ILY [End]

283 33 15
                                    

Bacanya sambil dengerin musik okeh? Karna jujur, menurut aku lagu itu cocok banget buat cerita aku, apalagi di chapter ini. Mungkin dengan dengerin musik itu, kalian jadi bisa lebih menghayati ceritaku :v

Okay, Happy reading readers

________________________________________________________________________________

18.30

Sudah tak ada waktu lagi, Ghisya bergegas menuju bandara dengan taksi.

Rasa yang selama ini ia pendam. Ternyata tak selamanya bisa disembunyikan. Air matanya mengalir deras. Ia terus berlari mengejar waktu demi seorang lelaki yang dicintainya selama ini.

_

19.00

Ghisya baru sampai bandara. Ia masih berharap Arland belum berangkat. Ia mencari Arland ke seluruh penjuru bandara. Tetapi sayang, ia tak menemukan Arland. Itu berarti Arland sudah berangkat ke London.

Akhirnya Ghisya memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia menyesal karena telah meninggalkan Arland. Ia merasa bersalah.

Dengan wajah kusamnya ia berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat. Tiba-tiba datang seorang lelaki dengan motor besar mendekati dirinya.

Lelaki itu berhenti tepat di depan Ghisya. Secara perlahan, lelaki itu membuka helmnya. Wajahnya mulai terlihat dan wajah itu terlihat tidak asing. Ya, tentu saja, karena itu adalah Nanda. Ghisya menghela nafas, karena ia kira lelaki itu adalah Arland.

"Cepet naik, gue anterin," ajak Nanda sambil memberikan helm kepada Ghisya

Ghisya pun menerima tawaran Nanda. Di tengah-tengah perjalanan, Ghisya merasa selalu ingin menangis. Tetapi ia fikir, tidak mungkin rasanya jika ia harus menangis di depan Nanda. Ghisya tak mau terlihat lemah di hadapan siapa pun.

"Nangis aja, gue gak liat kok," ucap Nanda.

Dan saat itu juga tangisannya pecah. Ia menutupi mukanya dengan telapak tangan. Ahhh baru kali ini Ghisya menangis di depan seorang lelaki. Dan untuk pertama kalinya juga, ia menangis karena seorang lelaki. Ia menjadi berfikir, betapa bodohnya dirinya itu. Ia terus menyalah-nyalahkan diri sendiri. Tetapi sebenarnya yang ia lakukan itu, tak mengubah apapun. Itu hanya membuat hatinya semakin sakit.

Nanda dan Ghisya pun sampai.

"Makasih ya udah anterin gue dan lupain aja saat gue nangis," ucap Ghisya

"Nangis itu wajar kok Sya, gak ada yang salah dengan menangis. Menangislah jika ingin menangis. Jangan ditahan, itu cuma akan nyiksa diri sendiri," ucap Nanda

Hatinya sangat tersentuh dengan perkataan Nanda tadi. Ia menjadi sadar, bahwa yang dilakukannya selama ini salah.

"Gue pikir semua akan baik-baik aja, tapi ternyata enggak, semuanya jadi semakin runyam dan gue sendiri gak tau harus apa, gue udah kirim pesan ke Arland, tapi kekirim pun enggak," lagi-lagi Ghisya menangis di depan Nanda. Jujur, sebenarnya Nanda juga sedih. Nanda pun memeluk Ghisya untuk menenangkannya. Ghisya sendiri tak menolak perlakuan Nanda, ia membiarkan dirinya dipeluk oleh lelaki itu. Pelukan itu tidak akan terlepas, jika Ghisya belum berhenti menangis.

Seminggu kemudian (Minggu, 19.00)

Ghisya diajak oleh Tania, Nanda, Arka, dan Daniel untuk bertemu bersama di sebuah restoran live music. Ghisya pun menuruti permintaan teman-temannya itu. Ia berharap dengan berkumpul bersama mereka, ia dapat sejenak melupakan Arland.

Sesampainya di restoran, Ghisya disapa oleh Tania, "Ghisya, sini!"
Ghisya tersenyum ketika melihat Tania. Ya, seperti yang kalian ketahui, Tania dan Ghisya sekarang bukanlah musuh lagi, melainkan sahabat. Secepat itu ya, tetapi memang ini kenyataannya.

"Gimana? Udah merasa baikan?" tanya Daniel pada Ghisya. Ghisya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Udah, gak usah dibahas lagi, yang terpenting kita bukan musuh lagi. Dan gue yakin Sya, Arland akan baik-baik aja disana," ucap Tania

Ghisya memang tidak banyak bicara hari ini, ia hanya menanggapi perkataan Tania dengan senyuman dan anggukan.

Seoreoun mameul moti gyeo
(Aku tak bisa mengendalikan kesedihan hatiku)

Jammotdeuldeon eodun bameul ddo gyeon digo
(Lagi, aku bertahan di malam gelap dan tak tidur)

Naejeol manggwan sanggwan eopsi
(Tanpa melihatkan keputus asaanku)

Musimhagedo achim eunnal kkaeune
(Pagi yang mau tak mau untuk membangunkanku)

Sangcheoneun saenggakboda sseurigo
(Luka yang membakarku dari yang diharapkan)

Apeumeun saenggakboda gipeoga
(Sakit hati yang semakin dalam dari yang diharapkan)

Neol wonmanghadeon sumanheun bami naegenjiokgata
(Malam yang tak terhitung untuk membencimu bagaikan neraka untukku)

Tiba-tiba terdengar suara seseorang menyanyi dari panggung. Wanita itu menoleh ke arah datangnya suara. Ternyata itu adalah Arland. Ya, lelaki yang selama ini Ghisya tunggu, akhirnya datang.

Ia sangat bahagia melihat lelaki yang ditunggunya kembali. Secara tak sadar, air matanya sudah membasahi pipinya.

Nae gyeote isseojwo naege meomulleojwo
(Tetap tinggalah disampingku, tetaplah denganku)

Ne soneul jabeun nal nohchi jimarajwo
(jangan lepaskanku yang menggenggam tanganmu)

Ireohke niga hangeoreum meoreojimyeon
(Jika kau pergi selangkah menjauh seperti ini)

Naega hangeoreum deo gamyeon dwe janha
(Aku hanya bisa mengambil selangkah lagi dan itu sudahlah cukup)

Secara perlahan, lelaki itu mendekat ke arah Ghisya sambil menyanyi. Mikrofon yang ia gunakan untuk menyanyi ia taruh di meja. Lelaki itu berhenti menyanyi sehingga hanya alunan musik saja yang terdengar.

Kini Arland tepat di depan Ghisya.

"Halo ibu negara, lama udah gak ketemu ya, kangen gak nih?"

Tanpa berfikir lagi, Ghisya langsung memeluk lelaki yang ada di hadapannya sekarang. Ia menangis dalam pelukan Arland. Air matanya membasahi pundak Arland, tetapi Arland tidak peduli. Ia sangat rindu dengan Ghisya. Ia rindu wajah galak Ghisya. Ia rindu melihat Ghisya mengomelinya. Ia rindu segalanya tentang Ghisya.Kini mereka menjadi pusat perhatian semua orang. Semua yang melihat kejadian itu bertepuk tangan sebagai tanda bahwa mereka ikut bahagia.

Sembari berpelukan Ghisya berbisik pada Arland, "Makasih udah kembali,"

"Makasih udah mau percaya sama gue," balas Arland

Arland mempererat pelukannya, lalu ia berbisik pada Ghisya "I love you,"

Wanita yang ada di pelukannya itu tersenyum dan membalas, "I love you too,"

_End_


A/N
Yaps akhirnya selesai, baru kali ini aku bikin cerita dan itu tamat, huhuhuhu. Jadi anggap saja ini tugas sekolahku ya ged, bikos ceritaku yang Stolen Destiny aku pikir kepanjangan buat cerpen. Jadi ya udah deh aku ganti ini. Kalo kalian sadar nih ya, sebenernya yang Arland nyanyiin itu adalah lagu yang jadi backsound cerita ini wkwk. Oh iya, sekedar info neh, dari cerita ini, nanti akan aku bikin sequel antara Tania dan Nanda. Jadi ya tunggu aja hehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misunderstand [Moonbin x SinB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang