3. GAIRAH

41 2 0
                                    

Hellloooo reader's..
Lanjut yaa 😊

🎐🎐

Di luar hujan dan angin masih mengganas.

Tangan Edwin masih terus membelai, menyalurkan hawa hangat dari tubuhnya. Sekarang kurasakan napas Edwin berhembus ditelingaku, hangat.

Tubuhku yang sempat rileks kembali menegang. Jantungku berdegup semakin tak karuan ketika kurasa bibir Edwin yang dingin menyentuh puncak telingaku. Menjilat pelan dan lembut sambil tangannya membalikkan tubuhku perlahan.
Uhh..

Aku menggeliat sambil membuka mata. Tanpa suara Edwin terus mengecup semua bagian wajahku. Mata, hidung, kening, pipi, semuanya tidak lepas dari sentuhan bibirnya. Sementara itu tangannya pun tak berhenti membelai.
Aku hanya bisa mengerang ketika Edwin menciumku lembut dan pelan. Lama kelamaan ciuman Edwin berubah menjadi panas. Aku pun semakin terlena dengan permainannya. Aku membuka mulutku, membiarkan lidah Edwin menjelajahi rongga mulutku. Napasku mulai tak teratur. Sejenak akal sehat ku muncul.

"Ini tidak boleh. Aku harus menghentikannya. Aku..."

Oohh.. Apalagi ini..

Sambil terus melumat bibirku, tangan Edwin sudah berada di dalam t-shirt yang kupakai. Payudaraku di elus, di pijit, di belai, di remas. Putingku dipilin.
Dengan cekatan Edwin mengeluarkan payudara kiriku keluar dari bra. T-shirt yang longgar mempermudah usahanya. Edwin menunduk, lidahnya mulai menjilat leher, kemudian dada. Aku merasa geli dan nikmat. Tak hanya sampai disitu, lidah Edwin mulai menjelajahi payudaraku, mulai dari pangkal dengan gerakan melingkar. Aku menggelinjang kenikmatan. Tiba-tiba Edwin menggigit pelan putingku.

"Aawwh.. Edwin.. "

Aku mendesah keras. Punggungku sampai terangkat, menekan mulut Edwin yang masih mempermainkan putingku dengan lidahnya. Seakan tak rela Edwin melepasnya. Dapat kurasakan selangkanganku mulai basah.

Tanpa bisa kucegah, tangan Edwin mulai merayap membelai pahaku. Dari lutut kemudian terus naik sampai pangkal paha. Pelan dibukanya pahaku lebar-lebar.

"Tunggu dulu. Stop Edwin. Sayaaang".

Ku tahan tangannya. Aku tersentak. Tanpa sadar tubuhku sudah polos tanpa sehelai benangpun.

"Sstt.. Tenang sayang, tidak apa-apa. Aku tidak akan menyakitimu. Percaya padaku, sayang."

Aku takut meneruskan cumbuan kami. Namun dilain pihak, aku juga tidak berdaya menahan gejolak gairahku yang mulai terpacu. Belum sempat aku berpikir panjang, Edwin kembali mengulum payudaraku dengan cepat. Bergantian kiri dan kanan. Terus mempermainan putingku dengan lidahnya. Sangat nikmat.

Aku hanya bisa pasrah.. Tidak bisa berbuat apa-apa. Justru pahaku semakin terbuka lebar.

Edwin semakin berani. Tangannya mulai menjelajahi bagian pangkal paha.
Membelai bibir V-ku lembut sambil sesekali memasukkan jarinya. Gesekan jari Edwin di V yang sudah benar-benar basah semakin menambah rasa nikmat.

Sekali lagi aku pasrah..
Edwin mencumbuku tanpa jeda. T-shirtku kini dipakai Edwin untuk menyeka V-ku, sekedar mengurangi cairan yang terus meleleh. Dan kemudian dengan cepat membuka pahaku lebih lebar lagi dan langsung menjilat V-ku tanpa ampun.

"Ahhhh.. " aku terpekik.

Edwin terus menjilat bibir V-ku.
Dengan kedua ibu jarinya yang besar, Edwin menyibak V-ku, meniupnya sejenak, kemudian langsung menjilat, menghisap dengan rakus. Sesekali lidahnya menusuk ke lobang kenikmatanku.

Belum pernah kurasakan kenikmatan yang seperti ini.
Mataku sampai membelalak, punggungku sampai melengkung, tanganku meremas keras lengan Edwin yang berotot.

Gerakannya tidak berhenti sampai disitu. Lidahnya terus mengecap, membelai. Jarinya pun tidak tinggal diam. Saat lidahnya mengecap klitorisku, jari tengahnya pun tak henti membelai area lobangku yang masih sempit.

Sampai kurasakan bagian dalamV- ku berkedut. Pinggng bagian belakang kurasa seperti kram. Putingku terasa gatal, klitorisku mulai ngilu.
Edwin yang menyadari itu langsung memposisikan senjatanya di depan V-ku tangannya tak henti membelai klitoris yang semakin mengeras. Aku kaget, ingin menolak, tapi juga mengharap. Aku ingin merasakan lebih lagi. Sesuatu didalam tubuhku mendesak ingin keluar.

Oowww.. Edwin, periiiih..

Hanya itu yang sempat terucap saat milik Edwin menerobos V-ku. Agak kesulitan tapi akhirnya bisa. Air mataku berlinang tanpa bisa kutahan. Sejenak Edwin diam, mungkin untuk membiasakan miliknya di dalam lobang V yang sempit. Perlahan Edwin mulai bergerak di atasku. Gerakannya mendorong sambil sesekali menekan.

Aku mulai terbiasa, mulai menikmati sambil tanpa sadar meminta lebih..

"Edwin.. Terusss. Yaa, seperti itu. Ohhh.. Nikmat sekali, ooh"

Edwin terus mempercepat gerakannya ditingkahi bunyi yang menurutku makin menambah rasa nikmat.

Crek..

Crek..

Crek..

Sampai sesuatu semakin mendesak keluarga, disertai rasa nikmat yang sangat dahsyat.

"Edwiiiiin.."..

Kami berdua pun terkulai lemas..
Edwin memelukku erat, Miliknya masih didalamku. Kami berpelukan tanpa suara, tak perduli dengan keringat yang membanjiri tubuh kami. Perlahan kurasakan milik Edwin mengecil kemudian, keluar dengan sendirinya dari V-ku yang sangat, sangat basah. Basah oleh cairanku dan juga punya Edwin..

Diluar hujan seakan enggan berhenti. Tak perduli dengan diriku yang tak perawan lagi..

🍪🍪🍪🍪🍪🍪🍪🍪🍪🍪

bersambung.. 🎈

Sssttt.. Bintangnya jangan lupa ditekan ya.. TQ 🙏😊

Kembalikan AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang