00.03╌╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌╌╸
Kicauan burung tampak terdengar merdu ditelinga, udara dingin menghunus kulit dikala pagi hari yang sedikit mendung ulah turunnya hujan dikala subuh hari.
Seorang gadis tampak menikmati udara di pagi hari, seraya sedikit bersenandung ria. Lirihan merdu dengan sekejap tertahan kala mengingat kejadian beberapa minggu lalu.
Flashback on
"Yah!! Oke, Rizhan pilih Drea."
Gadis yang sedari tadi menunduk dengan seketika mengangkat kepalanya. "M-maksudnya?"
"Saya pilih kamu."
"Tapi kenapa harus Drea? kan ada kak Dena." tuturnya yang sudah beranjak dari kursi yang sedari tadi didudukinya.
"I-iya, kan ada aku." Dena yang sedari tadi mengepalkan tangannya langsung melunak kala Drea menyebutkan namanya. Ia tak tau jika yang akan dijodohkan dengan mereka mempunyai paras yang menawan, jika sedari awal ia tau maka ia tak akan membiarkan Drea untuk ikut dengan mereka.
"Ayah saya menyuru saya untuk memilih, dan saya pilih kamu." tutur Rizhan tanpa menoleh sedikitpun kearah Dena yang sedari tadi berusaha menarik perhatiannya.
"Tapi kenapa harus aku?"
"Sudah sudah. Drea kamu kembali lah duduk, tidak usah banyak protes lagi karna ini sudah menjadi kesepakatan antara papa dengan om Adit."
Dena yang tak terima sedari tadi menggertakkan giginya kesal. "Pah,"
"Dena, diam!"
Kesunyian menyergap diruangan tersebut, Drea yang sedari tadi masih tidak menerima keputusan yang telah diambil hanya bisa diam dan meremas gamisnya kuat.
Gadis itu menunduk sebelum akhirnya mengangkat kepalanya menghadap kedepan dan mulai angkat bicara dikesunyian yang mencekam.
"Apa alasan kak Rizhan pilih Drea?"
Suasanan yang sebelumnya hening kian hening mendengar penuturan dari Drea. Bukan hanya itu, mereka disana juga penasaran dengan alasan Rizhan memilih Drea, bukannya disana ada Adena yang lebih menarik dari pada seorang Drea.
"Tidak ada alasan apapun saya memilih kamu."
Kening Drea mengerut mendengar jawaban yang diberikan Rizhan. Jawaban seperti apa itu?
"Kalo kakak tidak memiliki alasan apapun, kenapa harus pilih Drea? Drea bukanlah gadis yang sempurna seperti halnya gadis lainnya. Jelas kakak tau kalo Drea buta! Drea gak bisa liat apapun, Drea juga gak bisa lakuin aktivitas sesuka Drea, kenapa kakak tidak pilih kak Dena yang sudah jelas lebih baik dari Drea?"
Kedua alis pria itu terangkat mendengar penuturan gadis didepannya, ia tersenyum kecil sebelum akhirnya angkat bicara. "Yah, lakuin pernikahannya satu bulan lagi. Rizhan pamit, masih banyak urusan yang harus Rizhan selesaikan. Saya permisi om, tan. Assalamu'alaikum" pria itu bangun dari duduknya dan ia langsung keluae dari ruangan privat itu.
Semua yang ada disana hanya terdiam mendengar keributan kecil barusan. Tak terkecuali Drea, gadis itu menutup rapat mulutnya.
Bukan ini yang Drea mau, bukan, bahkan sangat bukan! Tapi sekarang apa yang harus dia lakukan? Angkat bicarapun percuma. Ia hanya bisa menghela napas pasrah kala mendengar kedua keluarga yang sudah kembali membahas masalah ini.
Flashback off
Mata gadis itu terpejam seraya menghembuskan nafas berat. Ia terkekeh kecil, bisa-bisanya seorang Hydrangea menjadi sebuah pilihan bagi seorang laki-laki yang dikenalkan oleh keluarganya. Rizhan, lelaki tampan yang memiliki tubuh atletis yang sangat digemari oleh ciwi-ciwi dikalangannya.
Drea bukan tak ingin menerima perjodohan konyol yang direncanakan oleh papanya, hanya saja ini terlalu cepat bagi Drea. Drea yang selama tiga tahun ini jarang keluar rumah, jarang berkomunikasi dengan orang-orang sekitar terutama kepada lawan jenis sangat tak mudah untuk menerima seseorang dikehidupannya, tapi bukan tanpa alasan ia menerima perjodohan ini, mungkin dengan pilihannya untuk menerima perjodohan yang diatur papanya maka akan membuat keluarganya tak terbebani lagi dengan merawat ia yang buta.Hari ini adalah hari dimana ia harus fitting baju, hahh rasanya sangat berat untuk meninggalkan ruangan yang sangat aman dan tentram dihidupnya. Diraihnya tongkat yang tadi diletakkan disamping tubuhnya, berjalan mundur dan berbalik kearah pintu penghubung ke balkon.
Diatas kasur sudah terdapat sebuah gamis yang akan ia pakai untuk pergi dijam 10 nanti, berhubung jam masih menunjukkan pukul 8 pagi ia hanya sibuk diam diatas kasur kesayangannya. Sangat bosan memang, tapi hanya itulah yang bisa ia lakukan. Bermain handpone? Ahh tentu saja ia tak bisa, menulis dibukupun ia sangat susah.
Tak ada pilihan lagi, ia membaringkan tubuhnya miring kekanan lantas langsung memejamkan mata cantiknya.
Tbc
Tandai jika ada typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Hydrangea
Teen FictionHydrangea, gadis manis nan malang yang kerap disapa Drea. Ia bukanlah gadis beruntung, Hydrangea seorang gadis tunanetra yang harus merelakan kehidupannya demi tak ingin lagi merepotkan sang keluarga, Drea sempat berpikir bahwa kehidupannya akan sel...