Di antara riuh rendah setapak kota beberapa orang menepi menghapus penat di beberapa tempat yang ada dan di sini aku satu di antara mereka, duduk disebuah kedai kopi yang ramai akan suara; orang-orang berbincang, handphone ditangan, dan alunan dentingan gitar mengaum dalam ruang dan ingatan
Di antara itu semua terlihat seorang wanita berkulit putih, berkacamata, rambut sebahu, dan satu yang pasti ia berhasil mencuri tatapanku
Ia duduk sendiri disalah satu meja di pojok kananku, ia seakan sibuk meramu masa dalam pikirannya
Wajahnya menunduk memainkan sendok yang dipegangnya sambil mengaduk kopi yang baru saja tiba sambil melemparkan senyum kepada salah seorang wanita yang menyapanyaTapi tatapannya seakan kosong tak memandang apa-apa, senyumnya menyembunyikan sesuatu entah apa
Betapa kasihan dirinya, dibalik indah wajahnya dan sepasang kejora yang membuat sesiapun pasti akan terpesona tersimpan sesuatu yang membuatnya seperti terlukaIngin ku menyapanya, mengajak berbincang sembari menghapus luka-lukanya agar keindahan itu tak buram oleh luka yang dideritanya
Tapi apa bisa dikata, aku tak mampu hanya bisa duduk diam sembari memandang ciptaan tuhan yang indah itu. Kata-kataku seakan mati dan mulut ini hendak bisu; mengapa aku tak mampu?Siapa gerangan yang membuatmu terluka?; ingin ku berkata kepada ia yang membuatmu terluka "kau telah menyia-nyiakan setitik kecil surga yang ada"
.
.
RTawary
18.03.2019 | Di setiap tapak kaki