ga tau mulu sihh sebel gue dahh" Ucap Rey.
"Yaa kan gue gak tau" Ucapnya tetap fokus dengan rubik kesukaannya.
"Gimana lomba lo kemaren?"
"Biasa, terlalu mudah"
"Ini anak kapan sihh kesulitan mikirin sesuatu? Heran gue" Ujar Julio.
"Ntar kalo udah ketemu ama yang namanya cinta juga kepikiran sampek kebawa mimpi" Celetuk Danta dari arah pintu gudang.
"Cinta saha? Gebetannya Denta? " Tanya Reno.
"Cinta ren cinta! Jatuh cinta, busyet masa anak bucin kek lo kagak tau. Nggak pro lo mah"
"Ohh, ya ngomong dong yang jelas"
"Dan! apa ini?" Tanya Denta sembari meletakkan selembar kertas dengan kasar di meja.
Reno, Julio, dan Rey hanya diam.
"Kayak gini kelakuan lo sehari gue tinggal? Inget Dan! Lo udah gede! Udah SMA! Udah berapa kali sih gue bilang jauhin rokok! Sekarang pengasuh asrama udah muak dengan semua tingkah Lo! Begitu pun gue abang lo!" Ucap Denta menahan amarah.
"Yaa gue maaf, gue ngaku salah"
"Jadi mau lo apa sekarang? Seminggu lo diskors dari asrama, terus lo mau tidur di mana? Hm? Balik ke rumah? Dan buat papah mamah kecewa? Lo mau tinggal dimana Danta? Argh kesel gue" Ucap Denta dan pergi.
"Dan! Gue harap ini jadi tamparan keras buat lo, gue kasian liat Denta. Dia capek ngurus lo, lo susah banget si dibilanginnya. Jangan bandel bandel amat lahh" Ucap Rey menasihati.
"Yang tau kalo bakalan kek gini juga gue gak mau"
+++
Denta berjalan menyusuri koridor, tatapannya kosong.
"Terakhir lo bikin masalah, dan itu membuat mamah sama papah hampir cerai. Gue gak mau kalo sampai mereka tau, kapan sihh Dan lo tobat" Batin Denta.
Dia hanya ingin sendiri, setiap hari masalah ini itu dia hadapi, keluar masuk BK udah gak terhitung. Ini semua hanya untuk membebaskan Danta dari hukuman. Tanpa sadar Denta tertidur di kursi panjang rooftop, baginya dengan suasana seperti ini membuat dia nyaman dan tenang.
+++
"Ras! Mau kemana? Cepet-cepet banget? " Tanya Nina.
"Gue ada urusan" Ucap dingin Laras sembari menatap Arsya tidak suka.
"Ras, Ras tungguin gue, gue mau minta maaf soal kemaren. Pasti lo marah dan kecewa banget yaa? Maaf yaa masa lo mau marahan sama gue kayak gini terus? Gaa capek?"
"Yaa capek sii, tapi kecewa"
"Ras... Maaf" Ucap Arsya dan mengulurkan tangan kanannya.
Laras tersenyum dan membalas Arsya.
"Iya gue maafin kok"
"Ohiya maaf gue ada janjian sama Danta"
"Wait wait! Danta? Katanya Nina lo suka Denta? Koo ini Danta sih?"
"Iyaa beda ini si Danta yang ngajak ketemu, katanya ada yang mau dia omongin"
"Owh, baliknya gimana? Ngangkot?"
Laras hanya mengangguk dan segera berlari kearah parkiran.
+++
❤
( *¯ ³¯*)♡
(ू•ᴗ•ू❁)ᕕ
( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ
💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diantara Rumus Matematika
Teen FictionLaras Isyana, seorang gadis cantik, manis, tinggi, dan periang. Dia punya 2 sahabat cewek yang sama satu kelas, mereka adalah Arsya Diandra dan Nina Talytha. "Ingin melepas tapi hati tak ikhlas Ingin menetap tapi seakan tak dianggap Apakah mencintai...