5. Asing

453 18 1
                                    

Rasa asing sering menelusup di sebuah ikatan persahabatan.

***

Di pagi hari, aku berjalan dengan tak semangat, karena sedari tadi aku jadi bahan bully dari Kak Aland. Aku juga berjalan dengan lunglai, sebab, aku merasa tak enak badan.

"Oi!" ucap seseorang dengan menepuk pundak ku. Aku menoleh, ternyata dia adalah Rafa. "Ya," ucapku, lalu aku kembali berjalan, tak menghiraukan keberadaan Rafa.

"Kenapa lo?" tanya Rafa seraya berjalan sejajar denganku. "Gak papa," ujarku.

"Kok wajah lo pucet?" tanya Rafa. "Bedak gue ketebalan kali," alasanku, Rafa hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Eh lo tahu gak?" tanya Rafa seraya berjalan terlebih dahulu, kemudian ia berjalan mundur, dengan melihat kearahku.

"Gak."

"Gue belum selesai ngomong," ucap Rafa. "Apa an?" tanyaku.

"Ternyata rumahnya Zahra, seperumahan sama gue, cuma ya jauh, beda gang gitu," ucapnya, aku terdiam beberapa detik.

"Terus?" tanyaku dengan wajah datar. "Terus ya, gue gak nyadar, kenapa baru tahu sekarang ya," ucap Rafa.

"Kan jauh, jadi gak pernah ketemu," ucap ku. "Tapikan diawal gang pasti ketemu," ucap Rafa.

"Kalau beda berangkat sama pulang, emang bisa ketemu?" tanyaku dengan wajah datar, Rafa pun sedikit cengengesan.

"Oh iya," ucapnya, lalu aku pun berjalan terlebih dahulu, sebab Rafa dipanggil oleh temannya.

                        ***

Bel tanda istirahat kedua pun berbunyi, anak-anak segera melesat ke masjid atau kantin.

"Lo sholat?" tanya wulan seraya mengambil mukenanya.
"Enggak, lagi dapet," jawabku tanpa mengalihkan perhatian ku dari ponsel kesayangan ku.

"Ya udah, gue duluan," ucap wulan dengan berjalan bersama Risa.

Tiba-tiba bangku disebelah ku bergeser. "Halangan ya?" tanya Zahra dengan menghadap kearahku. "Iya," jawabku seraya melihat kearah Zahra.

Sunyi pun terjadi, karena aku terlalu fokus dengan ponselku, aku sedang berchat ria dengan Kak Aland.

"Eh Na," ucap Zahra tiba-tiba. "Ya?" tanyaku dengan menoleh kearahnya. "Gue baru sadar, kalau gue sama Rafa satu perumahan," ucap Zahra, aku pun menoleh.

Kebetulan yang sangat berkesan ya sepertinya, Rafa tadi bilang begitu.

"Wow," ucapku. "Kok wow?" tanya Zahra bingung.

"Tadi pagi, Rafa bilang, dia juga gak nyangka kalau lo sama dia satu perumahan, eh sekarang, lo bilang juga sama gue, jangan-jangan kalian jodoh," ucapku dengan tersenyum cengengesan.

"Ha? Apa an sih Na," ucap Zahra.
"Hayo lo! Suka sama dia," tudingku. "Yah enggak lah, baru juga beberapa hari masuk, masa langsung suka," ucap Zahra.

"Ya sapa tahu? Cinta pandangan pertama."

"Emang ada?" tanya Zahra. "Kalau menurut gue sih, ada," ucapku. "Tapi menurut gue gak ada tuh," jawab Zahra. "Kok bisa?" tanyaku dengan wajah polos.

"Ya pikir aja, cinta pandangan pertama, sekali pandang, langsung cinta? Seharusnya cinta itu mengenal lebih dalam, jangan hanya sekali pandang, kalau sekali pandang, itu biasanya nafsu, soalnya lihat dari luar aja," ucap Zahra, aku hanya melongo, ada benernya juga ya Zahra.

"Bener kan?" tanya Zahra, tapi kan maksudnya cinta pandangan pertama gak gitu-gitu banget.

"Eh eh, maksud gue tuh, cinta pandangan pertama itu ya, kayak dia sekali pandang udah kayak pas gitu, lama-lama dia jadi ingin memilikinya, atau gak dia ingin menjadi pendampingnya, gitu," ucap ku, Zahra pun tertawa.

Rahasia  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang