Sabitha memeluk Mamanya yang tengah menyiapkan makanan untuk sarapan dengan sangat manja.
"Ta, udah dong, Mama susah gerak nih!"
"Biarin, aku pengen peluk Mama terus."
"Iya boleh, sekarang sarapan dulu yuk!"
Sabitha mengangguk, kemudian melepaskan rangkulannya pada Nia. Keduanya duduk menikmati sarapan yang dibuatkan Nia.
Belum lama Sabitha menikmati makanan nya, nafsu makan nya mendadak turun saat melihat kehadiran Kiano -Papa Sabitha- dihadapan mereka.
"Mas, ayo sarapan bareng, aku masakin telur mata sapi kesukaan-"
"Saya capek."
"Kamu bahkan baru pulang loh? pasti laper kan? kita-"
"SAYA BILANG SAYA CAPEK NGERTI NGGAK? DAN SATU LAGI, NAFSU MAKAN SAYA HILANG SAAT ADA DIA DISINI." Jawab Kian dengan membentak.
"Mas kian!" bentak Nia.
"Apa?" Sahut Kiano tak kalah membentak.
"Ma, udah, masih pagi ngga enak sama tetangga." lerai Sabitha sembari meraih lengan Nia untuk kembali duduk.
"Don't seek attention, I won't care." Ucap Kiano sebelum beranjak pergi.
Nia menatap tajam Kiano sekilas kemudian beralih pada putrinya yang menatap sendu punggung yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Ta.."
"I'm okay, ayo kita lanjut sarapan ma!" ajak Sabitha, sembari kembali menyuapkan nasi dengan telur kedalam mulutnya.
Sabitha berusaha mengulaskan senyum meskipun hatinya terasa sakit. Makanan yang Ia makan pun terasa hambar seketika, entahlah rasanya ia ingin memuntahkan semua makanan yang masuk kedalam perutnya namun Ia tak ingin membuat Mama nya kecewa karena tak menghargai masakan nya.
Nia merengkuh putri semata wayangnya itu, "Gapapa ta, kalo kamu ngga mau makan lagi, jangan dipaksain ya?"
Air mata Nia meluruh, Sabitha bisa merasakan tetesan air di pundaknya. Sabitha membalas pelukan Mama nya tak kalah erat.
Tak mengapa jika Kiano membenci nya atau bahkan memukulinya sekalipun asal jangan di depan ibunya, karena Sabitha tidak ingin melihat wanita kesayangannya itu menangis terluka dan menyalahkan diri karena telah membawa Sabitha ke dunia ini.
***
Gara menghentikan langkahnya begitu membuka pintu rooftop dan melihat keberadaan Sabitha yang tengah menyesap rokok miliknya. Ia kembali menutup pintu tersebut membuat teman-teman nya menatap aneh kearah gara.
"Kunaon ai gara?" tanya Fino.
"Heeh kunaon gar?" timpal Agung.
Gara menggelengkan kepalanya, "Rooftop nya kotor, mending ke kantin aja yuk!"
"Perasaan kemaren ngga ujan, kok kotor?" ucap Reynand.
Gara menggidikkan bahunya, lalu melirik kearah Theo meminta bantuan agar membawa teman-temannya dari sana.
"Ah mungkin banyak debu kan lagi banyak angin gini." Celetuk Theo.
"Ah iya, mungkin banyak debu, ke kantin aja dah gas!" timpal Leo yang paham akan situasi.
"Nah mending ke kantin aja yuk, kantin!" ajak Theo.
"Kalian duluan deh, nanti gue nyusul gue ke toilet bentar."
"Sip, maneh mau titip apa gar?" tanya Farel.
"Ngga usah, gue ngga lama kok."
Farel mengangguk, kemudian mereka beranjak pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE S
Teen Fiction"Buang semua pikiran yang ganggu lo, lo berhak bahagia. Gue ngga tau jelasnya masalah lo, tapi lo terlahir untuk bahagia, gue yakin itu. So, don't be sad anymore." - Sagara Ananta. "Time with you is the most beautiful thing in my life." - Sabitha A...