Part 7 | Fansnya Delvin

39 5 0
                                    

Pagi yang sangat cerah. Hal itu membuat Fara mengeluh, karena hari ini ada pelajaran olahraga. Pelajaran yang paling tidak disukainya. Padahal saat hari selasa dipagi hari, Fara selalu berdoa agar hujan turun dihari itu juga. Fara tidak menyukai olahraga karena ia pasti harus mengeluarkan tenaganya disaat itu. Fara itu orang yang mageran.

Seluruh siswa-siswi kelas 10 IPA 4 sudah beres dengan baju olahraganya masing-masing. Mereka segera menuju lapangan. Namun, belum ada pak anjo --guru olahraga mereka-- disana. Farhan selaku ketua kelas pergi kekantor guru untuk mencari pak anjo. Tidak lama kemudian ia kembali seorang diri dengan tampang bahagia. Fara sudah dapat menebak jawabannya.

"Bapak itu gak masuk woyy" Teriak Farhan heboh yang langsung membuat teman-teman lainnya bersorak gembira. Setelahnya, murid 10 IPA 4 berpencar melakukan aktifitas mereka sesukanya. Ntah itu bermain basket, voli, bola kaki, pergi kekantin untuk makan atau bahkan bergosip ria(?)

"Far, kantin yuk" Ajak Rara dan langsung disetujui oleh Fara. Kebetulan juga Fara lagi lapar karena tidak sempat sarapan tadi pagi.

Mereka berjalan beriringan menuju kantin yang sepi ini, yang hanya diisi oleh siswa-siswi dari kelas mereka saja mengingat sekarang les pertama sedang berlangsung.

"FARA" Teriak seseorang dari belakang saat selangkah lagi mereka telah memasuki kawasan kantin. Fara segera berbalik supaya tahu siapa yang memanggil dia dan ada perlu apa.

"Lo Fara kan?" Tanya orang itu memastikan saat dia telah sampai didepan pintu kantin, dimana Fara dan Rara berada.

"Kalau bukan Fara gue gak bakal respon panggilan lo" Ketus Fara. Fara tidak ketus terhadap cowok saja, namun cewek juga. Hanya cewek yang tidak dikenalnya saja.

"Ya gue kan cuma mau mastiin sih"

"Ada perlu apa lo sama gue?" Fara tidak ingin waktu sarapannya terbuang percuma beberapa menit hanya untuk meladeni orang yang tidak dikenalnya sama sekali.

Orang itu membuka tasnya, mencari sesuatu. Sepertinya cewek ini terlambat, dengan melihat kondisinya yang berkeringat dan masih membawa tas. Setelah mendapat apa yang ia cari, ia berikan itu kepada Fara. Fara mengernyit bingung saat cewek itu memberikannya sebuah paperbag berukuran kecil berwarna pink dengan motif polkadot yang entah apa isinya.

"Apaan ini?" Tanya Fara seakan minta penjelasan

"Tolong kasiin buat Delvin. Jangan sampe lo bawa pulang ataupun lo tinggal di laci. Apalagi sampe lo buka-buka. Awas aja!" Ujar cewek itu

"Eh eh! Apa-apaan lo main suruh suruh aja! Kasih sendiri sana" Rara mulai kesal dengan gelagat cewek satu ini. Dia mengembalikan paperbag yang berada ditangan Fara kembali kesipemilik.

"Kalo Delvin dateng ya gue juga kasih sendiri. Tadi gue liat dia ga ada dilapangan"

"Tuh lo tau Delvin gak dateng. Terus kenapa minta tolong sama Fara?"

"Kan rumah mereka deket"

"Deket-deket. sotoy lo! Dari rumah Fara kerumah Delvin juga butuh waktu 10 menit ya biar lo tau"

"Ya tapi kan bi--

"Lo pikir Fara juga kang gojek? Mending kang ojek gitu dibayar. Lah ini enggak. Pake maksa lagi! Tau diri kek, Fara aja gak kenal sama lo!" Sarkas Rara. Entah mengapa jadi dia yang kesal.

"Udah ini deh! Ribet amat jadi orang. Tinggal kasiin apa susahnya?" Cewek itu memberikan paperbag itu kembali ketangan Fara lalu ia segera menjauh dari mereka.

Kemudian dari kejauhan ia kembali bersuara.

"Eh jangan sembarangan megangnya! Ntar rusak!"

"BACOT!"

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Namun sepertinya Rara dan Fara enggan untuk meninggalkan kelas itu, tempat mereka bergosip ria. Bukan mereka sih lebih tepatnya Rara, dan Fara hanya sebagai pendengar. Itu pun kalau didengar.

Tiba-tiba ada segerombolan siswi memasuki kelas mereka. Entah dari kelas mana mereka tidak tahu. Wajahnya begitu asing bagi Fara dan juga Rara.

Mereka mendekati tempat dimana Fara dan Rara berada. "Titip dong buat Delvin." Ujar salah satu diantara mereka sembari memberikan sebuah kotak berukuran kecil yang dihiasi dengan pita berwarna biru diatas tutup kotak itu.

"Letak aja dilaci dia kek, apa susahnya? Harus banget ya nitip ke gue?" Entah sejak kapan Fara jadi seperti ini. Yang jelas dia dulu tidak seperti ini. Ia selalu ramah kepada siapa saja. Baik itu orang yang ia kenal ataupun tidak.

"Ntar kalo ilang gimana?" Tanya cewek itu

"Urusan gue?" Ketus Fara

"Kalo gak mau ilang ya kasih besok kek, atau kapan kek. jumpain orangnya langsung. Ribet amat jadi cewek" Rara ikut campur.

"Dimintain tolong susah banget kayaknya"

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?" Fara semakin ketus

"Kalau gitu minta nomornya Delvin dong"

"Minta sama orangnya langsung sana. Privasi" Ujar Fara yang membuat cewek itu makin kesal oleh sosok Fara.

"Udah sana sana pergi. Ganggu aja" Usir Rara dengan sedikit mendorong tubuh cewek yang ingin memberikan hadiah kepada Delvin.

Akhirnya segerombolan cewek itu pergi dari kelas mereka dengan kesal dan menghentakkan kakinya sekali sebelum ia benar-benar pergi dari sana.

Hal seperti ini sering terjadi pada Fara saat mereka masih disekolahnya yang dulu. Dan ternyata, saat disekolah barunya ia juga mengalami hal yang sama. Jadi penitipan hadiah. Awalnya Fara selalu menerima itu, dan ia kasihkan kepada Delvin seperti apa yang mereka minta. Namun lama kelamaan makin banyak yang begitu, membuat Fara jengah. Dan baru sekarang lah Fara menolak itu. Ia sudah capek dengan tingkah mereka. Nyuruh tapi maksa. Kalau barang itu tidak sampai ketangan Delvin secepat mungkin, pasti Fara lah yang disalahkan dan marah-marah dengan Fara di esoknya. Dasar bucin. Tidak sedikit juga mereka yang suka kepada Delvin itu benci terhadap Fara karena Fara yang selalu didekat Delvin bahkan mungkin prioritas nya(?). Tapi untungnya Rara tidak begitu. Ia tidak seperti cewek cewek alay itu. Paling ia hanya terus terang kepada orangnya tentang apa yang ada dihatinya. Dan Fara selalu berharap, semoga Delvin mau membuka hatinya untuk Rara.




Voment nya juseyo :)

Philophobia [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang