"Lepas ga! lo mau bawa gue kemana sih? udah bel masuk, lo ngga denger?!"
Sagara menghentikan langkahnya, namun tangannya masih setia menggenggam lengan Sabitha. Ia berbalik menatap Sabitha yang terus menerus berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya.
"Gue denger. Bisa ngga lo diem, berisik."
"Ya tapi lo mau bawa gue kemana? bolos bareng? hahaha ternyata lo beneran gila ya? baru berangkat setelah tiga hari udah berani bolos lagi aja? lo pikir-"
"Ancaman gue yang tadi masih berlaku bit." potong Sagara dengan santai membuat gadis itu diam namun panik tak karuan. Takut kalau Sagara tidak main-main dengan ucapannya.
"Hahahaha.. lucu ya lo kalo lagi panik?" Kata Sagara sambil melepaskan tawanya yang sedari tadi di tahannya.
"Ngga ada yang lucu!"
"Ada,"
Sabitha menaikkan sebelah alisnya.
"Lo."
"Hah?"
"Lo lucu Sabit."
Warna pipi Sabitha yang cukup chubby mulai memerah.
Tangan Sagara yang sebelahnya bergerak mencubit sebelah sisi pipi Sabitha. Tiga hari berlalu, baru mereka bertemu lagi. Rasanya jika ini bukan di lingkungan sekolah Sagara ingin sekali memeluk gadis itu, berkata bahwa ada bagian dalam hatinya yang merindukan Sabitha.
"Sakit anjing! lo demam apa gimana sih?! sikap lo berubah terus dari soft ke serem balik lagi ke soft, mau lo apa?"
Sagara menanggapinya dengan kekehan.
"Love language lo kalo lagi kangen marah marah ya bit?"
"Dih?"
"Maaf."
"Untuk?" Tanya Sabitha sambil mengerutkan keningnya.
Lelaki itu lantas membuka lengan Hoodie yang di kenakan oleh Sabitha.
Panik!
Sabitha, gadis itu dengan segera menahan Sagara, lalu menggeleng.
"Bit, lo inget lagu yang gue nyanyiin waktu di pantai kemarin?"
"Itu emang bukan lagu yang gue bikin khusus buat lo, tapi gue nyanyiin itu tulus buat lo. Lo harus percaya, gue orang yang akan selalu ada di samping lo. Walaupun seisi dunia jahat sama lo."
Seperti sihir, Sabitha melepaskan tangannya yang menahan Sagara, membiarkan lelaki itu membuka lengan Hoodie yang di kenakannya.
Deg!
Sagara diam. Beberapa saat. Mencerna apa yang ia lihat. Luka gores? Sejak kapan? Sabitha.. kenapa?
"Ga, are you okay?" Tanya Sabitha karena melihat Sagara yang hanya diam sambil memandangi lengannya.
Greb!
Sagara tak lagi memperdulikan jika mereka berada di lingkungan sekolahnya. Otaknya hanya berpikir, ia harus memeluk Sabitha saat ini juga. Tak peduli apapun. Yang penting gadis itu ada di dekatnya. Berada dalam jangkauannya. Biarlah Sabitha mendengar suara degupan jantungnya yang saat ini berdebar kencang.
***
Sagara dengan telaten mengobati beberapa luka gores di tangan Sabitha, tak banyak, hanya ada beberapa. Namun, jika hanya dibiarkan saja, mungkin akan menjadi infeksi dan menimbulkan bekas luka.
Entah sudah kali keberapa, Sabitha meminta agar Sagara membiarkannya saja tapi lelaki itu menolak keras. Ia kekeuh untuk mengobati luka itu.
"Selesai." Ucap Sagara, tak lupa dengan senyuman kebanggaannya itu. Ah lucu, matanya hampir habis tak terlihat karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE S
Teen Fiction"Buang semua pikiran yang ganggu lo, lo berhak bahagia. Gue ngga tau jelasnya masalah lo, tapi lo terlahir untuk bahagia, gue yakin itu. So, don't be sad anymore." - Sagara Ananta. "Time with you is the most beautiful thing in my life." - Sabitha A...