Vote!
Guanlin mengetuk pintu ruang dekan fakultasnya. Pagi tadi tiba-tiba ia mendapat panggilan dari dosen sekaligus dekan fakultasnya ini untuk datang ke kampus.
Tidak terpikirkan apapun. Guanlin benar-benar tidak tahu kenapa dosennya itu menyuruhnya datang.
"duduk Lin" kata Pak Dongho, dekan fakultas ekonomi.
"selamat pagi pak" Guanlin segera menyalami sang dosen.
"saya nggak punya banyak waktu jadi langsung to the point saja ya. Kamu mau nggak kerja di prusahaan temen saya?"
Guanlin mengerutkan keningnya, "maaf Pak?"
"teman saya sedang membutuhkan karyawan di perusahaannya. karyawan sebelumnya dipecat karena korupsi. Dan teman saya meminta saya untuk merekomendasikan seseorang. Sebentar lagi kamu wisuda, soal nilai kamu nggak perlu diragukan, pengalaman organisasimu juga banyak. Saya pikir kamu orang yang cocok"
Guanlin tersenyum lebar, "alhamdulillah"
"tapi tempatnya lumayan jauh Lin, di Riau. Mungkin minimal setelah satu tahun kamu baru bisa dipindahkan kalau kamu keberatan dengan tempatnya"
Guanlin berpikir ulang. Kalau dia menerima pekerjaan ini, bagaimana pernikahannya dengan Jihoon?
"saya tahu kamu pengen kerja yang nggak mengharuskan berpisah dengan keluarga kamu kan. Tapi ini tawaran yang menarik Lin, gajinya lumayan" tawar Pak Dongho.
Setelah terdiam cukup lama akhirnya Guanlin bersuara, "sepertinya saya belum bisa memutuskan sekarang Pak"
"iya coba pikirkan dulu. Tanya juga ke orangtua. Tapi Bapak nggak bisa kasih waktu lama-lama ya, tiga hari cukup kan? Kalau kamu menolak saya harus segera cari orang lain soalnya"
Guanlin mengangguk mengerti lalu pamit permisi dari ruangan.
"Lin"
Guanlin kembali menoleh pada dosennya.
"jabatannya manajer bisnis loh"
Astagfirullah, Semakin membuat Guanlin bingung saja! Kerja atau nikah?
🌸
🌸
🌸
🌸
🌸
Impian Guanlin dari kecil itu membangunkan rumah untuk kedua orangtuanya di tanah pinggir jalan milik Bapaknya yang dekat rumahnya sekarang itu.
Selain itu, Guanlin juga ingin menyekolahkan kedua adiknya, Yuqi dan Woochan setinggi mungkin.
Hanya itu yang menjadi tujuan hidup Guanlin sedari mulai kepikiran untuk kuliah. Prinsipnya sih, Kuliah jalan, organisasi jalan, lulus dan dapat kerjaan nyaman dan mapan.
Saat ini kesempatan kerja di depan mata, tapi sekarang dia punya Jihoon. Dia punya seseorang yang juga sama berharganya dengan keluarganya.
"Mas!"
Panggilan Jihoon membuyarkan Guanlin dari lamunannya, "iya?"
"lagi mikirin apa sih?"
Guanlin tersenyum, "nggak kok dek. Udah selesai makannya?"
Jihoon mengangguk. Matanya tidak terlepas dari Masnya yang sedang berjalan ke kasir untuk membayar makanan mereka.
Jihoon tahu ada sesuatu yang sedang menganggu pikiran Guanlin tapi untuk saat ini ia memilih mendiamkannya. Mungkin Guanlin belum siap bercerita padanya.