00.02
╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸
Suara deru kendaraan dan suara klakson saling menyahuti dimalam yang terang menunjukkan indahnya bulan dan bintang yang bersinar.
Disebuah mobil terdapat sebuah keluarga yang tampak terlihat harmonis, disetiap kata diselingi dengan iringan tawa yang merdu dan gombalan-gombalan kecil yang tersemat, rasanya itu sangat seru.
Sedari tadi seorang gadis yang duduk disudut belakang hanya tersenyum samar melihat keharmonisan keluarganya, ahhh maaf mungkin ralat sedikit, maksudnya mendengarkan dan merasakan sensasinya.
Sesekali gadis itu meremas-remas jari jemarinya, merasakan hawa dingin yang mencekam dari sebuah Ac mobil. Ia sangat tak suka dengan Ac yang ada dimobil, tapi mau bagaimana lagi? Dri pada mengatakan untuk mematikan Ac mobil, ia lebih memilih bungkam dan menahan hawa dingin yang menembus kulit yang tertutup gamisnya.
Tak selang beberapa waktu pula, ia merasakan mobil yang dinaikinya berhenti bergerak dan ia juga merasakan sedikit bunyi grasak grusuk yang ditimbulkan. Ia sedikit terjenggit kala merasa tangannya ditarik paksa untuk keluar dari dalam mobil.
"Lo diam aja disamping gue dan tetap pegang tangan gue, tapi kalo lo mau hilang sih juga ga papa lepas aja." mendengar penuturan kata hilang, gadis bergamis itu lantas menggelengkan kepalanya sedikit keras sehingga membuat hijab yang dikenakannya juga ikut bergerak kekiri dan kanan.
Gadis itu tetap diam kala ia ditarik dengan sedikit paksaan yang membuat dirinya kesusahan mengimbangi tarikan itu.
..................
"Halo selamat malam Bapak Adit." terdengar suara bas ayahnya kala tarikan paksaan itu menjadi tuntunan yang lembut.
"Selamat malam, Bima. Mari silahkan duduk."
Tak lama pula, ia merasakan pundaknya dipegang dan dituntun dengan lembut untuk duduk dikursi yang sudah disediakan disana.
Disana? Ahh bahkan gadis itu tak tau sekarang ia sedang dimana. Sebuah ruangan yang terasa sunyi dan tenang, serta didepannya tercium aroma makanan yang sangat memanjakan penciuman.
Gadis itu menunduk kala dirinya terabaikan, hatinya juga sebenarnya merasakan sedikit sakit disaat orang tuanya memperkenalkan dirinya dengan nada yang em entahlah. Camkan! Hatinya hanya merasakan sedikit sakit, bukan sangat sakit.
"Oh iya Dit, sedari tadi saya tidak melihat putramu."
"Putra saya mungkin sebentar lagi datang, tadi saya telpon ia bilang kalau jalanan sangat macet karena ada kecelakaan yang membuat jalanan jadi padat."
Obrolan-obrolan lainnya terus berlanjut dan gadis yang sedari tadi diam menunduk itu kini mengangkat kepalanya sedikit mendongak kala medengar suara seseorang yang membuat meja yang awalnya bising jadi hening.
"Hei boy, kau telah datang rupanya,"
"Hmm sorry telat." tutur laki-laki yang sedari tadi memang telah ditunggu kedatangannya. Semua yang ada dimeja tersenyum ramah ke arah laki-laki.
"Boy kenalin, ini Om Bima sahabat ayah yang sering ayah ceritakan, disebelahnya itu istrinya dan mereka bertiga adalah anak-anak om Bima. Gih kenalan." ucapnya memperkenalkan keluarga Bima satu persatu.
Sebuah tangan terulur dihadapan laki-laki yang sedari tadi hanya menyimak. Diliriknya sekilas tangan gadis itu, ia enggan untuk berjabat tangan. Tapi sebuah tarikan paksaan membuatnya mau tak mau menjabat tangan itu.
"Adena, panggil aja Dena." dengan pandangan kagum gadis itu memperkenalkan diri dengan senyum manis yang tak luntur barang sedikit pun.
"Rizhan." balas laki-laki datar yang langsung melepas jabatan tangannya, ia melirik kearah gadis yang sedari tadi diam tak bersuara.
Gadis itu hanya menunduk dan menunduk, hingga rasa penasaran menghampiri. Ia mengulurkan tangannya kehadapan sang gadis bukannya menjabat balik, sang gadis mengatupkan kedua tangannya didepan dada setelah mendapat bisikan dari sang mama.
"Drea."
Rizhan yang mendengar suara merdu itu terkesiap dan langsung menarik kembali uluran tangannya dan sedikit berdehem untuk menetralkan keadaan.
Suasana dimeja semakin berjalannya waktu semakin heboh dengan gurauan gurauan yang terlontar. Kini tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tetapi kedua belah pihak keluarga masih asik dengan obrolan mereka.
Drea yang sedari tadi hanya diam kini telah merasakan bosan yang sangat teramat. Ia yang sedari tadi hanya memilin jari-jarinya terkesiap kala mendengar pembicaraan yang sepertinya sudah mulai serius.
"Bagaimana mengenai pembicaraan kita tempo lalu Bim? Saya rasa sekarang waktu yang tepat untuk membahasnya."
"Saya rasa juga begitu, jadi semuanya saya serahkan sama kamu."
"Baiklah mari kita bahas. Jadi, tempo lalu kami baru saja bertemu kembali setelah sekian lama, disitu kami sedikit berbincang mengenai kabar masing-masing. Dan disitu juga kami kembali membahas tentang perjodohan yang pernah kami bahas dahulu. Jadi tujuan kita kumpul malam ini untuk membahas masalah itu kembali." jedah sejenak sembari menarik napas, ia kembali melanjutkan ucapanya dengan raut muka serius.
"Dikarenakan Bima memiliki dua putri, jadi saya serahkan semuanya kepada Rizhan untuk memilih diantara keduanya."
Rizhan yang sedari tadi diam mendengarkan mengangkat sebelah alisnya. "Maksud ayah apaan? Gak usah aneh-aneh deh yah!"
"Hei ayah cuma mau yang terbaik buat kamu sayang."
"Ini bukan yang terbaik bun." bantahnya sedikit meninggikan suaranya kearah sang Bunda.
"Rizhan! Ayah tidak minta penolakan kamu, ayah cuma minta kamu pilih diantara kedua putri om Bima untuk jadi pasangan kamu."
"Yah!! Oke, Rizhan pilih Drea."
I know, tambah gajee
KAMU SEDANG MEMBACA
Hydrangea
Teen FictionHydrangea, gadis manis nan malang yang kerap disapa Drea. Ia bukanlah gadis beruntung, Hydrangea seorang gadis tunanetra yang harus merelakan kehidupannya demi tak ingin lagi merepotkan sang keluarga, Drea sempat berpikir bahwa kehidupannya akan sel...