Riana dkk duduk dikursi penonton diurutan 2 dari depan. Tiba-tiba Dymas mengahampiri dirinya dan duduk disebelah Riana."Akhirnya lo dateng juga" kata Dymas dengan senyum simpul
"Gue ke sini, bukan buat liat lo ya. Tapi, buat liat kakak gue main" kata Riana, agar Dymas tidak salah sangka akan kehadirannya di situ
"Hm oke, gapapa" Dymas masih setia dengan senyumannya
"Gue balik dulu, bentar lagi main" izin Dymas yang tak disahuti oleh Riana.
Guru olahraga membunyikan peluitnya, para pemain basket pun berkumpul di pinggir lapangan.
Setelah semua pemain basket telah berkumpul, Pak Rudi menginformasikan sesuatu.
"Oke, karena kalian sudah berkumpul. Saya mau memberitahu bahwa seleksi tidak jadi dilakukan esok hari, hari ini setelah latian kita akan mulai seleksi. Bagaimana untuk tim Dymas?"
"Oke, tidak masalah" jawab Dymas
"Baiklah kita mulai latian basketnya" Pak Rudi pun membunyikan peluitnya kembali, lalu anak basket berkumpul di tengah lapangan. Pak Rudi mengingatkan larangan-larangan dalam bermain basket, setelah itu Pak Rudi melemparkan koin ke atas. Dan, Tim Devan yang akan memulai permain basket tersebut.
Devan memegang bola dan tatapannya memerintah temannya untuk mencari tempat agar dia bisa mengoper bola tanpa harus direbut oleh lawan.
Selang beberapa menit Tim Devan sudah mencetak 12 poin, sedangkan Tim Dymas telah mencetak 6 poin. Dan pada akhirnya saat latian Tim Devan yang menang.
Keringat Devan bercucuran karena terus berlarian merebut bola dan memasukkan bola ke ring. Para siswi berteriak tak karuan ketika melihat Devan berkeringat yang menambah kesan ketampanannya. Riana memperhatikan Devan dengan tatapan kagum, Riana menatapnya seperti orang yang tidak pernah melihat orang tampan di muka bumi ini.
'itu beneran Devan? Gila aja. Pantesan anak-anak pada histeris pas liat Devan, orang tampannya ga minta ampun. Nikmat tuhan mana yang kau dustakan pemirsa?..'
Tidak dihiraukan lagi kemampuan Devan dalam bermain basket, ia selalu dibangga-banggakan oleh para guru karena keahlian dan kepintarannya. Para guru-guru saja bangga pada Devan apalagi orangtuanya, pasti sangat bangga karena memiliki anak seperti Devan. Namun jangan salah sangka, meskipun Devan terbilang anak cerdas, tapi dia juga sudah sering keluar masuk Ruang BK. Dan kasusnya selalu sama yaitu membolos saat jam pelajaran dan merokok di tempat umum.
Orangtuanya sudah angkat tangan soal itu. Sudah berulang kali Orangtua Devan dipanggil ke sekolah, dan sudah berulang kali juga orangtua Devan menasehatinya untuk tidak merokok. Namun, Devan hanya menganggapnya sebagai angin lalu.
"Kalian istirahat dulu, nanti jam 2 kita lanjut untuk seleksi" kata Pak Rudi dan diangguki oleh murid-murid.
Murid-murid pun berlarian menuju ke kantin untuk mengisi kekosongan perutnya.
"Na, anterin gue ke kantin dulu yuk beli minum. Bentar doang kok" ajak Amanda
"Gak, gue mau ke kelas aja. Males gue ke kantin rame" ucap Riana dengan malas
"Ayolah, bentar doang kok, gak akan lama. Janji?" akhirnya Riana pun menerima ajakan Amanda walaupun ia malas untuk menuju kantin.
Amanda dan Riana berjalan menyusuri koridor menuju kantin.
Amanda segera membeli minum, dan saat berbalik tatapan Amanda langsung jatuh ke meja yang diduduki para cowok basket. Siapa jika bukan Devan dkk. Langsung saja Amanda menggeret tangan Riana menuju meja tersebut.
"Hai Renald" sapa Amanda dengan senyuman
"Hai, ada apa?" Amanda salting ketika Aryaan bertanya dengan senyum andalannya
"Ga usah salting, B aja" Riana memutar bola matanya malas, tau begini dia akan terus menolak ajakan Amanda. Ujung-ujungnya jadi obat nyamuk juga.
"Eh, ini. Lo pasti capekkan tadi main basket kepanasan" Rara menyodorkan air minum yang baru saja ia beli.
"Aelah, gitu aja capek. Kepanasan udah jadi resiko" sindir Aryaan
"Bilang aje lu iri" Renald menjitak kepala Aryaan, sedangkan yang dijitak hanya bisa mengumpat dengan sabar.
"Eh, makasih ya. Sendiri kesini?" Amanda memasang wajah cengo, pasalnya ia kesini bersama Riana. Saat Amanda menoleh ke samping kiri, Riana ada di situ.
"Permisi mas, bisa gak hari ini jangan bikin gue emosi?" akhirnya Riana pun angkat bicara, sedangkan Renald celingukan mencari keberadaan orang yang baru saja bicara.
"Kakak Riana yang paling tampan, bisa nggak Riana minta tolong jitak kepala Renald?" pintanya kepada Reno, namun Reno sama dengan yang dilakukan oleh Renald
"Bentar bentar, gue kayak denger suara adek gue. Tapi mana yak?"
Kesabaran Riana sudah mulai habis, ia mengepal ngepal tangannya jika saja mereka bukan manusia, sudah dipastikan Riana akan memakannya dengan lahap.
Namun Riana masih manusia yang punya hati, dia hanya menahan emosinya agar tidak membeludak, setelah itu ia meninggalkan kantin serta meninggalkan Amanda.
Riana memasuki kelas dengan mengumpat mengabsen nama-nama hewan. Riana duduk di bangkunya lalu mengelus-elus dadanya 'Sabar Riana sabar' batin Riana
"Lo kenapa? Kayak orang abis mergokin pacar selingkuh. Terus Amanda mana?" tanya Rara yang sudah pasti kepalanya sudah dipenuhi dengan tanda tanya.
"Noh, pacaran di kantin" kata Riana sambil membereskan buku yang tadi pagi sempat ia baca, lalu menggendong tasnya
"Lah, terus lo mau kemana?"
"Pulang" Riana berlalu begitu saja
"Wait Riana wait" Riana lu berhenti
"Lo ga mah nonton seleksi nanti? Ga mau nonton kakak lo sendiri gitu? Terus lo mau pulang sama siapa? Jalan kaki? Rumah lo pasti ga deket. Mau naik angkot? Panas Na, pasti dusel-dusel an nanti. Lebih baik kan nunggu kakak lo" Riana memutar bola matanya malas
"Bodo Amat. Gue ga mau nonton basket. Intinya gue mau pu.lang. ntah mau jalan kaki, naik angkot itu urusan gue ga perlu ribet okay? Mood gue udah terlalu buruk untuk berada di sekolah. Gue mau pulang. Bye" Rara hanya melongo menatap kepergian Riana.
Riana pulang naik Taxi, karena tidak ada pilihan lain. Sepanjang perjalan Riana masih saja mengumpat
Riana memasuki rumahnya lalu menaiki anak tangga. Baru 4 anak tangga yang ia naikin
"Udang pulang? Kakak di mana? Ga pulang bareng kakak? Kenapa?" deretan pertanyaan keluar dari mulut Shita -mama Riana-
"Ya Allah, ampuni dosa-dosa Riana Ya Allah, cukup di sekolah aja mood Riana buruk di rumah jangan"
"Ana, mama bertanya sama kamu"
"Mama, Mama Shinta yang baik dan gemar memasak kakak Riana di telan bumi"
"Kamu nih semakin hari, semakin ga sehat aja" ledek Shinta lalu pergi ke dapur, Riana merasa kesal di sekolah dan sekarang mamanya membuatnya kesal pula, untung saja Riana punya hati.
Riana memasuki kamar bercat hitam putih itu, Riana merebahkan badannya dan menatap langit-langit persekian detik Riana terlelap menuju ke dunia indahnya (dunia mimpi)
***
Welcome back to 'DERA' story
Jangan lupa vote & comment para manusia-manusia ciptaan tuhan dan yang menghirup oksigen.
Maafkan author jika ada typo bertebaran
~sekian TERImakASIH~
KAMU SEDANG MEMBACA
DERA
Teen Fiction'Apakah diriku salah jika aku telah memiliki rasa padamu? Walaupun pertemuan kita dapat dihitung oleh jari' •Riana Faulina Agatha• 'Jangan pernah merasa dirimu rendah hanya karena cinta yang kau harapkan belum terwujud' •Devan Wahyu Ramanysah• ~ "...