"Ra, lo dari tadi di kelas kaya gini terus ya? "
"Ra,lo kok diem aja? Kenapa? "
"Ra, cerita..!! "
Mungkin itu pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dari mulut Azira.
Ya, aku dari kelas sampai keluar kelas hanya diam. Tidak berani berbicara. Teman-teman di kelas pun sama dengan Azira. Menanyakan apa yang terjadi padaku.
Tapi tidak dengan Fahri. Dia tahu yang sebenarnya. Hanya saja ketika ditanyai dia selalu menjawab "tanya aja sama dia!" . Dia selalu menjawab ketus dan berubah menjadi seseorang yang dingin.
Saat keluar kelas sama saja, ketika Azira menghampiriku untuk ke kantin.
"Fahri ikut ke kantin nggak? " tanya Azira saat melihat Fahri yang sedang keluar kelas.
"Nggak! Gue mau main basket! " jawab Fahri lalu meninggalkan aku dan Azira. Aku hanya menunduk lalu melangkahkan kaki terlebih dahulu untuk ke kantin.
Begitu di kantin Azira melontarkan beberapa pertanyaannya. Sampai saat ini aku menahan agar air mata ini tidak jatuh. Selalu ku ucapkan dalam hatiku "jangan lemah.Jangan rapuh.., "
"Zhafira, plissss cerita sama gue," pinta Azira. Aku membalas tatapan penuh pertanyaan Azira.
"Ayah larang gue deket sama Fahri ataupun sama laki-laki, " jawabku dengan nada sendu.
"Whaat!! " jerit Azira. Ini anak emang nggak bisa dijaga suaranya.
"Ssstt, Azira! Nggak usah teriak," bisikku sambil melihat sekitar yang sedang mencari sumber suara jeritan Azira.
"Maaf.. Gue kaget banget soalnya,"
Ya. Tentu saja Zhafira terkejut seperti diriku."Terus lo gimana?" tanya Azira. Aku terdiam. Tentu saja aku sedih tentang larangan itu. Tapi bagaimana lagi? Ayah bermaksud menjaga diriku.
"Biasa aja," jawabku bohong. Aku sedang tidak baik-baik saja.
"Lo nggak pinter bohong ra,"
"Gue tahu itu.., "
Aku kembali diam dan mengaduk-aduk minuman di depanku. Azira masih menatapku dengan heran.
Kenapa akhir-akhir ini hatiku dirundung dilema? Entah.. Baru pertama kali ini. Aku merasakan tiga sosok yang akan menjagaku. Ayah, Fahri, dan Zafran.
Sore itu aku dibuat terbang oleh Zafran. Tapi aku tidak tahu, apakah nantinya aku akan terjatuh lagi. Aku dibuat nya lantunan kata yang berarti senja akan pergi. Ya, aku takut Zafran akhirnya akan pergi setelah menampakkan keindahannya.
Malam itu, Fahri dengan santai nya mengajakku bermain hujan. Membuat semuanya luruh ke jalanan yang basah karena diguyur hujan. Membuat ku dibuat bingung akan perkataan dan sikap Fahri akhir-akhir ini.
Malam itu juga, Ayah melarangku. Melarang dekat dengan lelaki manapun, termasuk Fahri. Karena ia ingin menjaga diriku.
Tapi tahukah Ayah? Aku merasakan gejolak rasa pada Fahri begitupun Zafran. Tapi aku takut untuk merasakannya.
"Zhafira! Pliss jangan melamun! " tegur Azira. Aku tersadar dari lamunanku.
"Ra! Kok lo mikirin itu banget sih? Fahri sesuatu banget ya buat lo ra? " tanya Azira. Aku tertegun. Menatap Azira lalu beralih ke lapangan basket. Melihat Fahri yang sedang bermain bola basket sendirian. Memasukkan bola di ring lalu berhenti. Fahri melihat ke bawah dengan tatapan kosong. Lalu arah tatapannya teralih melihatku yang sedang diam-diam melihatnya.
"He's everything," kataku sambil tersenyum. Fahri melanjutkan memasukkan bola ke ring lagi. Lalu aku menoleh ke Azira yang sedang melongo.
"Kenapa?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
Teen FictionMereka senja dan hujan. Senja yang selalu menghangati dan memberi kenyamanan, tapi dia pergi tanpa aba-aba. Dialah Cinta pertamaku yang pergi. Hujan yang selalu hadir ketika sedih menghampiriku. Kadang melindungiku menggunakan payung merah itu. Sel...