Four

1.6K 223 7
                                    

"Bun, besok aku ke kampusnya Dafi, ya."

Bunda yang sedang menyantap roti bakarnya, lantas berhenti mengunyah. Bunda menatap Rasya tak percaya. Raut kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya.

Beberapa hari ini, kondisi Rasya benar-benar tidak bisa dibilang baik. Jarang makan, jarang istirahat, kadang masih menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Dafi. Padahal, Rasya tidak salah sama sekali. Semua itu memang sudah takdirnya, bukan?

Sejujurnya, Bunda jadi takut.

"Kakak yakin?"

Rasya diam sejenak. Ia pun tidak tahu kenapa dirinya ingin datang ke acara tersebut. Atau mungkin ... karena semalam Dafi datang ke mimpinya? Menyuruhnya untuk memberikan bunga matahari yang sudah dipesannya itu.

"Iya, Bun. Besok aku datang," jawab Rasya. Kepalanya tertoleh saat tiba-tiba suara pintu diketuk terdengar. Rasya segera bangkit. "Aku bukain pintu dulu."

Sedikit berlari, Rasya menghampiri pintu utama. Segera saja Rasya membukanya. Kedua kelopaknya untuk sejenak menyipit saat melihat seorang pria berdiri di hadapannya.

"Atas nama Dafian Narendra?"

Rasya tertegun saat menyadari bahwa pria tersebut menyodorkan sebuket bunga matahari.

•Without You•

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang