"Dasar anak liar, darimana kamu basah-basah begini. Udah pulang lambat juga..!!!"teriak papa, bukan, iblis ke gue dengan menjambak rambut gue.
"Jauhin tangan kotor lo dari gue !!"
"Udah makin kurang ajar kamu ya!" Ia balas membentak gue.Gue tak ingin meladeninya, buang-buang waktu aja. Gue cuma berlalu ninggalin dia dan menuju kamar.
Setelah mengganti pakaian, gue termenung didepan jendela kamar. Tampak rintikan hujan yang tengah berjatuhan ria ke bumi. Gue pandangi awan yang tak lelahnya menjatuhkan airnya.Gue ulurkan tangan keluar jendela hingga terkena rintikan hujan. 'Dingin' gue bergumam dengan pelan.
"Ayah, bunda, aku kangen sama kalian. Boleh aku ikut?"seketika air mata gue berjalan menyusuri pipi. Segera gue hapus air mata yang semakin membuat gue lemah.Gue teringat kata Kael tadi, hujan datang untuk menghapus luka. Bagaimana bisa? Sedangkan setiap terkena hujan, gue teringat dengan semua permasalahan. Ditambah dengan kejadian terburuk yang pernah gue alami terjadi disaat hujan. Gue gak mau lagi mengingat kejadian itu lagi.
Langit semakin gelap. Sang mentari tlah hilang beserta ekornya. Gue menutup jendela dan pergi ke tempat tidur gue. Tempat paling faforit gue.
'Tok...tok...tok...' pintu kamar gue diketuk oleh seseorang.
"Non Farren...!!"ternyata mbo mina.
"Apa mbo" tanya gue sambil membuka pintu.
"Ada yang nyariin non" jawabnya. Gue mengangguk dan dan menuruni tangga menuju pintu depan. Terlihat seorang cowok yang sudah berpakaian dengan rapi."Selamat malam kutu badak" si kampret ini lagi. Kael.
"Selamat malam setan air"jawab gue asal ceplos. Kael tersenyum kecil.
"Yok" Kael narik tangan gue keluar.
"Tunggu dulu, kemana?"tanya gue heran.
"Lo lupa ya? Kita kan ada janji dengan toko buku kan?"ucap kael dan tersenyum nakal. Gue berpikir sejenak, sekarang jam 8 malam, hmmm..."Mbo...! Papa mana?!!"teriak gue karna mbo mina gak adak di pandangan gue.
"Baru tadi pergi non, katanya keluar kota selama tiga hari" jawab mbo mina setelah berada di dekat gue.
"Ooh.. baguslah" jawab gue senang. Ini begitu perfect, tadi siang nyokap gue pergi keluar negri. Gue tau nyokap gue pergi karna dia chat gue.
"Oh iya non, bapak nitip ini" ucap mbo mina mengeluarkan uang seratus ribu empat lembar.
"Makasih mbo" jawab gue dan mengambil uang itu."Udah yuk el" ucap gue dan menarik tangan Kael. Namun ia menahan tarikan tangan gue.
"Lo yakin ke toko buku pake piyama tidur?"tanya kael, lagi-lagi dengan nada mengejek.
"Yaudah, lu masuk dulu, gue mau ganti baju"gue menuju kekamar.Setelah selesai ganti baju, gue langsung berangkat dengan Kael. Hujan sudah reda. Angin dingin menemani kami sepanjang jalan. Setelah 10 menit, kami sampai disebuah toko buku cukup besar.
"Lo cari aja bukunya, gue mau cari komik dulu diatas" kata Kael sambil menuju lantai dua. Gue mulai mencari-cari buku pelajaran. Sampai gue teringat sesuatu, gue gak tau buku merek apa aja yang dipakai di sekolah itu.Gue pun pergi menuju lantai dua. Mata gue melirik ke arah tumpukan buku novel bergenre fantasy. Gue memang suka membaca novel jenis ini. Gue mengedarkan pandangan gue ke semua arah, dan akhirnya berjalan ke arah tumpukan rak buku komik karna mendapati orang yang dari tadi gue cari.
"El, gue gak tau buku mana yang dibeli" bisik gue saat sudah disampingnya.
"Tunggu, gue cari tiga lagi" jawabnya tanpa melirik sedikitpun. Ia tetap serius mencari-cari buku komik, padahal ditangannya sudah sangay banyak buku komik.
"Pegang nih" kael memberi beberapa komik ditangannya yang sudah kebanyakan.
"Udah?"tanya gue karna Kael sudah menuju kekasir.
Kael hanya mengangguk dan meletak kan semua komik ditangannya dan gue kekasir. Gue heran, komik sebanyak ini buat apa? Apa dia suka komik anak? Tau ah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pecinta Hujan
Teen FictionAku tak suka hujan Hujan itu dingin, dan selalu membawa semua memori buruk yang ku miliki Tapi siapa dia ? Mengapa dia tau banyak tentangku? Mengapa dia suka hujan ? Dan mengapa dia ingin aku juga suka hujan ? Dan bagaimana bisa aku jatuh cinta p...