"Demi apa?" Afni, sahabat Keyla memekik kencang. Hampir tak percaya dengan apa yang telah terjadi pada Keyla, ia kaget benar-benar kaget.
"Iya, masa gue boong sama lo,"
"Iya juga ya, kan lo gak bakat buat boong," Afni hanya cengengesan mendapat pelototan dari Keyla.
"Eh tapi masa lo gak tahu siapa namanya?" Afni menumpukkan dagunya pada salah satu tangan, meminta penjelasan lagi dan lagi.
"Beneran, gue gak sempet nanya,"
"Emang dasar geblek lo tuh," Afni menjitak kening Keyla agak keras, sontak Keyla menjerit kesakitan.
Keyla mengelus kepalanya, sambil terus mengumpat pada Afni yang hanya cengengesan.
"Lagian dia tu nyebelin," Keyla mulai bercerita lagi.
"Emang dia ngapain? Bukanya dia udah bantuin lo?"
"Masa kemarin dia maksa gue buat balik bareng dia," Afni terkejut, lantas tersenyum penuh arti.
"Kenapa senyum-senyum?"
"Cieee Keyla ciee," Afni mengejek Keyla, beberapa teman kelas mereka menatap ke arah mereka seperti berkata bahwa mereka berisik. Afni langsung diam, kicep.
"Dan lo mau?"
"Enggak lah, lagian dia tu kaya badboy. Nanti kalau gue diapa-apain gimana?"
"Kalau gue jadi lo, mau lah," Sahabatnya tersenyum, membayangkan jika ia berada di posisi Keyla. Betapa indah hidup ini.
"Iya elo bukan gue,"
"Tapi Key, ciri-cirinya kaya gimana?"
"Kalau gue kasih tau emang lo bakalan tau siapa? Kan kita sama-sama murid baru,"
"Lo kaya gak tau seorang Afnithabella aja. Jangan salah, walaupun masih baru tapi gue tau daftar cogan di sini," Afni menepuk dadanya pelan, percaya diri.
"Tinggi, putih, tampang badboy, motornya sport merah,"
"Sebentar, gue mikir dulu," Afni berpikir keras, menerawang. Tapi ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gimana?"
"Di sini banyak cogan kaya yang lo sebutin, kurang jelas lo mendiskripsikannya,"
"Bilang aja gak tau," Afni hanya cengengesan, malu sendiri.
"Ngomongin gue ya?" deg, Keyla dan Afni mematung. Mereka tahu betul siapa pemilik suara itu.
Perasaan mereka campur aduk, antara kaget dan malu karena kepergok ngomongin laki-laki itu.
"Hey," cowok itu mengibaskan tangan di depan kedua gadis yang masih menatapnya cengo.
"Key, dia itu Kak Naufal. Gawat,"
"Apaan sih,"
"Lo dalam masalah besar,"
"Hah?" Keyla bingung dengan ucapan Afni yang menurutnya tidak jelas dan membingungkan.
"Hey, kok gue dikacangin," Naufal melipat kedua tangannya di depan dada, matanya memincing.
Sedikit menahan tawa, melihat ekspresi kedua gadis itu yang menurutnya absurd. Yang satu takut, yang satunya lagi menahan kesal.
"Gue mau ngomong sama lo," masih dengan tangan yang dibiarkan dilipat di depan dada, Naufal menatap serius kepada Keyla.
"Apa?" Keyla sedikit mendongak untuk menatap mata Naufal. Entah faktor tubuhnya yang pendek, atau memang karena ia sedang duduk tapi yang jelas Naufal memang sangat tinggi.