Chapter 4

19.8K 479 0
                                    

🎶Attention - Charlie Puth

•••

Suara detak jarum jam memenuhi ruangan sunyi dan senyap itu. Gemerisik dedaunan terhembus angin mengetuk jendela kaca. Beberapa pakaian tersusun diatas tempat tidur.

Gadis itu memasukkan pakaian-pakaian yang dibutuhkannya yang ada diatas tempat tidur ke dalam koper besar yang telah disediakan oleh lelaki bernetra cokelat elang.

Ponsel RoseGold yang tergeletak di atas kasur bergetar. Ia mengambil benda persegi itu. Menggeser layar ponselnya ke ikon hijau dan menempelkan ke telinganya.

"Sepertinya memang aku harus menyediakan stok sabar untuk menanti kedatanganmu ya, Devlin."

Devlin mendengus. Ia menjepit ponselnya disela telinga dan pundak, tangannya dengan sigap memasukkan barang-barang yang diperlukan. Setelah menarik zipper dan meletakkannya ke posisi yang benar, Devlin duduk disisi ranjang. Kakinya selonjoran pada kursi kecil.

"Mike, jika kau rindu padaku, setidaknya ketika aku mengangkat telepon ini, kau mengucapkan selamat sore. Mungkin aku akan sedikit senang."

Dipastikan diseberang sana, Mike memutar bola matanya. "Jika terus begini, mungkin aku akan cepat menua karena berhadapan dengan bos kecil si Devlin Hellary."

"Umurmu 29 tahun, dan kau memang sudah tua Mike. Sadarlah sedikit."

"Oh hell no! Tidak bisakah kau berbicara sedikit lembut saja Devlin?! Kau mengejekku, bukankah itu sama saja mengejek anjing penjagamu, Devlin? Siapa namanya? Justin eh?"

"Shut up, jerk! Dia hanya beda satu tahun lebih muda darimu, jadi dia tidak tua sepertimu, Mike!" Devlin mengernyit jengkel. "Dan, satu hal lagi, dia bodyguard-ku, bukan anjing penjagaku."

"Hah! Untuk seri denganmu saja aku tidak bisa. Yasudah, kalau begitu. Intinya aku masih merasa muda. Secepatnya kau harus berangkat ke Nevada, Dev! Kami semua sudah berkumpul disini."

"Ya, ya, ya. Terserah kau Mike! Aku mau packing dulu. Tunggu saja kedatanganku."

Gadis berambut cokelat itu mematikan telepon secara sepihak. Ia melempar ponselnya keatas ranjang sedangkan dirinya segera menarik koper besar berwarna hitam.

"Nona. ." Justin masuk ke kamarnya dan menjaga jarak seperti biasa ia bersikap profesional. "Ayo kita berangkat. Pesawat sudah menunggu di halaman rumah Tuan Mark."

Devlin hanya mengangguk karena kini ia sedang mengucir rambutnya ala ponytail. Setelah memastikan rambutnya rapi, ia menatap pantulan diri di cermin fullbody dihadapannya.

Hotpants berwarna hitam dengan bagian bawah yang sengaja dirobek, bralette dengan tali spagetti yang ditutupi dengan jaket jeans berwarna navy, serta heels hitam setinggi 7 cm.

Devlin memang selalu cantik dan keren memakai apapun. Itu sebabnya Justin tak bisa berpindah hati kemanapun. Hatinya selalu tertuju kepada nona kecilnya, sampai maut menjemputnya.

Kemudian gadis itu memutar tubuhnya dan menatap Justin yang sudah menatapnya dengan senyuman.

"Apa aku terlihat aneh?" tanyanya sambil memutar tubuh.

"Bagaimana mungkin Nona merasa aneh jika Nona sendiri tampak begitu cantik."

Semburat merah muncul dikedua pipi Devlin. Gadis itu menunduk dan terkekeh lalu mendongak kembali. "Ah, aku malu dibilang cantik seperti itu, Justin. Tapi, terima kasih."

"Tidak perlu berterima kasih, Nona. Karena Anda memang cantik dari lahir." papar lelaki berambut hitam itu sambil berjalan menarik koper milik Devlin. "Ayo, Nona."

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang