1

706 115 14
                                    

"(Name) kau yakin dengan keputusanmu?"

Gadis itu menunduk dan tersenyum lembut pada ayahnya yang menatap khawatir.

"Jujur saja kejadian itu membuat ayah takut kau akan diperlakukan sama seperti itu lagi saat di sekolah nanti."

(Name) menggerakkan tangannya. Mengisyaratkan bahwa dia baik-baik saja. Di sudah siap untuk pergi.

Ayahnya tersenyum dan menepuk kepala putri tunggalnya.

"Baiklah, ayah akan mengantarmu."

***

Suasana kelas sangat ramai. Membuat Hanamiya sedikit mendecih karena bacaannya terganggu.

Tapi dia terlalu malas untuk menghentikan kegaduhan itu. Bukan urusannya. Lagipula, kenapa guru yang mengajar hari ini belum datang juga.

Sudahlah. Hanamiya menutup bukunya dan menatap keluar jendela. Dia menguap lebar. Tidak peduli dengan guru yang sudah memasuki ruangan.

Terlalu malas untuk menanggapi. Lagipula siapa yang berani menegurnya. Tanpa memperhatikan kelas pun dia bisa mendapat nilai tertinggi di angkatannya.

Jenius.

"Nah minna-san. Kita kedatangan murid baru. Nozawa (Name)-san."

"Heh? Nozawa yang itu? Penyanyi dan Aktor tampan yang terkenal itu kan?."

Hanamiya masih tidak peduli dengan bisik-bisik dari beberapa murid di kelasnya. Dan murid baru. Bukan urusannya.

"Dia sedikit berbeda. Tapi sensei harap kalian bisa berteman baik dengannya."

"Ah hontou da~ aku sering melihatnya di televisi. Kalau tidak salah putrinya itu walaupun cantik. Dia--"

"Nah (Name)-san duduklah di sebelah Hanamiya-san."

"Kehilangan suaranya setelah kecelakaan hari itu kan. Dia bisu."

Hanamiya menoleh. Menatap gadis yang baru saja duduk disebelahnya.

'Nozawa, Nozawa, Nozawa--'

Hanamiya sedikit melebarkan matanya saat memastikan si murid baru bukanlah orang itu.

(Name) tersenyum pada Hanamiya. Dan senyum itu masih sama. Dia masih sama seperti hari itu terlihat lemah. Dan terlalu memuakkan untuk di pandangi terus menerus.

Hanamiya membenci wajah itu. Tapi tetap saja. Dia tak bisa melupakannya.

Hanamiya berdiri dari bangkunya. Dia butuh udara segar. Terlalu malas untuk berada di kelas. Dan ikut belajar yang bahkan semua pelajaran yang sudah dia mengerti. Dia sudah mempelajarinya semuanya. Sendiri.

"Ha-hanamiya-san? Pelajaran akan segera dimulai loh."

Hanamiya tak menanggapi. Dia berjalan santai keluar kelas.

***

Walaupun keadaannya berbeda dari saat dia masih di sekolah dasar dulu-- dia selalu mendapat bullying karena kekurangannya--

Walaupun (Name) sudah mendapat beberapa teman. Masih saja ada beberapa orang jahil yang suka memandang rendah dirinya.

Dan mengatakan banyak hal buruk untuknya. Karena dia anak seseorang yang terkenal dan kekurangannya.

Bagi penggemar fanatik ayahnya. (Name) itu dianggap sebagai perusak suasana.

"Heee~ bukankah kau selama ini home schooling? Seharusnya kau tidak pernah menunjukkan wajahmu disini. Sekolah ini tidak pantas untuk orang cacat sepertimu. Kau seharusnya tetap berada pada tempat yang berbeda dengan kami."

"Menjijikkan. Seharusnya kau tetap di dalam rumah besarmu saja sana."

(Name) hanya menundukkan kepalanya. Dia tak bisa menyangkal mereka. Karena mereka memang benar. Tapi dia harus kuat. Dia sudah menguatkan tekad untuk masuk sekolah umum tahun ini.

Dan dia akan memulainya. Biar bagaimanapun yang terjadi.

"Haaah~ wajah menyebalkan itu lagi. Menjijikkan sekali."

Hanamiya geram melihat (Name) yang masih diam dan menunduk tanpa berniat membalas ucapan kasar pada gadis-gadis bodoh itu.

Tanpa sadar dia berjalan mendekat pada gadis itu. Merangkul bahunya erat. Dengan senyum menawan tapi terlihat memyebalkan.

"Ah kau benar nona. Dia memang menjijikkan. Lemah. Dan memuakkan. Aku ingin sekali menghancurkan ekspresi menjijikkan ini."

(Name) menggigit bibirnya kuat. Dia ingin menjawab tapi bagaimana. Tidak akan ada yang mendengarnya. Dan rangkulan dari Hanamiya semakin mengerat. Membuatnya takut.

"Tapi nona~ dia ini milikku. Hanya aku yang boleh mengganggunya. Hanya aku yang boleh menghancurkannya. Hanya aku yang boleh menyentuhnya."

Gadis-gadis itu berkeringat dingin. Takut dengan tatapan intimidasi dari Hanamiya. Dan ditambah lagi sekarang mereka menjadi pusat perhatian.

"Hanya aku yang boleh melakukan ini--"

Semua yang melihat mereka menganga. Melihat apa yang dilakukan Hanamiya. Mereka berada di koridor di jam istirahat. Wajah bila menjadi pusat perhatian.

'Hanamiya mencium si murid baru'

Akan menjadi bahasan tiap orang di sekolah ini mulai hari ini. Sampai mereka bosan.

🍬🍬🍬

Silent (Hanamiya x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang