With Friends 3

2 0 0
                                    

Leyna POV

"Hoamm..capeekk!" Keluh Vellyn saat kami sudah dikamarku setelah pulang dari mall Malleanei. "Iya, umm
Loh? Udah jam 16.00. Aku mandi, ah. Badanku lengket rasanya.." Ucapku lalu mengambil handuk dan memasuki kamar mandi lalu segera mandi. Setelah mandi, Claire dan juga Vellyn pun menyusul untuk mandi. "Aku mau coba coba lagi, ah, bajunya. Ehh, tunggu, ya! Aku mau kebawah bentar. Hehe" ucapku lalu mengambil sebuah plastik putih berisi kotak kue.
"Maa, ini Leyna belikan kue. Bi Rara, ini ada kue buat Bi Rara juga. Bii!!" Panggilku. "Ehh, iya, non?" Tanya Bi Rara. "Mama sama Papa mana? Tanyaku balik. "Tadi tuan dan nyonya ada acara di kota sebelah. Katanya disana selama 3 hari. Bi Rara suruh nyampaiin ke non kalau non Claire sama non Vellyn nginep disini sampai tuan dan nyonya pulang. Katanya tuan dan nyonya sudah menelepon orangtua Vellyn dan Claire, non!" Sahut Bi Rara panjang lebar x alas x tinggi. Hihihi.. "Ooh, oke, Bi! Yaudah, ini kue nya buat Bi Rara, Pak John Bi Reni dan Pak Louis, aja!" Ucapku sambil memberikan plastik kue ke Bi Rara. Bi Rara mengangguk dan menaruh kuenya di meja. "Bi, tolong antarkan cookies dan kopi susu hangat ke kamar, ya!" Pintaku. "Siap, non!" Sahut Bi Rara dan segera pergi ke dapur. Aku pun segera naik ke kamar. "Tadi aku minta Bi Rara antarkan kopi susu hangat sama cookies ke kamar, ya! Oiya, mama sama papa ada acara di luar kota. Katanya udah nelfon ortu kalian. Jadi kalian nginep disini lebih lama." Jelasku seperti yang Bi Rara katakan. Mereka berdua pun mengangguk dan bersorak senang. Aku juga,siihh!

Tok! Tok! Tok!
Aku pun segera membuka pintu kamar. "Ini non, kopi sama cookies nya." Suguh Bi Rara. "Iya, taruh di meja aja." Aku menunjuk meja dan Bi Rara pun masuk dan segera meletak kan kopi dan cookies nys di meja dan segera keluar kamar. Yea, Coffee!!
Slurpp! Euhh! Kraus! Kraus! Nyaam!
"Kopinya enak, tapi masih panas. Gapapa, sih!" Cengir Clarie. Aku hanya menanggapinya dengan anggukan. Setelah mencoba coba semua pakaian yang tadi dibeli, aku menaruhnya di keranjang tempat pakaian yang akan dicuci atau  biasa keluargaku dan aku menyebutnya
Washing Basket. Aku meraih handphone ku diatas kasur dan membuka Wattpad. Kubaca beberapa cerita hingga aku bosan. Akhirnya, kubuka aplikasi Hoogle. Kulihat beberapa foto..apa hayo?! "Baaa! Ley, kamu dari tadi melamun mulu. Ada apa, sih?" Tanya Clarie. "Aaa! Iihh, kamu tuh! Ini lo..aku lagi liat beberapa model rambut pendek di Hoogle. Aku pengen potong rambutku jadi se..pundak lebih dikit. Hehehe" cengirku. "Cocoknya yang mana?" Lanjutku. Vellyn dan Claire tampak berpikir sambil nge scroll foto foto nya dari handphone mereka sendiri. Ya, mereka membuka di handphone mereka masing masing. "Leynaa! Gimana kalau model ini?" Tunjuk Claire. Aku tersenyum senang  :

Aku suka model itu! Ya, besok aku akan ke salon dan memptong rambutku sependek itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku suka model itu! Ya, besok aku akan ke salon dan memptong rambutku sependek itu. Lucu, kok!
Tok! Tok! Tok!
"Ya, bi?" Tanyaku setelah mebuka pintu kamar. "Ini, non. Tadi tuan dan nyonya meninggalkan ini untuk non. Maaf saya lupa. Saya pergi dulu, ya, non!" Ucap Bi Rara sambil menyerahkan amplop coklat lalu pergi lagi kebawah. "Terima kasih, Bi!" Ucapku dan menutup pintu.

Kubuka amplopnya. Sebelum itu kuraba, agak tebal dan persegi panjang tapi tidak lebar lebae banget.
Uang? Ya! Ini uang! Setelah kubuka amplop dan kuhitung jumlahnya ada
RP 1.000.500. Wuoohh! Ada suratnya :

Leyna, uang ini untuk kamu. Terserah mau kamu apakan. Uang itu habis juga tidak apa apa. Kalau memang sudah habis dan kekurangan uang lagi, WA mama atau papa, ya! Nanti mama transfer kan ke rekening kamu. Daahh!
See ya later!

~Mama n Papa~

"J..jadi ini buat aku semua?" Ucapku masih tak percaya. "SERIUSS!!?" jerit Vellyn dan Clarie bersamaan. "Iya. Oke, kalau gitu besok kita Gym! TITIK!" Ucapku sambil memasukkan kembali uangnya ke amplop. Namun kuambil RP 500.000 dan kumasukkan ke dompet. Setelah yang lain kumasukkan ke amplop, kutaruh dilemariku dan kukunci. Kuncinya kuambil dan kukantongkan di saku piyama. Sudah pukul 19.58 saja.

Clarie POV

"Masih jam 7, tapi kok udah ngantuk, ya?" Tanyaku sambil menguap. "Iya, nih. Tidur sekarang aja gapapa." Ucap Leyna dan membuka pintu kamar lalu keluar kamarnya. "Bi, Leyna dan yang lainnya mau tidur sekarang, ya! Kayaknya tadi capek karena habis jalan jalan agak lama. Good Night, Bi!" Ucap Leyna lalu kembali menaiki tangga. Tapi sebelum itu, Leyna minum segelas air putih. "Iya, non. Selamat malam." Sahut Bi Rara. Setelah Leyna memasuki kamar, ia melihat aku dan Vellyn sudah diatas tempat tidur sambil bermain handphone. Leyna pun mengunci pintu kamar, mematikan lampu dan naik ke atas tempat tidurnya lalu tertidur. Aku dan Vellyn juga. Zzzz..

Leyna POV

Sinar matahari pagi menembus kaca jendela kamar Leyna. Ketiga sahabat tak kunjung bangun, bahkan sudah mematikan alarm namun kembali tertidur. Sinar matahari menerpa wajah mereka bagaikan alarm paling ampuh yang bisa membangunkan mereka dalam hitungan detik saja.

Dengan mata silau oleh sinar matahari, ketiga sahabat itu pun terbangun. Seperti biasa, mereka membasuh muka dan bersikat gigi.
"Hoaamm! Yaaa, cuacanya mendung. Kita gajadi nge gym, dong! Yaudah, deh besok aja.." Keluhku saat melihat keluar jendela. Kubuka jendela lebar lebar. Benar saja, awan sudah hitam pekat. Menandakan bahwa hujan akan segera membasahi bumi. Gumpalan awan hitam yang semakin pekat dan menurunkan gerimis kecil serta suara petir yang menggelegar tersebut mempecahkan keheningan pagi ini. Bau tanah basah yang dapat menggodaku pun berhasil dengan caranya. Ya, aku memang menyukai bau tanah basah. Entah kenapa, terasa segar. Pohon yang terdapat tidak jauh didepan jendela pun basah. Tetes demi tetes air turun dari puluhan bahkan ratusan daun. Semakin lama, gerimis yang kecil pun membesar dan semakin deras. Suara petir pun tah kalah kencsngnya dengan suara hujan pagi ini. Sinar matahari dan cuaca cerah yang biasa nya menyambut kami di pagi hari, telah sirna hari ini. Cuaca dingin membungkus kota yang seharusnya bercuaca agak panas. Niatku yang tadi ingin membiarkan jendela terbuka lebar pun sirna. Kututup kembali jendela dengan cepat karna takut air hujan akan membasahi lantai kamar. "Pfft.." Kuhembuskan nafas kencang. Malas rasanya..
Blarr! Blarr! Dresss!
Suara petir yang menyambar nyambar bumi dengan kencangnya. Semua tanaman yang awalnya berdiri tegak pun memiringkan tubuhnya mengikuti arus angin yang kuat.

"Uuh, dingiinn.." Keluh Vellyn. "Iya. Sebentar, aku minta Bi Rara buatkan teh, ya!" Ucapku lalu keluar kamar dan menuju ke kamar dengan masih menggunakan piyama biru mudaku.
"Bi, bisa tolong buatkan teh hangat? Cuaca sangat dingin membuat kami kedinginan dan malas mandi." Ucap ku sambil tersenyum. "Boleh, non. Mandinya nanti saja kalau hujan reda. Nanti sakit, lho!" Bi Rara balas tersenyum. Akhirnya aku kembali ke kamar. Menuju toilet dan mematikan AC. 5 menit kemudian, Bi Rara datang dengan nampan berisi 3 cangkir teh hangat. Uap teh mengambang naik dan seketika menghilang tanpa meninggalkan jejak. Aroma khas dari teh memberikan keharuman lembut.

Bersambung...

Makasih udah baca ceritanya. Semoga kalian suka sama ceritanya. Vote ceritanya, ya! Jangan cuma baca doang, loh! Thanks and
Happy Reading! Byee! 😊

Fat or Thin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang