Cara PDKT Pada Pria Tak Peka

4 1 0
                                    

Bagaimana reaksi kalian bila pria yang kalian idamkan ternyata tak peka terhadap cinta?

Mungkin bagi kalian memang memancing amarah, tapi sebaiknya kalian meniru sosok cantik yang satu ini. Gadis bersurai hitam panjang sepinggang dengan tinggi badan semapai.

Gadis itu berjalan menikmati tiap pemandangan taman kelas. Seragam dengan dasi kupu-kupu warna hitam yang dibaluti jas warna hijau daun, menampilkan logo jurusan yang ia duduki bergambar seekor naga. Bersama sosok pria bertopi rajut hijau, mereka sangat menikmati masa sekolah.

Gadis itu menghirup oksigen berbau dedaunan, menghembus dengan senyum manis. "Kakak, segar sekali ya melihat pemandangan di sekitar sini!"

"Kau benar, Yinping. Di sini sangat tenang," timpalnya menerawang ke setiap sudut lorong kelas. Iris hijaunya bergerak ke atas. "Ah, kapan kau pergi ke kelas Wu?"

"Kak Suo!" Mungkin bagi gadis semacam Yinping hanya membungkam mulut kakaknya tanpa tenaga. Tapi untuk Guan Suo ... bungkamannya sudah seperti ditindihi sebuah truk!

Tampak wajah Yinping memerah dan mengepul bak udang rebus. Jantungnya pun berdebar-debar, bisa dirasakan letupan-letupan bunga berlangsung meriah. Bahkan saking paniknya tak memperdulikan Guan Suo yang sudah menepuk-nepuk keras tangannya.

"D-dari mana Kakak tahu?" Yinping mulai merasakan panas-dingin di sekujur tubuhnya.

Barulah Guan Suo berhasil melerai bungkamannya, mengerling tajam pada adiknya. "Apa? Siapa? Yifeng-" Dan lagi-lagi dibungkam hingga tak sadarkan diri.

"Dari mana Kakak tahu soal Yifeng?!" Yinping melihat kakaknya yang sudah terpejam. "Kakak? Kakak? Yah, pakai pingsan segala."

****

Mau tak mau gadis bersurai hitam panjang itu menuntun kakaknya ke ruang uks. Letaknya lima kaki dari ruang masak. Bagaimana cara gadis semacam Yinping menuntun Guan Suo? Ia hanya mengangkat sebagaimana Guan Suo adalah putrinya. Namun di tengah jalan, Yinping asyik merajuk sampai tak sengaja menabrak seseorang.

Yinping mengaduh kesakitan dan menunduk meminta maaf. Lensanya menangkap sosok berseragam warna merah. Bukan Yinping namanya kalau tidak dengan harapan. Ia berharap bahwa yang di depannya adalah Gongji, Xingba, ataupun Boyan! Ah, jangan Boyan! Yinping tahu seluk-beluk persahabatan Boyan dan Yifeng! Tidak, jangan nama itu lagi!

"Kau tak apa, Yinping?" Suara tampannya sangat familiar di gendang telinga Yinping. Sedikit nyaring, berat, dan terkesan tampan. Refleks gadis pemilik iris coklat ini mendelik dan mendongak.

Irisnya terpantul cerminan pria bersurai hitam dengan aksesoris berbentuk api di telinga kirinya. Segaris senyum heran di bibir tipisnya dan mata yang menyipit membuat wajah Yinping memerah.

"Hei, aku tanya padamu. K-kau tak apa-"

"Maaf sudah menabrakmu!" Secepat kilat Yinping membungkuk dan berlari meninggalkan pria ini sendirian, meninggalkan sebuah pertanyaan di kepala pria pemilik bola mata hitam ini.

Karena rasa ingin tahunya ia pun menceritakan semua kejadian yang ia alami tadi pada Boyan di kantin. Ia pun sempat bertanya pasal tingkah laku Yinping yang belakangan ini aneh kala bertemu dengannya.

"Tadi kamu bilang wajahnya memerah saat bertemu denganmu?" Sefokus apapun Boyan mengisi teka-teki silang bulanannya, Boyan dengan tangan terbuka mempersilahkan sahabatnya bercerita. Boyan hanya mengerling menatap pria di depannya tengah mengangguk mantap. "Bisa jadi dia menyukaimu, Yifeng."

"A-apa?" Yifeng berdiri menggebrak meja, mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah cantik Boyan. Maksudnya, wajah tampan Boyan. "T-tidak! Mana mungkin dia menyukaiku! T-toh, tidak ada yang istimewa dariku! Paling ...."

Boyan hanya meneleng dan bergumam pelan, memicingkan matanya tajam. Tatapan tajam Boyan membuat Yifeng kehilangan kata-kata dan memilih duduk kembali, menyantap nasi kari buatan Pak Kantin. Ketika sesendok nasi kari masuk ke mulut pria bersurai hitam ini, sensasi manis-asin-pedas dari gigitan potongan daging ayam terasa pecah di lidah.

"Celamat cian', cowok penyuka api!" Entah dari mana datangnya gadis ini sudah ada di belakang Yifeng, membuat pria ini sedikit tersedak karena kaget. Seraya memukul-mukul dada bidangnya Yifeng melirik dan mendapat gadis bersurai coklat cerah sebahu berpose layaknya cosplayer kucing jadi-jadian, bahkan sampai mengeong manja.

"Bao Sanniang?!" Yifeng mendelik kesal. "Kenapa kau ke sini?! Dan kenapa kau mengagetkanku disaat aku tengah makan?!"

Sanniang mengernyitkan dahi dan menggembung pipinya, memajukan bibirnya. "Aku cuma ngashih ini," keluhnya menyerahkan sekotak kecil kado warna merah di tangannya.

Yifeng menatap kotak berlapis kertas warna merah dengan pita warna putih yang ditempeli stiker anak ayam di pucuk tali pita. Ia menerima bingkisan kecil itu dengan kepala meneleng bingung. "Dari siapa?"

"Maaf," gadis itu lagi-lagi mengeong manja, "aku tak bica memberitahyu pengirimnya. Aku juga harus cepat-cepat pergi."

Belum sempat Yifeng bertanya lagi sosoknya sudah tak ada di sampingnya. Ia hanya bisa menatap kado kecil itu lamat-lamat. Ia pun menaruh kado itu dan mendesah lesu.

Boyan menatap Yifeng dan kado kecilnya. "Kenapa? Harusnya kau senang ada seseorang diam-diam memberimu hadiah."

"Memang, tapi stikernya," tangan kasarnya mengambil stiker, membiarkan selembar plastik bentuk anak ayam itu menempel di jari telunjuknya, "sepertinya aku kenal dengan skiter ini. Apa kau mengingat hal yang sama, Boyan?"

"Ah, aku tahu stiker ini!" Boyan pun menceritakan sosok pengirimnya, yang membuat pria bersurai hitam ini mendelik kaget.

"Mana mungkin dia menyukaiku? Yang benar saja!" Yifeng berbalik melipat tangan dengan dengusan kesal.

"Aku juga tak memaksamu mempercayaiku." Tanpa merasa bersalah pria bersurai coklat redup itu mengambil dan membuka kado pemberian seseorang. Di dalamnya terdapat foto dan secarik surat. Boyan mengeluarkannya semua, melihat setiap foto yang beliau berikan.

Ada beberapa foto yang menarik perhatian Boyan. Mulai dari foto saat Yifeng menghadap senior di masa orientasi sekolah, makan di kantin dengan kaos dan celemek merah jambu, latihan panah, hingga tertidur bersama Boyan di perpustakaan. Bahkan foto saat Yifeng beradu mulut dengan Boyan di kantin pun ada. Semuanya dipotret kala Yifeng berpenampilan dengan surai hitam yang disisir ke belakang menyisakan sejumput poni.

Tangan Boyan beralih mengambil secarik kertas yang terlipat. Ia meleraikan lipatannya dan sebuah tulisan indah terukir di sana.

"Hai, Zhu Yifeng. Maaf aku diam-diam memotretmu. Saat itu aku tergila-gila padamu sampai sekarang. Aku tahu kita beda kelas, beda jurusan. Tapi dari jauh aku titipkan salam lewat surat ini, bahwa aku menyukaimu. Penuh cinta, Guan Yinping. Sudah kubilang kalau dia menyukaimu, Yifeng!"

"Apa?!" Refleks Yifeng berbalik dan melihat semua foto yang ditaruh berantakan di meja. "Guan Yinping menyukaiku? Aku tak percaya, ada juga yang mau menyukaiku. Tapi apa itu suka?"

Karena ketidakpahaman Yifeng dalam urusan cinta, akhirnya Boyan menjelaskan teori cinta dengan gaya bahasa orang jenius sampai memakan waktu berhari-hari. Memang itulah satu-satunya cara agar Yifeng dapat memahaminya dengan mudah. Dan cerita ini masih dilanjut. []

Jan lupa vote, komen, & share bila kalian suka.
Krisaran sangat dibutuhkan guna cerita ini menjadi lebih baik lagi.
Reirin_Mitsu17

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Year [Kumpulan Cerpen] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang