Devano Jessen Arthama

215 78 117
                                    

🫧🫧🫧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🫧🫧🫧

Devan pov

Hai, disini gue bakalan cerita tentang gue sama si princess.

Jadi, gue kenal sama Sasha sekitar 4 tahun yang lalu. Itu pun cuma sebatas tau doang karena Abang gue itu besti sama Bang Kian, Abangnya Sasha. Jadinya gue sering diajak ke rumahnya dan kenal tuh sama si Sasha.

First impression dia tuh orangnya judes, cuek, tatapannya nyebelin. Tapi pas udah akrab malah nggak punya malu, random banget.

Menurut gue Sasha itu orangnya random abis. Mood swing-nya naik turun secara drastis, tengil tapi suka marah kalo di jailin. Otak cerdas akhlak minus, modelan polos - polos bangsat.

Fun fact-nya, kalo nggak dijunjung tinggi dengan prestasinya yang bagus, muka dia nggak menjual banget untuk bisa dijadikan salah satu tipe cewek idaman.

Kalo menurut opini paling terdalam dan terjujur gue, dia bisa di loloskan memasuki kategori cewek idaman.

Kenapa? Karena dia memiliki otak yang cerdas, unggul di berbagai bidang, prestasi akademik jangan di ragukan lagi.

Selain itu, wajahnya juga cukup mendukung untuk bisa disebut cantik dan manis, itu sih menurut orang - orang. Kalo menurut gue wajahnya ya biasa aja. Kita berdua itu diibaratkan kayak beauty and the beast. Gue beauty-nya, dia the beast-nya.

Selama gue kenal sama dia, banyak cowok yang berusaha deketin dia. Tapi Sasha tipe cewek batu, nggak mempan kalo cuma makan tampang dan gombalan doang. Dia bisa welcome sama siapapun yang mau datang ke hidupnya, tapi pastinya bakal melalui pemilihan secara selektif dulu.

Awal mula gue bisa seakrab ini sama dia, berawal dari kisah random 4 tahun lalu. Tepatnya waktu itu kita masih kelas 1 Smp. Disaat menuju kenaikan kelas, dengan secara random dan sepihak wali kelas gue dengan tiba - tiba memilih gue sebagai perwakilan kelas mengikuti Olimpiade Mipa antar kelas. Awalnya pastinya gue tolak secara mentah - mentah karena memang nggak ada keunggulan di bidang akademik.

Bayangin, seorang Devan yang tiap hari otaknya isinya cuma main dan futsal harus dihadapkan dengan rumus - rumus dan teori yang hanya di pelajari secara sistem masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Apakah dunia sebercanda ini?

Karena keputusan sudah valid, dan semua teman sekelas menaruh harapan ke gue. Ya mau tidak mau gue merasa terbebani dan memikul tanggung jawab yang besar. Akhirnya gue putusin untuk ikut berpartisipasi, dan itung - itung sebagai pengabdian gue ke kelas yang udah mau bubar itu.

Berawal dari Bang Dewa yang nyaranin gue supaya les privat sama Sasha selama dua minggu dan akhirnya berlanjut dalam waktu yang lama.

Sasha yang awalnya jadi mentor galak dan tegas, dalam waktu kurang dari dua minggu itu bisa berubah jinak gara - gara greentea ice dan martabak manis full cokelat yang selalu gue bawa setiap kesana.

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang